Minggu Biasa XVII, 24 Juli 2022
Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia Ke-2
Bacaan : Lukas 11:1-13
Saudari/a ku ytk.,
PADA hari ini kita memperingati Hari Kakek Nenek dan Lansia Sedunia ke-2. Dalam pesannya, Paus Fransiskus mengungkapkan bahwa umur panjang – begitulah ajaran Kitab Suci – adalah suatu berkat, dan lansia bukanlah orang buangan yang harus dijauhi, melainkan tanda-tanda hidup dari kebaikan Tuhan yang menganugerahkan kehidupan secara berlimpah.
Merenungkan sabda Tuhan hari ini, saya teringat akan kisah seorang calon baptis yang sudah lanjut usia (lansia). Beliau bersemangat mengimani Yesus sebagai Juru Selamat. Dengan tekun ia ikut wulangan agama (pelajaran calon baptis) dan berusaha menghafalkan doa-doa pokok Katolik.
Ia tersentuh dengan doa “Rama Kawula” (Bapa Kami). Hatinya gembira karena dapat menyapa Allah dengan sebutan Bapa. Setiap kali berdoa, ia mengucapkan doa Bapa Kami itu.
Bacaan Injil hari ini mengisahkan Yesus yang berdoa kepada Allah Bapa. Saat Dia berhenti berdoa, para murid meminta untuk diajari berdoa. Lalu Yesus mengajari doa Bapa Kami.
Doa adalah hubungan kita dengan Allah yang bertumbuh makin mesra, sehingga menjadi sesuatu yang hidup. Itulah sebabnya Yesus mengajar para murid-Nya, agar doa dimulai dengan menyapa Allah sebagai Bapa. “Apabila kamu berdoa, katakanlah: Bapa, dikuduskanlah nama-Mu,” kata Yesus.
Karena Yesuslah, kita boleh mengenal dan menyapa Allah sebagai Bapa. Kita adalah anak-anak Allah. Apa nggak hebat dan bangga kita ini? Yesus mengajak kita untuk memuji Allah, bersyukur dan baru memohon kepada-Nya.
Doa yang Yesus ajarkan ini memberi perhatian, baik kepada kepentingan Allah maupun kepada kepentingan kita. Kepentingan Allah didahulukan bukan karena kepentingan kita tidak penting, tetapi justru supaya kita menyadari betapa besar kasih dan perhatian Allah Bapa kepada kita.
Santo Yohanes Maria Vianney, pelindung para imam, pernah mengungkapkan, “Segala masalah kita akan mencair di hadapan doa yang tekun, laksana salju di hadapan matahari”.
Bahkan menurut beliau, kita akan dapat membawa banyak orang kembali kepada Allah melalui doa-doa kita. Doa menjadi kekuatan kita karena di dalam doa, kita yang adalah pengemis, dapat meminta segala sesuatu kepada Allah. Kita akan mendapatkan apa yang kita inginkan apabila kita memintanya dengan iman yang teguh dan hati yang suci.
Lebih lanjut, saya juga sangat terkesan dengan ucapan dan keyakinan Santo Yohanes Maria Vianey berikut ini: “Orang tidak perlu berbicara banyak untuk berdoa dengan baik. Kita tahu bahwa Yesus ada di sana di dalam tabernakel: Marilah membuka hati kepada-Nya, marilah bersukacita dalam kehadiranNya yang kudus. Itulah doa terbaik”.
Tak jarang saat di depan Sakramen Mahakudus atau tabernakel, saya hening, kadang air mata tiba-tiba keluar (baik air mata syukur, gembira atau sedih). Ada kelegaan dan kedamaian saat berserah dalam doa Bapa Kami. Mungkin belum ada jalan keluar saat itu juga atas pergulatan hidup, tetapi terasa ada kekuatan dan energi baru yang menguatkan untuk melangkah. Barangkali Anda pun pernah mengalami seperti yang saya alami itu.
Tuhan Yesus menjanjikan kelegaan dan memberikan jaminan doa kita akan dikabulkan. Dia memberikan spirit MCK dalam doa, yaitu: Mintalah Carilah Ketoklah. “Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; Carilah, maka kamu akan mendapat; Ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu”.
Diharapkan kita juga perlu berusaha secara aktif. Ora mung krida lumahing asta. Untuk mendapat sesuatu yang diinginkan, dibutuhkan usaha dan perjuangan. Kita harus meminta, mencari dan mengetok pintu. Tidak cukup duduk manis menunggu. Leluhur masyarakat Jawa memberi pitutur: “Sing obah mesthi mamah. Sing ubed mesthi ngliwet. Ana dina ana upa. Ana awan ana pangan.”
Pertanyaan Refleksinya, bagaimana hidup doa Anda akhir-akhir ini? Apa yang sedang Anda minta pada Tuhan? Apa yang sedang Anda cari? Bagaimana sikap Anda terhadap kakek nenek dan orang lansia selama ini?
Marilah secara khusus hari ini kita doakan kakek nenek kita dan orang lansia di seluruh dunia. Berkah Dalem dan Salam Teplok dari bumi Mesra (Merto Spiritual Rest Area). # Y. Gunawan, Pr
Kredit foto: Ilustrasi (Ist)