Pijar Vatikan II: In Memoriam JFX Himawan Soenarjo, Produk Terbentuk oleh Komunitas dan Persaudaraan yang Berkualitas (40C)

0
439 views
In memoriam JFX Himawan Soenario, alumnus Seminari Mertoyudan angkatan CP-67. (Ist)

BANJIR “ode” pujian pada sosok almarhus Mas Himawan Soenarjo masih terus mengalir.

Hari ini, pada laman FB Mas Himawan, para sahabat masih terus menulis emosi rasa kehilangannya yang mendalam.

Meyritha Maryanie menulis:

“Selamat jalan Mas Wawan yang bijaksana, baik hati dan selalu ceria.”

Tuti Purwati memberi kesan: “Sugeng tindak Mas Himawan kondur ing kaswargan jati. Penjenengan piyaye saé lan dumugi konduring alam kalanggenan tansah setio tuhu dateng iman kristiani kanthi teguh”.

Sementara Febby Tarigan mengucapkan terim kasih pada Mas Himawan:

“Terim kasih untuk semua cerita hidup, pengalaman, ilmu, nasehat yang selalu Pakdhe berikan”.

Pada FB Mas Himawan hari ini, Abel Petrus menulis:

“Beliau adalah sosok yang baik hati dan jenaka. Saat masih tinggal di Denpasar, beliau selalu membagikan informasi beasiswa atau edukasi melalui japri WA kepadaku”.

Sosok pribadi berkualitas

Bahwa Mas Himawan dikenal sebagai sosok bijaksana, baik hati, selalu ceria, “piyantun saé”, kesetiaan imannya teguh, guru yang baik, penutur cerita dan pengalaman yanghandal, sudah jelas membuktikan siapa Mas Himawan.

Dia sosok pribadi yang berkualitas. Menjadi pribadi semacam itu tentu enak ditonton dan indah dikenang.

Namun ketika kita ditinggalkannya, kita tiba-tiba tersentak: “Ya Allah, ternyata sahabat dan saudara sebaik ini sekarang tidak ada lagi bersama kami.”

Untuk keluarga dan sahabat-sahabat dekat, Mas Himawan pastilah inspirasi yang tak pernah henti.

Untuk teman-teman alumni Merto- terutama alumni Merto-67- semua merasa sangat kehilangan sahabat, teman dan saudara sebaik Mas Himawan.        

Kebetulan, walau jarak angkatan kami dan angkatan Mas Himawan adalah enam tahun, namun saya punya beberapa sahabat yang sungguh dekat dengan angkatan Mas Himawan.

Sebut saja: Romo FX Mudji Sutrisno SJ, Romo Antonius “Dipo” Sudiarjo SJ, Mas Frans Wiyono, dan Romo A.Widianto Pr imam diosesan KAJ.

Romo Mudji dan Romo Sudiardjo sering mengunggah foto atau cerita acara dengan keluarga kami. Mungkin itu juga yang membuat Mas Himawan lalu menyelamati kami.

Untuk saya, Mas Himawan sungguh, unik karena jarang ada pribadi yang mengatakan dan menghidupi kebijakan ala Mafia atau Cosa Notra ini: “Sahabatmu adalah sahabatku”.

Kelanjutan semboyan itu: “Musuhmu adalah juga musuhku” ini tentunya tidak berlaku untuk Mas Himawan.

Almarhum Mas Himawan Soenarjo pada tanggal 5 Juli 2014 ikut menyanyi lagu “Terimakasih Seribu” di acara reuni alumni Seminari Mertoyudan angkatan tahun masuk 1973 di Bali. (Dok. Kunarwoko)

Dalam konteks ini, bisa jadi Mas Himawan jadi merasa dekat dengan saya, karena saya teman seangkatan Ganjar besannya.

