Reuni Alumni Seminari Mertoyudan CP 65 BC 68 – Kuasa Pengampunan dalam Relasi Ilahi

0
276 views
Resor Drini Hills di kawasan wisata pesisir Jawa Selatan di Kabupaten Gunung Kidul, DIY. (Drini Hills)

TANGGAL 3 Juli 2023, WA dari Mas Gomek Wiyono (CP 1965) masuk: Mas Markus, menopo panjenengan Ketua IASM? Maaf kalau salah. Salam Mas Wiyono.”

Jawabku pun singkat: “Betul.”

Tidak terlalu lama kemudian, WA susulan muncul, “Mau lapor kalau para seniores angkatan CP 65 BC 68 ada yang mau kumpul-kumpul di Drini Hills Resort tanggal 23-25 Juli 2023ini.
Kebetulan yang kagungan Mas Harinowo.”

Undangan itu datang 20 hari sebelum hari H. Ada banyak hal yang bemain di kepalaku. Masa libur dosen (24 Juni-7 Juli) sama sekali tidak bisa aku gunakan untuk memperhatikan keluargaku.

Aku lebih sibuk urus hal-hal lain: pekerjaan, pelayanan, pengabdian pada masyarakat. Hampir tidak pernah mempedulikan keluargaku sendiri.

Akhirnya, kami memutuskan 18-23 Juli 2023 jadi acara nengok keluarga. Di Palembang dan Lubuk Linggau.

***

TANGGAL 23 Juli 2023 pukul 03.00 WIB kami keluar dari kompleks Rumah Sakit Myria, KM 7 Palembang, menuju Jogja. Pukul 18.45 WIB pada hari yang sama, kami sudah masuk rumah di Kalasan.

Hari berikutnya, Senin 24 Juli 2023, pukul 18.50 WIB kami mengawali perjalanan ke Drini Hills.

Kami dengan senang hati menerima tawaran untuk menginap. “Kalau Mas Markus berkenan, kami sediakan kamar untuk istirahat. Mas Markus dan anak akan di satu ruangan dengan Mas Darmaji. Isteri nanti bersama dengan salah seorang ibu,” papar Mas Gomek Wiyono.

Undangan reunian alumni Seminari Mertoyudan CP 65 dan BC 68 di Drini Hills, Gunung Kidul, DIY. (Ist)

Tidak sulit mencapai Drini Hills. Kemacetan terjadi saat menaiki tanjakan Piyungan. Beberapa truk dengan kecepatan siput merangkak, menghasilkan kolom yang panjang. Jarak 64 km dari rumah Kalasan sampai ke Drini Hills ditempuh selama 1 jam 40 menit.

Tepat pukul 20.30 kami memasuki acara. Mas Gomek Wiyono sedang asyik bagi-bagi doorprize. Masing-masing peserta diharapkan membawa sesuatu untuk ditukarkan satu sama lain. Minimal satu jenis barang.

Tapi faktanya, ada yang membawa 3 atau bahkan 5 jenis barang. Semuanya dibungkus dengan kertas/plastik kado yang cantik.

Bagi-bagi doorprize pun diformat dalam permainan tebak-tebakan. Ternyata tebak-tebakan inni adalah ide spontan. Karena jumlah doorprize sangat banyak, teman-teman pun membantu Mas Gomek dengan beberapa pertanyaan tebak-tebakan.

Rangkaian pertanyaan sudah disiapkan. Banyak pertanyaan yang menuntut memori waktu di Seminari.

  • “Apa nama tempat cucian di Seminari?”
  • “Istilah Bahasa Latin untuk WC/kamar mandi apa?”
  • “Bahasa Belandanya senang cari perhatian apa?”
  • “Apa nama monyet di MP?”. Dijawablah: “Mukiyem.”
  • “Siapa yang kecemplung sungai karena baru belajar sepeda?” – “Danan.”
  • “Siapa parabannya si kembar?” – “Mugen.”
Wajah kampus Seminari Mertoyudan zaman dahulu dilihat dari atas. (Seminari Mertoyudan).

Kebetulan aku mendapatkan pertanyaan juga. “Khusus untuk Mas Markus, kapan ultah SMM dirayakan?”

“Kalau sesuai dengan Petrus Canisius, mestinya tiap 27 April.”

“Bukan. 1 Juli. Tapi nggak apa-apa. Karena toh sudah jauh-jauh Jogja, dan masih sangat capek karena nyetir sendiri dari Palembang, tetap ada hadiah untuk Mas Markus,” lanjut Mas Gomek Wiyono.

Beberapa pertanyaan menjadi sangat personal.

“Siapa nama lengkap isteri Gomex the Hunter?”. Nama the Hunter ditambahkan untuk menandai “yang berburu teman-teman bersama alm Romo Wisnu SJ.

“Fransisca Sari Widjayati.”

***

“Sering-sering saja jalin relasi dengan angkatan mana pun,” Mas Jimmy S. Harianto berpesan.

