Percik Firman: Menjadi Hamba yang Dapat Dipercaya

0
1,610 views

Minggu, 19 November 2017
Hari Minggu Biasa ke-33
Bacaan : Matius 25:14-30

“Kata tuannya itu kepadanya: ‘Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu” (Mat 25:21)

Saudari/a ku ytk.,

HARI ini tak terasa kita sudah memasuki Hari Minggu Biasa ke-33. Minggu depan (26/11) kita sudah merayakan Hari Raya Tuhan Yesus Raja Semesta Alam. Dalam Kalender Liturgi Gereja, hari raya itu mengakhiri tahun liturgi Gereja. Tahun ini kita menutup Tahun Liturgi A. Saat Minggu Adven Pertamananti (3/12) kita sudah memasuki Tahun Liturgi B.

Merenungkan sabda Tuhan pada hari Minggu ini tentang perumpamaan talenta, saya teringat akan pengalaman bekerja sama dengan para karyawan pastoran. Saya bersyukur diberi para karyawan yang baik dan setia oleh Tuhan. Mereka bisa diandalkan dan jujur. Di beberapa tempat saya berkarya, biasanya ada karyawan wanita yang mengurusi kebutuhan rumah tangga pastoran. Biasanya ia berkoordinasi dengan Tim kerja Rumah Tangga Pastoran dari Dewan Paroki. Tugasnya memasak, membersihkan pastoran, menyiapkan makanan, mencuci dan menyetrika baju.

Untuk mencuci, biasanya saya mencuci sendiri. Tapi pas tidak sempat, saya minta tolong ibu karyawan pastoran. Pernah suatu hari rosario saya ikut tercuci, karena tertinggal di saku celana panjang. Lalu Mbak Tina, karyawan pastoran Banyumanik, menyerahkan rosario itu ke saya. “Romo, maaf tadi rosarionya ikut tercuci. Ini rosarionya,” katanya sambil menyerahkan rosario itu kepada saya sore harinya. Saya kagum akan kebaikan dan kejujurannya.

Lalu, suatu kali untuk menguji kejujurannya, dengan sengaja, di saku celana saya kasih uang kertas 50 ribu. Apakah uang itu mau diambil atau dikembalikan? (maaf, saya nakal dikit hehehe…). Sore harinya, sepulang saya mengajar dari kampus Unika soegijapranata, mbak Tina menemui saya. “Romo, tadi di saku celananya ada uang 50 ribu. Maaf, saya tidak tahu, uangnya ikut tercuci dan basah. Sekarang sudah saya jemur dan saya seterika. Ini uangnya, romo,” katanya sambil menyerahkan uang itu. “Terimakasih ya, mbak.Njenengan orang yang baik dan jujur,” jawabku.

Setiap orang akan senang jika mempunyai karyawan yang baik dan jujur. Mereka akan dipuji oleh tuannya dan mendapat hadiah atau kepercayaan yang lebih. Dalam bacaan Injil hari ini Tuhan Yesus menyampaikan perumpamaan talenta yang dipercayakan kepada tiga hamba. Dua hamba bisa dipercaya dan diandalkan. Sedangkan hamba yang ketiga berprasangka buruk akan tuannya dan tidak bisa diandalkan.

Sang tuan memuji hamba yang baik dan setia. Kata tuannya itu kepadanya: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” Karena setia pada perkara kecil, mereka dianggap sanggup pula diserahi tanggungjawab lebih besar. Mereka pun diundang untuk ikut kebahagiaan tuannya. Kata ‘setia’ dalam teks ini menerjemahkan kata Yunani “pistos”, artinya bisa dipercaya atau bisa diandalkan.

Talenta dalam perumpamaan ini lebih dari sekedar bakat. Menurut konteks Injil, talenta adalah segala anugerah dan fasilitas yang diberikan oleh Tuhan untuk mengembangkan Kerajaan Allah. Oleh karena itu, talenta dapat berupa bakat, kesempatan, fasilitas, bisa berupa anugerah rohani maupun jasmani. Tinggal bagaimana kita mau dan mampu mengembangkannya.

Manusia diberi kebebasan penuh oleh Tuhan untuk mengembangkannya, sesuai dengan kesanggupan masing-masing. Hamba yang ketiga sebenarnya bisa mengembangkan talenta tersebut, tetapi dia tidak mau. Hambatannya ada pada prasangka buruk bahwa tuannya seorang yang kejam, yang mau cari enak dan untungnya sendiri.

Bagi kita umat beriman, semangat untuk mengembangkan segala anugerah Tuhan tergantung pula pada cara kita memandang jati diri Tuhan. Jika Tuhan kita lihat sebagai hakim yang suka mencari kesalahan, maka hidup iman kita hanya berisi ketakutan dihukum, bahkan mungkin kebencian diam-diam terhadap Tuhan. Jika kita melihat Tuhan sebagai pribadi yang penuh welas asih, kita akan menghayati iman dengan penuh kegembiraan dan ketulusan. Oleh karena itu, cara pandang kita terhadap Tuhan akan menentukan cara kita menghayati iman termasuk mengembangkan segala anugerah-Nya.

Tuan dalam perumpamaan tidak memperhitungkan berapa banyak hasil yang diperoleh, tetapi melihat bagaimana usaha dan ketekunan para hambanya. Dengan begitu yang dinilai bukan kuantitas (banyaknya) yang dihasilkan, tetapi kualitas (mutu) dari para hamba sebagai orang yang dapat dipercaya dan diandalkan.

Pertanyaan refleksinya: Apakah Anda termasuk pribadi yang dapat diandalkan dan dipercaya dalam hidup ini? Ataukah hidup Anda dikelilingi dan diwarnai kebohongan demi kebohongan? Apakah Anda mau bertekun dalam mengembangkan diri menjadi murid-murid Kristus zaman now? Selamat merenungkan dan bersiap-siap menyongsong masa Adven. Selamat berhari minggu dan jangan lupa misa ke gereja. Mari meluangkan waktu untuk misa (=bersyukur) kepada Tuhan dalam perayaan ‘Hari Tuhan” bersama saudari/a di gereja.

Tidak semua donatur orang kaya
Mereka punya hati untuk mencinta
Jadilah pribadi yang dapat dipercaya
Dalam perkataan dan tindakan nyata.

Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Roma.

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here