Eksegese Hidup Orang Pedalaman: Mengejar Pertolongan

0
103 views
Ilustrasi: Memberi pelayanan Sakramen Pengurapan Orang Sakit oleh Pastor Frans MSC.

Mat 9:27:31

Baru-baru ini diviralkan di medsos sosok seorang tabib perempuan dari Propinsi Jawa Timur bernama Bu NT. Konon dia bisa mengobati pelbagai macam penyakit.

Di mensos diberitakan pasien yang mendaftarkan pengobatan di tempatnya akan antri sampai 2021. Pasien yang datang ke sana tidak hanya dari dalam negeri tetapi, juga dari luar negeri.

Harga yang dibayar oleh pasien pun bervariasi. Katanya, ada klasifikasi harga pengobatan dan perawatan pasien di sana.

Bagi kita, fenomena pengobatan alternatif model Bu NT bisa menjadi sumbangan bagi orang beriman yang sehat untuk membaca psikologi orang sakit.

Para pasien yang mencari pengobatan alternatif di atas bisa memicu pertanyaan bagi kita. Apa pergulatan dan kebutuhan utama dari mereka yang sakit?

Bila kita melihat kisah dua orang buta yang di bacakan dalam Injil hari ini, Kita bisa memahami bahwa orang buta ini mempunyai kerinduan atau keinginan untuk melihat.

Jadi, mereka yang sakit tidak bisa melihat, berharap sekali untuk bisa melihat.

Demikian juga dengan pasien yang antri datang kepengobatan alternatif, mereka memiliki kerinduan yang sama. Apakah cara mereka berdua untuk memperoleh kesembuhan dari Yesus, bisa disamakan dengan cara yang dilakukan oleh pasien yang antri datang ke tempat Bu Ningsih?

Dalam hal cara mungkin sama tetapi, dalam hal tarif dan pembayaran tidak sama.

Yang satu di pasang tarif dan pasien wajib bayar sedangkan yang lain gratis. Selain itu, soal tingkat kesembuhan pasien. Yang satu sembuh sementara sedang yang lain sembuh total atau permanen.

Namun, orang sehat akan bertanya, mengapa mereka yang sakit malah antri datang ketempat pengobatan yang ada tarifnya? Bukankah ketempat yang gratis itu lebih baik? Aneh…bukan?

Ada pengobatan yang gratis tetapi orang sakit malah memilih yang di bayar. Rupanya, pengobatan gratis model Yesus ini, sangat berat bagi pasien.

Obatnya memang paten, permanen dan gratis tetapi iman dan komitmennya yang berat. Dan ini yang menjadi beban bagi pasien.

Makanya, kebanyakan pasien mencari yang bayar kendati obatnya tidak paten yang penting tidak terikat dengan iman.

Orang Kudus di Surga berkelakar, “Orang sakit sesudah zaman Yesus, senangnya yang dibayar daripada yang gratis. Pas giliran mau mati, baru cari Tuhan sebagai obat yang gratis”. Iman seringkali menjadi ujian berat pada saat kita semua sedang berada dalam kegelapan atau kesakitan.

“Percayakah engkau, kalau Aku bisa melakukannya? Untuk orang buta yang berjuang tanpa mengenal putus asa dengan mudah menjawab, kami percaya. Bagaimana dengan orang-orang yang sudah putus asa, lelah dan berhenti di tengah jalan atau sudah mencari jalan lain selain Tuhan, apakah Tuhan masih mungkin bertoleransi dengan mereka?

Renungan: Percayakah engkau, Kalau Aku bisa melakukannya?

Tuhan memberkati.

Apau Kayan 6.12.2019

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here