Puncta 22.03.20 Minggu Prapaskah IV: Melihat yang Tak Terlihat

0
248 views
Bandara Ewer di pedalaman Agats dimana landas pacu beralaskan tanah keras dan berumput, di ujung akhir ada lapisan baja buatan seorang bruder Agustinian asal Amerika. Foto dibuat di bulan Juni 2013. (Mathias Hariyadi)

Yohanes 9:1,6-9,13-17,34-38

PADA waktu Gunung Merapi akan meletus, ada cerita beredar di sebuah desa yang akan dilewati lahar dingin. Waktu itu ada seorang tua lewat di desa itu dan memberitahukan kepada warga untuk pergi dari kampung untuk melihat pengantin agung lewat.

Namun orang-orang itu tidak percaya dan menyepelekan kabar omong kosong itu.

Dari mana ada pengantin agung di desa di lereng gunung yang terpencil seperti itu. Orang-orang tak menggubris kabar itu. Dan apa yang terjadi kemudian. Desa itu tersapu oleh lahar dingin Merapi dan hanya satu orang yang selamat karena dia bepergian dari desanya.

Ternyata yang dimaksud pengantin agung oleh orangtua misterius itu adalah lahar dingin yang menyapu desa tanpa ampun.

Dalam bacaan pertama, Samuel diminta oleh Tuhan untuk memilih dan mengurapi Raja Israel dari keturunan Isai. Samuel melihat paras yang tampan dari Eliab.

Tetapi Tuhan tidak melihat kemolekan lahiriah. Samuel terpesona oleh keperkasaan anak Isai yang lain. Tetapi Allah tidak melihat mereka dari apa yang terlihat.

Baru ketika Samuel melihat Daud, Tuhan menyuruh mengurapi dia sebagai raja Israel. Samuel dituntun untuk mengenal Daud bukan dari apa yang kelihatan, tetapi dari kehendak Tuhan. Samuel diberi hati yang dapat mengenal kehendak Tuhan, bukan apa yang kelihatan oleh mata manusia.

Dalam Injil hari ini, Yesus menyembuhkan orang buta sejak lahirnya. Orang Yahudi berpandangan bahwa orang sakit, orang miskin, orang menderita itu karena kutukan akibat dosanya atau dosa orangtuanya.

Maka mereka bertanya, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orangtuanya, sehingga dia dilahirkan buta?” Kata Yesus, “bukan dia dan bukan juga orangtuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”

Karena buta, orang itu bisa berjumpa dan mengenal Yesus Sang Mesias. Tetapi orang-orang Farisi yang dapat melihat itu justru tidak mampu mengenal siapakah Yesus itu.

Orang buta justru mempunyai kepekaan hati untuk melihat yang terdalam, bukan hanya yang lahiriah saja.

Sebaliknya, kita yang tidak buta malah tidak mampu melihat apa yang dikehendaki oleh Allah. Buta itu bukan hanya urusan mata secara lahiriah, tetapi buta bisa berarti hati yang tertutup akan kehendak Allah.

Bisa jadi mata kita melihat tetapi hati kita buta. Tidak tertutup kemungkinan ada orang yang buta secara fisik, tetapi hati sangat peka dengan karya dan kehendak Tuhan dalam peristiwa hidup kita.

Marilah kita mengasah hati agar tidak buta akan karya-karya Allah. Marilah kita melihat apa yang tidak terlihat dengan mata batin kita.

Senja melihat mentari bersinar redup.
Malam datang bulan purnama.
Karya Tuhan tergelar dalam peristiwa hidup.
Mata batin perlu diasah untuk memahaminya.

Banyuaeng, dalam pelukan senja.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here