Rabu, 07 Oktober 2020
Peringatan Wajib St. Perawan Maria, Ratu Rosario
Gal 2:1-2, 7-14 dan Luk 11:1-4
KETIKA bertugas di Paroki Sikakap, Kepulauan Mentawai, Keuskupan Padang, ada pengalaman iman yang sungguh menyentuh saya.
Tanggal 4 Juni 2012, saya mendapat berita, mamaku meninggal dunia. Hari itu, hanya ada kapal di ibukota kabupaten di utara. Laut sedang bergelora karena badai.
Saya meati pergi ke utara, agar bisa naik kapal feri menuju Padang. Operator boat minta saya berdoa, karena badai yang sungguh dahsyat. Doa rosario saya ulang beberapa kali untaian lima peristiwa.
Selesai itu saya daraskan doa penyerahan kepada Bunda Maria: “Hendak Berlindung”. Kami berlayar dengan penuh hati-hati, sambil terus berdoa: Bersama Bunda Maria, memohon Tuhan Yesus melindungi perjalanan kami. Dan kami akhirnya tiba dengan selamat di Tuapeijat, ibukota Kabupaten Kepulauan Mentawai.
Ada satu lagi pengalaman yang hampir sama.
Saya harus turne pastoral ke Stasi Lakau di ujung pulau selatan bagian barat. Cuaca kurang bersahabat. Dengan boat kecil bermesin 15 PK, saya bersama seorang rekan kerja di Caritas, Kurai namanya, seorang muslim, ditemani seorang anak muda dan operator boat menyusuri pantai.
Ombak menghantam sisi boat dan pecah. Saya mengambil rosario dan berdoa. Kurai juga terlihat bibirnya komat kamit.
Pasti dia berdoa menurut keyakinannya. Sepuluh peristiwa rosario dan beberapa kali doa “Hendak Berlindung” kudaraskan sepanjang pelayaran.
Kuyakin dan percaya Tuhan Yesus menyertai perjalanan kami karena Bunda Maria membawa doa kami kepada Yesus Puteranya.
Melalui Maria kita datang kepada Yesus, Per Mariam Ad Iesum. Seperti dalam pesta perkawinan di Kana, Bunda Maria menyampaikan kepada Yesus “Mereka kehabisan anggur, demikian juga, Bunda Maria akan membawa semua doa dan permohonan kita kepada Yesus Puteranya.
Bunda Maria, Reinha Rosari, doakan dan lindungilah kami selalu, terutama di saat wabah virus corona ini. Amen.
