Percik Firman : Percaya dan Peduli

0
33 views

Selasa, 13 Februari 2024

Bacaan Injil: Mrk. 8:14-21

Saudari/a ku ytk., 

ADA seorang gadis yang luar biasa. Kezia namanya. Kisah hidupnya sangat menyentuh hati. Kisahnya menjadi “tamparan” bagi orang yang suka mengeluh dan khawatir. Dalam sakitnya, Kezia semakin menyadari bahwa hidupnya itu indah karna kasih kuasa ALLAH yang dinyatakan dalam kelemahan dan rasa sakitnya. 

Bahkan ia tidak egois mementingkan diri sendiri. Dengan kursi rodanya ia berkeliling dari ruang satu ke ruang lain untuk menyanyi dan mendoakan pasien-pasien lain yang sakit kanker dan yang tak berdaya. Padahal ia sendiri juga sakit.

Dalam Injil hari ini, Yesus berbicara tentang ragi Farisi dan ragi Herodes. Dua ungkapan yang mungkin kita tidak mudah memahaminya. Orang Farisi adalah orang-orang yang tidak percaya kepada Tuhan Yesus, sehingga ragi Farisi adalah ketidakpercayaan akan Allah. 

Sedangkan Herodes adalah orang yang selalu mementingkan diri sendiri, sehingga ragi Herodes adalah sikap egois, mementingkan diri sendiri dan tidak peduli pada orang lain.

Hubungan antara roti dengan sikap orang Farisi dan Herodes adalah roti yang dibawa murid-murid hanya satu padahal orang di dalam perahu banyak, sehingga roti itu harus dibagi-bagi agar semua kebagian. Tentu saja hal itu akan membuat ketidakpuasan, kekhawatiran akan mendapat bagian yang kecil dll. Mereka berpikir apakah roti yang hanya secuil dapat membuat kenyang, apakah roti yang hanya satu dapat dibagi untuk semua orang? 

Mereka lupa bahwa Yesus pernah membuat mukjizat yang begitu besar dengan membagi 5 roti dan 2 ikan untuk 5000 orang. Logika mereka membuat Yesus menyindir dengan mengatakan “berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi Farisi dan ragi Herodes”. Hal itu karena mereka tidak percaya dan bersikap saling mementingkan diri sendiri.

Dalam hidup keseharian kita terkadang kita merasa khawatir, cemas. Di saat uang kita mepet, padahal kebutuhan masih banyak yang belum terpenuhi. Muncul perasaan bagaimana mungkin yang yang hanya sedikit cukup untuk kebutuhan semuanya. Hal ini sama dengan yang dialami para murid saat hanya ada satu roti yang harus dibagi untuk semua orang. Lantas bagaimana kita mesti bersikap? 

Marilah menjelang masa Prapaskah ini, kita buka mata, hati, dan telinga kita untuk percaya pada Tuhan dan peduli pada sesama seperti Kezia dan ibunya. Sungguh kisah yang luar biasa utk direnungkan. 

Kalau anak kecil seperti Kezia mampu memiliki iman dan kepedulian sebesar itu, bagaimana dengan kita yang seharusnya lebih dewasa dalam iman dan perbuatan? Berkah Dalem dan Salam Teplok dari Bujang Semar (Bumi Jangli Semarang). # Y. Gunawan, Pr

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here