Program Dukung Panggilan (DuPang) untuk SeminariS, Latar Belakang Historis (1)

2
2,105 views
Para seminaris di Seminari Menengah Mertoyudan tengah menunjukkan kebolehannya bermain musik klasik bersama mentor mereka Romo Ria Winarta Pr dalam acara peringatan 100 Tahun Seminari Mertoyudan di tahun 2011 silam bersama Uskup Agung Keuskupan Semarang alm. Mgr. Johannes Pujasumarta. (Ilustrasi/Ist)

IBARAT ingin mengejar mimpi setinggi langit, maka jangan sampai hanya karena tiada biaya, para siswa yang tengah menempuh pendidikan di Seminari Menengah (SeminariS) lantas gagal meraih keinginan luhurnya menjadi imam (pastor).

Namun, fakta di lapangan di beberapa Seminari Menengah memang menunjukkan hal sebaliknya. Banyak remaja lulusan SMP atau SMA akhirnya tidak berani masuk Seminari Menengah lantaran orangtuanya  tidak mampu membayar uang sekolah dan asrama.

Tak kuat bayar

Bulan Maret 2016 lalu, penulis blusukan menyusuri kawasan permukiman petani di Jali, Gayamharjo, tak jauh dari lokasi Gua Maria Sendang Sriningsih.

Banyak orangtua katolik di situ lalu bercurhat.

Kepada Sesawi.Net, mereka mengungkapkan kegundahannya atas kandasnya harapan mereka mendukung keinginan anaknya masuk Seminari.

Itu terjadi karena sebagai petani penggarap sawah milik orang lain, mereka tidak punya modal. Untuk menanggung biaya sekolah berikut uang asrama dan kegiatan ekstrakurikuler guna menunjang keinginan anaknya masuk Seminari Menengah dan menjadi seorang SeminariS.

Hal sama juga dikeluhkan oleh beberapa orangtua katolik di permukiman tak jauh dari Gua Maria Giriwening.

Sekarang, beban biaya sekolah plus uang asrama dan kegiatan sudah dianggap terlalu tinggi untuk mayoritas orang katolik berpenghasilan rendah: buruh tani, guru SD, petani penggarap tanah/sawah orang.

Singkat kata, cita-cita luhur para remaja katolik lulusan SMP dan SMA untuk menjadi imam (pastor) lalu kandas. Hanya karena faktor tiada biaya.

Dengan demikian, seperti ungkapan di atas pengawal tulisan ini, cita-cita setinggi langit itu akhirnya tergantung di awan alias tidak kesampaian.

Labirin persoalan

Padahal, sebagai orang katolik, kita semua mahfum, tiada seminariS berarti tiada juga ‘pasokan’ frater untuk Seminari Tinggi dan semua tarekat religius.

Tidak ada frater, maka juga tidak akan ada tahbisan imam.

Tidak ada tahbisan imam baru, maka jumlah imam akan terus merosot drastis dan jumlahnya akan menjadi semakin tidak sebanding dengan tingkat perkembangan jumlah umat.

Tidak ada pastor (imam), maka berarti pula tidak ada perayaan ekaristi (misa) dan pelayanan sakramental lainnya.

Tidak ada imam berarti juga tidak akan akan perkawinan katolik yang kemudian baru bisa dilegalkan di hadapan negara melalui Kantor Catatan Sipil.

Doa-doa arwah dan misa requiem juga tidak akan bisa terselenggara, kalau tidak ada imam tersedia di paroki-paroki atau tempat residensial para imam dari tarekat religius.

Kilas balik sejarah

Mayoritas para imam (pastor) Indonesia pada umumnya berasal dari keluarga-keluarga katolik sederhana, meski juga tak bisa menampik fakta beberapa imam memang sungguh datang dari keluarga berada.

Tapi justru dari keluarga-keluarga katolik sederhana di pedesaan itulah, bibit panggilan untuk menjadi imam (pastor) itu awalnya muncul dan bertumbuh.

Bibit panggilan menjadi imam itu muncul, ketika anak-anak muda lulusan SMP dan SMA dari keluarga-keluarga katolik sederhana ini menyatakan kehendaknya ingin menjadi imam.

Niatnya itu kemudian mereka wujudkan  dengan masuk Seminari Menengah dan resmilah mereka menjadi seminariS.

Dengan sengaja kami tulis dengan huruf kapital “S” untuk membedakan dua hal yang berbeda. Yakni, Seminari adalah nama lembaga pendidikan untuk para calon imam.

Sedangkan seminariS adalah murid-murid didikan di Seminari Menengah. Bila mereka sudah masuk Seminari Tinggi, status mereka akan ‘naik tingkat’ menjadi Frater.

Di sini ada masalah besar. Yakni, banyak keluarga-keluarga katolik sederhana tetap ingin merestui anaknya masuk Seminari Menengah, namun mengalami kesulitan pembiayaan untuk studi anaknya yang menjadi seminariS.

Besaran biaya pendidikan sekolah dan hidup di asrama (baca: Seminari) tidak sebanding dengan penghasilan keluarga-keluarga katolik sederhana ini.

