REMBANG (Jumat, 25/11/2016). Sekitar pukul 06.00 WIB Haji Taslim Sahlan (Sekjen FKUB Jateng), Abu Rokhmad (anggota FKUB Jateng) dan Iman Fadhilah (Ketua FKUB Muda Jateng) sudah tiba di Pastoran Kristus Raja Ungaran. Mereka bertiga menjemputku. Tak lama kemudian, dengan saya sopiri, kami berempat meluncur menuju Rembang. Tujuan utama kami silaturahmi sowan KH A Mustofa Bisri atau sering disapa Gus Mus di Pondok Pesantren Raoudlatut Thalibin, Leteh, Rembang.
Hari Rabu (23/11) yang lalu, Haji Taslim dan Abu Rokhmad sudah datang ke Pastoran Ungaran memintaku untuk menyertai mereka dalam rangka memohon kepada Gus Mus untuk menjadi narasumber dalam acara kebangsaan yang akan diselenggarakan kerjasama antara Pemprov dan FKUB Jateng pada hari Senin (28/11) mendatang. Oleh karena sifatnya yang mendadak dan demi urgensi acara tersebut, maka, Haji Taslim dan Abu Rokhmad merasa perlu memintaku untuk menyertai dan menjadi penghubung kepada Gus Mus. Padahal Abu Rochmat itu terhitung sebagai keponakan Gus Mus. Namun Abu merasa tidak layak memohon kepada Gus Mus terkait urgensi acara tersebut. “Harus Romo Budi yang menyampaikan permohonan ini kepada Gus Mus” kata mereka. Itulah alasannya mereka menjemputku meski aku sendiri sebetulnya juga merasa tidak layak untuk menjadi penyambung lidah mereka.
Namun atas nama persahabatan dan demi kemaslahatan masyarakat yang saat ini sedang gelisah akibat kegaduhan elite politik dan tokoh agama di Jakarta, saya mau menyertai mereka sowan Gus Mus. Secara pribadi, bagiku, bisa berjumpa dan bersilaturahim dengan Gus Mus itu merupakan anugerah dan barokah. Maka dengan sukacita saya tak hanya menyertai tetapi juga menjadi sopir untuk mereka. “Wah, seumur-umur, baru kali ini kami pergi dan disopiri seorang Romo…” seloroh Haji Taslim, “Ini akan menjadi kisah anak cucu!”
Sesampai di Pondok Pesantren Raoudlatut Thalibin, Leteh, Rembang mereka bergabung dengan begitu banyak jamaah yang barusan usai mengikuti pengajian Jumat pagi bersama Gus Mus. Kebetulan pas Jumat Wage, semua jamaah ngalap berkah dengan menikmati makan siang bersama. Tak ketinggalan rombongan kami. Pertama-tama kami berjumpa dengan para menantu Gus Mus (Wahyu, Rizal dan Fadel), baru kemudian kami bersilaturahmi dengan Gus Mus.
Kuhaturkan surat dari Gubernur Jawa Tengah dan menyampaikan maksud tujuan kedatangan sowan kepada Gus Mus. Dengan penuh canda Gus Mus menjawab, “Lah mau mengundang orang terkenal kok mendadak…” Jawaban itu membuat kami semua terbahak. Dengan spontan saya menyahut, “Untung Gus Mus tidak ngendika: Wani pira…” yang membuat Gus Mus pun ganti tertawa bersama semua yang duduk di ruang tamu beliau.
“Saya tidak bisa janji. Kalau saya mblenjani (ingkar) janji Gubernur ndak apa-apa… Lah kalau saya mblenjani janji Romo…. bisa kuwalat… Romo ki malati he…” Kata Gus Mus penuh sasmita meski dalam suasana canda.
Begitulah maksud dan tujuan kami sowan silaturahmi sudah tersampaikan. Karena ada begitu banyak yang antre untuk matur kepada Gus Mus, maka atas nama rombongan saya mohon pamit sambil berkata, “Abah…, kami berterima kasih boleh ngalap berkah Jumat Wagenan. Terima kasih pula bila nanti berkenan hadir untuk memberi kami pencerahan…”
Dan kami pun pulang dengan tetap terus berdoa agar pada tanggal 28 November 2016 nanti Gus Mus sungguh berkenan hadir. Bagiku sendiri perjumpaan silaturahmi itu sudah merupakan berkah. Semoga menjadi berkah pula bagi anak-anak negeri dan bangsa ini.***