Seminar di Unika Musi Charitas Palembang: Filter Moral, Alat Sensor Diri

0
397 views
Suasana seminar di Unika Musi Charitas Palembang, Jumat (6/4) lalu. (Aloysius Kristiawan)

MENYAKSIKAN tayangan televisi di Indonesia saat ini, ada banyak hal yang menjadi bahan keprihatinan. Misalnya, pada film-film animasi, sering ada tindakan penyensoran terhadap bagian-bagian tubuh karena dinilai bernuansa porno. Sementara di tempat lain, penyensoran terkesan absen pada acara-acara hiburan, seperti dangdut, di mana sang penyanyi berpenampilan seksi.

Kondisi di atas merupakan salah satu topik yang dilontarkan oleh seorang peserta Seminar Ilmiah yang diselenggarakan Universitas Katolik Musi Charitas Palembang, Jumat 6 April 2018 lalu.

Menanggapi hal ini, narasumber berpendapat, sebetulnya Indonesia masih butuh orang-orang yang berkualitas dalam bidang sensor film/acara televisi. Fenomena tersebut memang terjadi dan harus menjadi bahan evaluasi lembaga terkait untuk menentukan tindakan yang tepat dalam proses sensor.

Sebenarnya, proses sensor terkuat itu ada dalam diri masing-masing pribadi. Filter moral menjadi pertahanan utama dalam menilai dan mengambil keputusan terhadap aneka tayangan yang disajikan. Sebab, agak sulit membuat parameter bersama untuk hal-hal yang sifatnya subyektif personal berkaitan dengan acara televisi.

 Generasi millenial dan medsos

Seminar yang bertajuk “Pendidikan Seks dan Karakter Anak Millenium” ini juga mencermati tentang kondisi yang terjadi pada anak-anak zaman ini. Generasi millenial saat ini terkondisi sejak kecil sudah mengenal gawai, internet, laptop, ponsel, dll. Intinya, dunia teknologi, informasi dan komunikasi sudah menjadi bagian hidup mereka sejak dini.

Ada banyak dampak yang muncul dari kondisi ini.

  • Sisi positifnya, perhatian dan kepedulian terhadap peristiwa yang terjadi atas dunia dapat terfasilitasi dengan cepat. Aneka informasi untuk pengembangan potensi dan minat pun dapat diperoleh dan dipelajari secara pribadi.
  • Di luar itu, ternyata ada bahaya mengancam akibat sisi negatif dari kondisi digital native generasi millenial. Tidak sedikit orang yang menggunakan internet dan media sosial secara salah, bahkan mengarah pada tindak kriminal; dan ini terjadi karena dipicu oleh sikap kurang bijak dan hati-hati dari generasi millenial itu sendiri.

Media sosial sering menjadi sarana laporan untuk setiap kegiatan yang dilakukan, bahkan dilengkapi dengan foto-foto. Aneka situasi dan pengalaman batin pun dapat dituliskan di media sosial. Situasi inilah yang sering dimanfaatkan secara negatif oleh oknum-oknum yang hendak mengambil keuntungan, dan tidak sedikit yang mengarah pada tindak kejahatan.

Dunia maya memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan siapa pun tanpa pernah melihat dan bertemu dengan orangnya. Untuk itu, generasi millenial dituntut memiliki perlindungan diri, baik secara pribadi maupun bersama. Cara praktis yang dapat dilakukan yaitu dengan membatasi informasi yang diunggah ke media sosial, terutama yang isi bersifat pribadi dan dapat memancing niat jahat orang lain. Sebab, banyak hal dapat dimanipulasi lewat media sosial.

Upaya preventif dalam mengatasi hal negatif akibat media sosial adalah dengan menggunakannya secara bijak dan hati-hati. Setiap individu haru selalu menyadari bahwa media sosial itu hanyalah alat untuk berkomunikasi. Namun faktanya, saat ini justru sudah menjadi bagian hidup kita. Di sinilah perlunya kembali untuk berkonsentrasi pada nilai-nilai utama yang ada dalam bagian hidup kita.

Tindakan preventif ini juga harus melibatkan banyak pihak. Jika berkaitan dengan generasi millenial, maka peran keluarga juga tidak boleh diabaikan. Kecenderungannya saat ini, anak-anak sudah dibekali gawai oleh orang tuanya dengan berbagai alasan.

Namun, di saat yang sama, pengawasan dan kendali dalam penggunaannya sering dilalaikan. Untuk itu, orang tua wajib ikut ambil bagian dalam perkembangan gaya hidup anak-anak saat ini.

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here