Bacaan Lukas 4:24-30
Dan kata-Nya lagi: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya tidak ada nabi yang dihargai di tempat asalnya. Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi. (Luk 4:24, 28-30)
SALAH satu hal yang sangat berbahaya adalah ketika orang bertindak di luar nalar. Orang bisa berbuat apa saja dan tanpa kendali. Keadaan seperti inilah yang tergambar dalam kisah orang-orang Nazareth yang marah kemudian menghalau Yesus hingga ke tebing gunung dan bahkan akan melemparkannya. Sebuah tindakan yang sudah di luar batas. Tak hanya mengusir tetapi ingin mencederai bahkan ingin membinasakan Yesus. Apakah Yesus melakukan kejahatan? Apakah Yesus mengancam keberadaan mereka? Sama sekali tidak. Bukankah Yesus adalah orang sekampungnya? Yesus hanya mengingatkan orang-orang Nazareth yang cenderung menghargai orang bukan dari kualitas atau mutu pribadinya tetapi dari mana orang berasal, apa latar belakangnya dan siapa sanak saudaranya.
Sahabat-sahabat terkasih,
ada dua pesan keutamaan yang bisa kita petik dari pelita sabda ini, pertama, jangan kita menilai seseorang dengan pertimbangan luaran tetapi haruslah berdasar pada kualitas mutu pribadi. Kedua, semoga kita tidak memiliki tabiat seperti orang-orang Nasareth yang mengedepankan emosi tanpa kendali bahkan dengan sikap yang menjurus pada kekerasan fisik. Kita harus menjadi murid Yesus yang mengedepankan peradaban kasih.
Menarik hati si Cendrawasih,
menari-nari di balik rimbun selasih.
Miliki hati tulus dan bersih,
niscaya hidup selalu penuh kasih,
dari Papua dengan cinta,
Berkah Dalem, rm.istoto
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)