Tuhan Yesus Rasis?

1
257 views
Say no to racism
  • Bacaan 1: Kej 2:18-25.
  • Injil: Mrk 7:24-30

Saat pertandingan sepak bola Liga Italia antara klub Napoli dan Fiorentina yang berlangsung di Stadion Artemio Franchi, Kalidou Koulibaly yang berkulit hitam menjadi korban rasisme. Ia disoraki penonton setiap kali membawa bola.

Sorakan itu tentu bukan maksud untuk memuji atau mendukung namun sorakan ejekan karena ia berkulit hitam. Rasisme juga terjadi dalam sepak bola.

Banyak gerakan telah dilakukan sebagai protes anti-rasisme di dunia ini. Ada Black Lives Matter, Papuan Lives Matter, dan beberapa waktu lalu Stop Asian Hate.

Ini wujud ketidaksetujuan bahkan kemarahan karena terjadinya diskriminasi rasial. Rasisme sudah terjadi sejak lama dan merupakan pelanggaran hak azasi manusia.

Termasuk  di antaranya adalah bangsa Israel, merasa sebagai “Bangsa Terpilih” lantas menganggap rendah bangsa lain termasuk bangsa Siro-Fenisia. Mereka menganggap semua bangsa non Yahudi hanya sekelas anjing.

Padahal bangsa Siro-Fenisia termasuk bangsa yang maju, sebagai pengekspor pewarna ungu jubah para bangsawan, maju dalam hal seni serta berpolitik. Bahkan mungkin lebih maju dibanding bangsa Yahudi.

Dalam injil hari ini, kita baca Tuhan Yesus “seolah” ikut-ikutan rasis dengan menyebut seorang ibu asal Siro-Fenisia yang memohon kesembuhan anaknya sebagai anjing. Tentu saja tidak demikian.

Tuhan Yesus sedang menguji iman ibu yang memohon kesembuhan anaknya karena kerasukan setan.

“Biarlah anak-anak kenyang dahulu, sebab tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing.”

Demi anak, seorang ibu rela melakukan apa saja termasuk dikatakan sebagai anjing sekalipun.

“Benar, Tuhan. Tetapi anjing yang di bawah meja juga makan remah-remah yang dijatuhkan anak-anak.”

Tuhan membuktikan bahwa Ia tidak rasis.

Oleh keteguhan iman (meski ia belum mengimani-Nya) serta kerendahan hati ibu itu, maka anaknya sembuh.

Dalam menciptakan alam semesta dan isinya, tentu Allah berpikir secara penuh tidak asal-asalan. Segala hal, mulai dari benda-benda angkasa, tumbuhan, hewan dan manusia serta bagaimana mereka hidup semua dipikirkan-Nya.

Untuk melengkapi kehidupan manusia di dunia maka Allah memberikan seorang teman yang sepadan sebagai penolongnya dan saling melengkapi. Diciptakannyalah perempuan dari tulang rusuknya.

Pesan hari ini

Israel memang “Bangsa Terpilih”, namun Tuhan juga tidak rasis terhadap bangsa lainnya. Setiap manusia berharga dihadapan-Nya dan memiliki tugas pengutusan masing-masing untuk saling melengkapi.

“Toleransi terhadap sesama manusia adalah cara kita menghargai diri sendiri.”

1 COMMENT

  1. supermasi “Bangsa Terpilih” ini nyata nya masih ada sampai sekarang. Terbukti mereka yg konservatif & suka mempertahankan kemurnian darah sangat menjaga kemurnian mereka dari cara apapun, bahkan mereka lebih memilih membawa alat makan sendiri daripada menggunakan alat makan bersama saat mereka tour (cerita dari teman saya di dunia perhotelan) .

    Apakah ini yg diajarkan Yahwe/Allah Tritunggal? padahal di katakan manusia diciptakan sesuai rupa & citra Allah sesuai kitab Kejadian? ataukah ada manusia lain yg diciptakan tidak sesuai dgn citra nya?

    Atau apakah Yahwe di PL sudah berubah pikiran dgn Yahwe di PB?

    kalau memang Yesus tidak rasis & ingin mematahkan fundamentalisme hukum taurat, dalam kasus ini kenapa Ia tidak mengucapkan perumpamaan yg lebih baik & positif seperti “bukan yg masuk ke mulut yg menajiskan kamu, tapi yg keluar” dari pada “anjing belum saat nya mendapat makanan”?

    sebagai orang yg bukan “Bangsa Terpilihnya” , saya masih sakit hati setiap mendengar perikop ini. Fundamentalis ini sama saja dgn Extra Ecclesia Nula Salus. Merasa diri paling benar & yg lain nya salah.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here