Pijar Vatikan II: Doa “Bapa Kami” yang Terlewatkan (36B)

0
599 views
Doa Bapa Kami

BAGI saya, tanggal cantik 05052020 itu, tidak hanya menjadi hari berkabung nasional bagi para “Sobat Ambyar”, tetapi juga bisa dibilang menjadi “Hari Kebawelan Umat Katolik Indonesia”.

Betapa tidak. Pagi hari, orang-orang Katolik kepo ini “ngrasani” agama Didi Kempot, sorenya habis doa Rosario, beralih jadi “ngrasani” Uskup Keuskupan Malang.

Pagi menghebohkan Didi Kempot, malam hari mulai menghebohkan Mgr. Pidyarto yang lupa mendaraskan doa Bapa Kami dalam doa Rosario Laudato Si.

Bukan main memang umat Katolik kita ini. Saking hebohnya soal doa Bapa Kami ini, teman saya yakni Romo CB Kusmaryanto SCJ, doktor Etika Medis dan dosen Fakultas Teologi Universitas Sanata Dharma itu sampai japrian dengan saya: “Mas Kun, kok pada heboh soal Bapa Kami yang kelewatan itu apa sih maksudnya? Nggak mudheng saya.”

Saya bilang ke Romo Kusmaryanto: “Jadi begini Romo: semalam doa Rosario Laudato Si yang dipancarkan ke seluruh dunia itu, dipimpin oleh Mgr. Henricus Pidyarto O.Carm.

Pada 5 Mei kemarin, Uskup Keuskupan Malang itu mendapat giliran memimpin Rosario Laudato Si hari kelima. Apa mau dikata, doa Bapa Kami yang semestinya didaraskan menjelang setiap perpuluhan doa Salam Maria, hanya didoakan sekali saja.

Keempat perpuluhan Salam Maria yang lain “ditembak” Mgr. Pidyarto tanpa didahului doa Bapa Kami. Itu saja Romo masalahnya.

Sepélé sekali. Karena “kelalaian” Uskup Keuskupan Malang ini, WA grup umat di seluruh Indonesia jadi heboh. Komentar umat Katolik yang sangat rajin berdoa Rosario itu, jadi macam-macam dan liar.

Ada netizen yang berkomentar “ringan” seperti :

  • Jangan-jangan itu doa Rosario model baru.
  • Jangan-jangan karena dikejar jam tayang, doa Bapa Kami lalu ditiadakan.
  • Kayaknya Bapak Uskup ini lebih banyak pegang HP daripada pegang Rosario.

Namun, ada juga komentar yang “berat” seperti:

  • Itu Uskup ngga pernah doa Rosario ya?
  • Udah tahu, doa Rosario ini ditayangkan ke seluruh Indonesia, mbok disiapkan bener. Mosok doa Bapa Kami-nya bisa sampai lupa.
  • Jangan-jangan kesehatan Mgr. Pidyarto sudah mulai mundur. Habis kelihatannya mulai pikun. Konsentrasi dikit ‘napa. Mosok doa Rosario yang bener aja udah nggak bisa.

“O… Allah, cuma kayak gitu to masalahnya mas Kun,” kata Romo Kusmaryanto.

Kepada Romo Kus, saya juga cerita komentar saya kepada yang bilang “Itu Uskup ngga pernah pernah doa Rosario ya?”

Saya katakan demikian. “Mgr. Henricus Pidyarto, Uskup Keuskupan Malang itu, bukan sembarang imam. Bukan pula sembarang Uskup. Dia adalah satu dari  sedikit Uskup Indonesia yang bergelar profesor. Dia itu bukan sekedar imam pelayan umat, tetapi juga biarawan yang “doa” adalah nyawanya.”

“Dan lebih dari itu, Mgr. Pidyarto itu Profesor Kitab Suci, bidang yang sangat mendasari iman kita. Ia lulusan salah satu universitas terbaik di Roma. Saya hadir waktu Romo Pidyarto mempertahankan dissertasi doktoralnya. Waktu masih SMA di Malang, Romo Pidyarto juara bulutangkis se-Jawa Timur. Kalau masyarakat Indonesia di Roma mengadakan acara 17 Agustusan, juara lomba bulu tangkis pasti selalu diraih Romo Pidyarto.”

Jadi dari lahir dan batinnya, Mgr. Pidyarto itu orang suci, orang hebat dan orang sehat. Jago olah raga. Maka kayaknya tidak mungkin, mengatakan kesehatan beliau sudah mulai mundur, hanya karena melewatkan doa Bapa Kami.

Walau beliau itu orang hebat, tetapi Romo Pidyarto itu sosok yang sangat rendah hati. Kalau kami datang ke biaranya, Romo Pid selalu masak dan melayani kami seperti “tamu agung”.

Gara-gara banyak yang “ngrasani” Mgr. Pidyarto, saya jadi lalu berkobar-kobar membela Uskup Keuskupan Malang, teman kami main badminton di Collegio San Paolo dulu.

Kepada yang mengkritik Mgr. Pid, saya bilang dengan bercanda:

“Kemarin itu Mgr. Pidyarto lupa doa Bapa Kami, karena beliau itu lebih sering membaca Kitab Suci daripada berdoa Rosario. Jadi kalau ada yang terlewat, cincai sajalah. Itu jelas bukan kesengajaan. Salah satu tanda orang hebat dan orang suci itu kan ya lupa itu. Gus Dur lebih parah. Kurang hebat dan kurang suci apa Gus Dur itu? Lha kalau mendengarkan pidato di DPR, Gus Dur malah tertidur.”

Begitulah “ngelès” saya dalam membela sahabat saya Mgr. Prof. Dr. Henricus Pidyarto O.Carm,

Habis,nasib sahabat saya Uskup Malang ini kok jadi “malang” benar, hanya gara-gara doa Bapa Kami terlewatkan. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here