Sejak Kecil Difabel Romo Bambang Sutrisno Pr Tetap Hepi, karena Sudah Ikut Yesus (1)

0
301 views
Alami kondisi kaki difabel pincang, Romo D. Bambang Sutrisno Pr tetap saja hepi dan ceria. Kuncinya adalah karena sudah ikut Yesus. (Mathias Hariyadi/Titch TV)

HUKUM utama ikut “jalan” Tuhan adalah harus hepi dan ceria. Kalau tidak hepi ceria, pasti ada sesuatu yang “salah”.

Apalagi, kalau itu terjadi pada diri para pastor yang “kelakukannya” aneh, suka marah-marah, ngambeg, dan semua emosi negatif lainnya keluar.

Pokoknya, hukum utama hidup para imam Katolik itu ya harus hepi dan ceria, karena sudah komitmen telah mengikuti Yesus.

Itu dua kata kunci sukses kehidupan. Yang memang sungguh dialami dan benar-benar telah dilakoni oleh Romo D. Bambang Sutrisno Pr, imam diosesan Keuskupan Agung Semarang.

Ini bukan ngibul atau ngarang kisah. Romo Bambang sendiri akhirnya berhasil “menikmati” kisah hidup panjang dengan ciri keterbatasan fisiknya: pincang kaki kiri.

“Katanya, gara-gara disuntik Mantri Kesehatan saat suhu badan tinggi dengan cairan obat yang sudah kedaluwarsa,” demikian ungkap Romo Bambang Sutrisno Pr dalam Program Bincang-bincang Panjang dengan Titch TV.

Kisah menguak kehidupan menata emosi negatif dan mengelola hidup spritituak terjadi hari Jumat siang tanggal 26 Mei 2023 di Wisma Kasepuhan Para Imam Keuskupan Agung Semarang.

Ini adalah wujud bangunan baru untuk para imam senior itu bernama Wisma “Santo Petrus” Domus Pacis. Berada di dalam satu kampus Fakultas Teologi Wedabhakti Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan Seminari Tinggi St. Paulus Kentungan, Sleman, DIY.

Disuntik saat alami suhu badan tinggi di kelas 1 SR

Pengalaman “jatuh-bangun” itu sudah terjadi sejak dia umur setahun, ketika insiden “malpraktik” menimpa dia.

Berlangsung sampai umur lima tahun, ketika perkembangan kaki kirinya tidak berlangsung “sempurna”. Akhirnya, besaran kaki kirinya tidak “sinkron” sama persis dengan kaki kanan. Akibatnya, kaki kiri tidak mampu menahan beban tubuhnya. Sehingga jalannya menjadi pincang.

Itu berarti sejak kecil, Romo Bambang sudah mengalami dirinya cacat. Difabel di bagian kaki kiri.

Lalu mengapa tetap saja terlihat cerita?

“Kalau sudah ikut Tuhan Yesus, maka hukum utamanya ya tidak lain adalah harus ceria,” ungkap Romo Bambang Sutrisno Pr, imampraja KAS alumnus Kolese de Britto Yogyakarta.

Dua “ancaman” hidup

Dengan kondisi kaki pincang itu, sejak muda Romo Bambang menyadari dua hal “ancaman” hidupnya.

  • Pertama, tidak laku nikah.
  • Kedua, juga tidak laku kerja karena menderita difabel, meski sekarang prinsip kesetaraan sudah mulai dipraktikkan di dunia kerja.

Tapi dulu, kondisi fisik difabel sungguh menjadi sumber “celaka”.

Justru menariknya adalah Romo D. Bambang Sutrisno Pr mampu mengolah “emosi negatif” itu menjadi positif.

“Rumus bakunya adalah karena saya mengikuti Yesus,” ungkapnya tahun 1977 di Bandung ketika dia tengah “diberondong” pertanyaan dari para difabel dari seluruh Indonesia mengapa punya kondisi kaki cacat, tapi “tampilan” emosi dan roman muka sama sekali malah tidak menampakkan kesedihan.

“Sekali lagi, karena saya telah ikut Yesus,” jawabnya waktu itu, sembari mohon agar “kiat” hidup spiritual itu jangan “diperdebatkan”; apalagi dipermasalahkan.

Memanglah benar.

Sepanjang ngobrol tentang kiat mengolah emosi karena mengalami cacat fisik tak memberi kesan sebersit pun, Romo D. Bambang Sutrisno Pr sedih.

Yang terjadi sebaliknya: ngakak bersama. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here