“BC 65 dan CP 68 ini menyediakan banyak sumber daya. Ada Mas Cyrillus Harinowo dan Mas Suswidyono,” lanjutnya.

“Aku tadi sempat menunjukkan bukuku yang berisi profil singkat tentang sosok Cyrillus Harinowo. Dulu tahun 2014, beliau jadi narasumber leadership retreat di Bandungan,” kataku sambil menunjukkan buku cetak dengan judul Pedagogi Berkepedulian (Budiraharjo & Lasar 2016).

“Tadi Mas Harinowo sempat membaca kisahnya juga,” lanjutku.

“Yang luar biasa kan beliau hanya satu hari di Merto. Namun, teman-temannya seangkatan sangat peduli, dan menerimanya sebagai bagian tak terpisahkan dari angkatan,” kataku menyarikan perbincangan pendek dengan Mas Cyrillus Harinowo.

“Ada saat-saat pertemanan di angkatan menjadi bumerang,” kata Mas A. Hari Susanto. “Namun, sekali lagi, sesakit apa pun beban yang harus aku tanggung bersama keluargaku, toh kami mampu melewatinya,” lanjutnya.

Seperti yang disampaikan oleh Romo Murwantoro MSF, “Paseduluran alumni Seminari Mertoyudan sebenarnya adalah relasi ilahi. Dan itulah yang kemudian membantu kami sekeluarga untuk menerima rasa sakit tersebut dalam perspektif syukur.”

“Kata kuncinya ada kuasa pengampunan dari dalam diri kita. Berdamai dengan luka-luka relasional. Mengangkat rasa syukur, bukan rasa sakit dan dendam,” lanjut Mas Hari Susanto membuat kesimpulan.

“Dalam segala keterbatasan, kami sekeluarga mampu melewati masa-masa krisis,” Mas Hari Susanto memberikan penilaian. Ia berpesan untuk tidak usah menyingkap kasus yang menimpanya.

Drini Hills di antara pucuk daun-daun Jati (Drini Hills)

Saat jarum jam mendekati angka 23.30, tinggal diriku dan Mas Jimmy S. Harianto yang tersisa di gedung utama.

“Mas Markus, jangan segan-segan ketuk pintu ke para alumni senior. Yang dikatakan Mas Suswidyono benar. Dia tahu banyak hal, termasuk di mana sumber-sumber dana berada.”

Itu pesan sebelum kami masing-masing ke kamar yang akan kami gunakan tidur. Aku ke rumah dengan label Kukup 2. Rumah itu mengingatkanku pada film The Hobbits.

Desain rumah sederhana. Tapi dengan cepat akan terasa kemewahan yang tersembunyi. Struktur bangunan dari kayu jati. Tangga dari kayu jati. Dengan plitur warna asli.

“Wow, untuk kamar yang kita tinggali itu, rate-nya Rp. 1,2 juta/malam,” dalam perjalanan pulang anakku kepo biaya menginap di Drini Hills di Traveloka.

“Yang paling murah Rp 700K,” lanjutnya.

“Kalau aku tidak salah hitung, total ada 20 rumah. Ada dua yang tahap finishing. Di belakang ada greenhouse untuk tanaman anggur. Kalau kamu keluar pukul 04.00 pagi, kamu akan dengar gelegar ombak yang menderu. Drini Hills itu lokasinya hanya 2 km dari bibir pantai,” kataku.

Reuni ini dibuat oleh Mas Gomex dibuat santai dan tidak terikat waktu. Yang penting ngobrol kangen-kangenan.

Penampilan spontan alumni Seminari Mertoyudan Angkatan CP 65 dan BC 68 di Resort Drini Hills, Gunung Kidul, DIY. (Markus Budiharjo)

Bermusik secara spontan

Serius pada saat misa dan menariknya misa diiringi trio boneks flute oleh Prof. Hari Kusnanto. gitar oleh Jimmy S. Harianto dan biola oleh Wiyono. Tanpa latihan, tapi jadi.

Para peserta datang pada Senin malam. Mereka langsung ngobrol bebas. Esok pagi-pagi sekali, peserta jalan kaki ke Pantai Ngrumput. Jaraknya sekitar 2 km. Ditraktir Mas Harinowo teh manis dan kelapa muda. Kembali ke hotel untuk sarapan, dan habis itu misa di Gua Tritis.

Setelah lunch di hotel, para peserta diajak Mas Harinowo ke kebon anggur di belakang resort Drini Hills. Memetik buah anggur, lalu istirahat.

Kegembiraan dalam perjumpaan sangat terasa.

Romo Murwantoro, MSF menikmati sejuknya air di kolam renang dekat Gedung Utama. Pada malam harinya, acara tebak-tebakan, nyanyi-nyanyi, joget-joget dan bagi-bagi doorprize.

Hari ketiga (25/7), misa penutup dijalankan pukul 07.00. Sarapan disediakan, sebelum para peserta saling mengucapkan sayonara.

Kalasan, 26 Juli 2023
Markus Budiraharjo

Baca juga: Drini Hills, Resor di Antara Pucuk Daun-daun Jati (2)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here