SEBAGAI ungkapan rasa syukur atas penyertaan Tuhan, Vox Populi Institute Indonesia (Vox Point Indonesia) merayakan ulang tahunnya yang ke-7 dengan Perayaan Ekaristi Kudus di PGAK Pusat Pastoral Samadi Jakarta, Sabtu (18/3/2023).
Perayaan Ekaristi yang diikuti para pengurus dan anggota Vox Point Indonesia ini dipersembahkan secara konseleberasi dengan selebran utama Uskup KAJ Ignatius Kardinal Suharyo didampingi dua konselebran: Romo Rofinus Neto Wuli Pr dan Romo Yustinus Ardianto Pr.
Dalam homilinya, Kardinal Suharyo mengucapkan selamat ulang tahun ke-7 kepada keluarga besar Voxian di mana pun berada; mengucapkan proficiat atas hasil-hasil yang telah dicapai. Semoga menjadi lembaga yang semakin hari semakin menjadi suara hati di tengah-tengah bangsa dan negara kita.
“Terimakasih atas kehadiran keluarga besar Voxian di tengah-tengah Gereja Katolik di Indonesia,” kata Kardinal Suharyo.
Mengutip bacaan Injil Yohanes 9:1-41, Kardinal Suharyo mengatakan bahwa bacaan Injil tersebut mengajak semua untuk terus bertumbuh dalam iman akan Yesus. Pertumbuhan iman itu sangat dinamis seperti yang dialami seorang buta dan disembuhkan oleh Yesus.
“Para Voxian mesti mempribadikan kata-kata Rasul Paulus bahwa para Voxian di mana pun, siapapun, dalam peran apapun harus menjadi terang.
Sesuai dengan misi Vox Point Indonesia untuk memperjuangkan Nilai Kebenaran, Keadilan dan Perdamaian yang berpedoman pada Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika,” kata Kardinal Suharyo.
Makna berubah kata “bohir”
Kardinal Suharyo juga menyoroti tentang kata-kata yang baru yang beredar di media massa atau media sosial dan telah berubah makna.
Seperti kata bohir yang arti sesungguhnya adalah orang yang membangun, namun kini arti bohir -menurut bahasa nota pastoral KWI- kata bohir merupakan perselingkuhan antara negara dan bisnis. Di mana bisnisnya bohir, yang nanti dibohirin menjadi penguasa, sehingga yang dibohirin mempunyai hutang budi kepada yang membohirin.
Selain kata bohir, Kardinal juga menyoroti tentang perubahan makna seperti cukong yang merupakan manipulasi di bidang-bidang ekonomi dan munculnya kata “mafia” yang merupakan lawan dari gotongroyong, di mana makna mafia adalah perselingkuhan dari segala unsur di mana tujuannya untuk mencapai kesejahteraan mafia itu.
“Oleh sebab itu jangan heran jika ada mafia peradilan, mafia daging sapi. Kalau arti saja berubah apalagi tata kelola, tata kehidupan bersama di negeri ini. Untuk itu, Vox Point harus hadir untuk memperjuangkan kebenaran, keadilan dan perdamaian,” harap Uskup Keuskupan Agung Jakarta.
Senada dengan Uskup Kardinal Suharyo, Ketua Umum Dewan Pimpinan Nasional Vox Point Indonesia, Yohanes Handojo Budhisedjati SH, berharap agar Vox Point tetap terus berkarya dan harus tetap obyektif mengawal empat konsesus dasar negeri kita yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Kita jaga terus kebhinnekaan kita dan keberagaaman, kita harus terus menjadi satu bangsa yang bersatu, berdaulat, menuju adil dan makmur,” tegas Yohanes Handojo.
Untuk itu, Handojo Budhisedjati mengatakan bahwa dalam Pemilu nanti, kita harus dapat memilih pemimpin yang terbaik, yang bisa membawa bangsa kita semakin jaya dan makin besar.