Pengutusan

0
0 views
Ilustrasi: Wajah kampus Seminari Mertoyudan zaman dahulu dilihat dari atas. (Seminari Mertoyudan).

Puncta 6 Juli 2025
Minggu Biasa XIV
Lukas 10:1-12.17-20

AKHIR Juni kemarin saya menghadiri tahbisan imam di Kentungan. Saya berjumpa dengan Pak Ponijo dan ibu yang puteranya akan ditahbiskan menjadi imam, yakni Diakon Benediktus Tri Widiatmoko. Saya menyalami dan ikut bergembira.

Bu Ponijo berkata, “Ini gara-gara Romo Joko mengajak anak-anak live in di Seminari Mertoyudan dulu, sekarang sudah memanen hasilnya.”

Ya, sungguh luar biasa, keluarga ini mempersembahkan dua anaknya menjadi imam. Romo Oktavianus Eka Novi Setyanta tahbisan tahun 2018 sekarang sedang studi di Roma.

Kita selalu diajak berdoa meminta kepada Tuan yang empunya tuaian agar mengirim pekerja-pekerja di ladang-Nya. “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu,” sabda Yesus.

Kemarin kami mengajak lagi anak-anak Paroki Wonogiri untuk live in di Seminari Mertoyudan. Ada 47 remaja yang tinggal dan mengalami kehidupan di seminari sembari mengisi liburan.

Ada 51 remaja puteri kami ajak live in di komunitas Biara CB di Yogyakarta. Semoga nanti ada yang terpanggil menjadi imam atau suster.

Tidak mudah memang mengikuti perutusan Tuhan. Yesus mengingatkan ada banyak tantangan menghadang. Para utusan itu digambarkan sebagai domba yang masuk ke tengah-tengah serigala. Di tengah-tengah kawanan ada banyak serigala siap menerkam.

Tugas utama para utusan adalah menyampaikan warta damai sejahtera. “Kalau kamu memasuki suatu rumah, katakanlah lebih dahulu: Damai sejahtera bagi rumah ini. Dan jikalau di situ ada orang yang layak menerima damai sejahtera, maka salammu itu akan tinggal atasnya. Tetapi jika tidak, salammu itu kembali kepadamu.”

Jangan berpikir tentang hasil atau sarana prasarana. Percayakan saja semuanya pada penyelenggaraan Tuhan. Fokuskan saja pikiran pada tugas perutusan.

Tidak usah kawatir dengan bekal, pundi-pundi, makanan atau pakaian. Semuanya akan dicukupkan oleh Tuhan.

Tidak usah sibuk ngurusi orang lain dengan memberi salam, ngerumpi, geguyon, gojekan atau ngobrol sana-sini yang tidak penting.

Fokuslah pada tugas untuk membawa damai sejahtera. Tugas utama para utusan adalah membawa damai kepada semua orang. Jika atas kehadiran kita, orang merasa ayem tentrem, jenjem, happy, krasan, enjoy dan gembira, itu tandanya ada damai.

Namun sebaliknya, jika kehadiran kita bikin bingung, cekcok, cemas, gelisah, “usrek padudon”, maka kita tidak mewartakan damai sejahtera.

Naik kereta dari Bandung ke Jakarta,
Sambil menikmati menu piza Italia.
Jadilah pembawa damai sejahtera,
Rukun bersaudara dengan siapa saja.

Wonogiri, siap diutus kemana saja
Rm. A. Joko Purwanto, Pr

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here