Dalam angkatan kami, selain Ganjar ada beberapa Romo yang dikenal Mas Himawan juga dengan baik seperti:

  • Romo RB Riyo Mursanto SJ, mantan Provinsial Jesuit.
  • Almarhum Romo JB Hari Kustanto SJ, dulu dosen STF lulusan Yale University.
  • Romo M. Hadisiswoyo SJ, mantan Direktur Strada.
  • Almarhum Romo M. Purwatma Pr, dosen Seminari Tinggi Kentungan lulusan Universitas Urbaniana Roma.
  • Romo A. Sudarno OSC, mantan Provinsial OSC.
  • Romo M. Priyo Kusharjono, mantan Vikjen Keuskupan Bandung.

Pada reuni angkatan awal Juli 2014 itu, para romo kebanggaan angkatan kami itu datang di Bali disambut Mas Himawan.

Biasanya kalau mendengar Romo Mudji SJ atau Romo Sudiarjo SJ, cerita serunya reuni angkatan Merto-67 nya Mas Himawan cs ini, saya tidak banyak komentar.

Pastilah bagian biasa dari sebuah nostalgia.

Reuni alumni Seminari Mertoyudan angkatan CP-67.

Kualitas reunian angkatan

Tapi dengan meninggalnya Mas Himawan ini, saya seolah mendapat sebuah “wake-up call”.

Membangun ikatan alumni yang sebaik dan seakrab angkatan Mas Himawan ini sungguh tidak mudah.

Setiap angkatan pasti diberi Tuhan keunikan. Tidak pernah ada yang sama. Tidak setiap angkatan beruntung memiliki anggota yang pantas dibanggakan.

Teman kantor saya, alumnus angkatan jauh di bawah saya, pernah cerita tentang angkatannya diSeminari Mertoyudan yang mencengangkan. Di antara alumni angkatannya, ada yang jadi uskup, profesor, rektor, banyak yang jadi romo, direktur.

Ning nggih onten sing mualaf, dados ustaz malah onten sing dados gelandangan lan dodol awak napa Pak Kun (Tapi ya ada yang jadi mualaf, jadi ustaz malah ada yang jadi gelandangan dan jual badan segala Pak Kun),” katanya diiringi senyum kecut.

Sambil menghibur teman ini, biasanya saya menjawab: “Kalau angkatan saya tidak ada yang jadi uskup mas. Nek ‘selalu jadi calon Uskup’ ya ada beberapa.”

Alumni Seminari Mertoyudan CP-1967 dalam sebuah acara reuni angkatan. (Dok. Romo Mudjisutrisno SJ)

Beda sekali dengan angkatan Mas Himawan. Merto-67 termasuk angkatan legendaris. Mereka angkatan yang sukses. Para alumninya kompak sampai cucu-cucu mereka. Acara reuniannya selalu heboh dan meriah.

Beberapa menjadi profesor, seperti Romo Mudjisutrisno SJ, Romo Dipo Sudiardjo SJ, dan Mas Pratiknya.

Mayoritas angkatan Mas Himawan punya paspor dan sering bolak-balik ke luar negeri. Banyak yang menikmati pendidikan luar negeri dan bergengsi seperti Mas Himawan di Oxford University.

Walau begitu, mereka tetap rendah hati dan tidak pernah memamerkan titel serta jabatan mereka. Sebuah angkatan yang berhasil. Dan Mas Himawan salah satu produk angkatan yang hebat ini.

Rupanya benar kata-kata Santo Stanislaus, akhirnya kita ini dalam hidup: “Yang penting bukan menjadi apa, tetapi kita hidup menjalankan apa”.

Sembah nuwun Mas Himawan.

Selama ini mas Himawan sudah menjalankan hal yang sangat indah dalam hidup ini, yaitu menjadi sahabat bagi Tuhan, gereja, sesama dan kami-kami teman alumni.

Dalam bahasa teman saya, panjenengan sudah memanggul salib ini dengan cantik.

Panjenengan juga mendapat anugerah dipaggil Tuhan dengan cantik. Tanpa sakit berkepanjangan.

Dan lebih dari semua, kami akan terus mengenang penjenengan sebagai sahabat sejati yang menjalankan persahabatan itu dengan sangat terpuji.

Sembah nuwun lan sugeng tindak Mas Wawan. (Selesai)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here