Program DuPang (Dukung Panggilan)

Melihat fakta di atas dan berdasarkan paparan beberapa Romo Rektor Seminari Menengah di Jawa dan Sulawesi yang sengaja kami kontak membicarakan masalah tersebut, maka diluncurkanlah Program Dukung Panggilan (DuPang).

Program DuPang ini diinisiasi oleh sejumlah mantan Jesuit Indonesia.

Program DuPang ini diampu oleh Sesawi.Net bersama Yayasan Sesawi, lembaga bentukan para mantan Jesuit Indonesia.

Sesawi (Sesama Sahabat Warga Ignatian) adalah paguyuban kekeluargaan yang menampung semua para mantan Jesuit, apakah mereka itu dulunya frater, pastor, atau bruder.

Pokoknya, anggotanya adalah para mantan Jesuit Indonesia dan itu dibuktikkan dengan kehadirannya di Novisiat Serikat Jesus di Girisonta dan pernah mengikuti program Retret Agung 30 Hari ala Jesuit.

Program DuPang ini didukung sepenuhnya oleh jajaran Redaksi Sesawi.Net yang para anggota redaksinya  juga terdiri dari para mantan Jesuit Indonesia.

Kontribusi kita

Paparan fakta di atas telah menggerakkan banyak pihak ingin terlibat dan ikut bertanggungjawab memelihara panggilan para seminariS.

Salah satunya, komitmen mereka ingin membantu Seminari Menengah di Indonesia mengelola beban biaya pendidikan dan hidup asrama para seminariS-nya.

Yayasan Sesawi dan Sesawi.Net juga berkeinginan mau ambil bagian dalam tanggung jawab bersama tersebut.

Caranya adalah dengan menghimpun dana sumbangan umat dari mana pun dan sebesar apa pun dengan intentio dantis  (sesuai peruntukan pemberian sumbangan itu) yakni keinginan meringankan para orangtua seminariS yang kesulitan memenuhi kewajibannya harus membayar uang sekolah, asrama, dan kegiatan anak mereka di Seminari-seminari Menengah.

Mengapa bukan seminari, tapi seminariS?

Pertanyaan kritisnya akan muncul: Mengapa bukan membantu Seminari, melainkan malah seminariS?

Bantuan untuk Seminari sebagai lembaga pendidikan calon imam sudah dilakukan banyak pihak. Di situ sudah ada  empat organisasi mandiri yang sangat peduli dengan Seminari.

Mereka ini adalah:

  1. Kelompok Semangat yang membantu bidang pembangunan infrastruktur dan bangunan.
  2. Paguyuban Gembala Utama (PGU) yang sebagai wadah seminaris alumni Seminari Mertoyudan dan lainnya sering  membantu di bidang pengembangan  soft skills untuk para guru dan seminariS.
  3. GOTAUS (Gerakan Orangtua Asuh Seminari) adalah kelompok awam yang peduli akan mutu makanan dan gizi para seminariS di semua Seminari Menengah di seluruh Indonesia.
  4. Yayasan Sahabat Seminari dari PUKAT KAJ (Kelompok Profesional dan Usahawan Katolik) Keuskupan Agung Jakarta.

Justru kelompok atau organisasi yang langsung membantu para seminariS belum atau malah tidak ada.

Karena itu, Sesawi.Net dan Yayasan Sesawi berkehendak ingin mengarahkan bantuan sumbangan umat untuk para seminariS yang datang dari keluarga-keluarga sederhana itu.

Caranya?

Kami mengajak Bapak-Ibu sekalian pemerhati pendidikan calon imam berkenan berpartisipasi mendukung Program Dukung Panggilan (DUPANG) yang diampu secara bersama oleh Sesawi.Net Yayasan Sesawi.

Caranya gampang.  Cukup salurkan bantuan donasi amal Anda ke tiga opsi rekening berikut ini dan silakan memilihnya.

  • Bank MandiriNorek 166 0009 0008 86.
  • a.n. Yayasan Sesawi.
  • Kode transfer 008 melalui ATM dari bank lain.
  • Subjek berita: Program Dupang.
  • Kirimkan bukti transfer kepada portalsesawi@gmail.com (Sesawi.Net).
  • WA ke 0812-1214-8336.

Semoga budi baik Bapak-Ibu sekalian dalam mendukung Program DUPANG ini berkenan di hati Tuhan.

Juga bisa meringankan para orangtua seminariS dalam memenuhi kewajiban mereka membayar uang sekolah, asrama, dan kegiatan untuk anak-anak mereka yang menjadi seminariS.

Ad Maiorem Dei Gloriam (AMDG).

Pokja DUPANG, Sesawi.Net, Yayasan Sesawi.

2 COMMENTS

  1. Syalom,
    Apakah saya bisa.membeli.buku aporitualitas jesuit? Mohon informasi nya.

    terimakasih. Tuhan memberkati

  2. Syalom,

    Saya mau menanyakan Apakah bisa membeli buku spiritualitas Jesuit dalam kesehatan? Mohon informasi nya

    Terima kasih, Tuhan memberkati

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here