Keuskupan Agung Palembang: Pemberkatan Gereja Maria Ratu Cinta Damai

0
765 views
Keuskupan Agung Palembang: Pemberkatan Gereja Maria Ratu Cinta Damai.

Keuskupan Agung Palembang: Pemberkatan Gereja Maria Ratu Cinta Damai

SEJUMLAH tenda besi sudah kokoh terpasang. Kursi-kursi plastik pun tampak rapi tersusun di bawah tenda yang berlapis kain putih. Sejumlah umat tampak berbaris menyambut tamu yang mulai berdatangan di sekitar Gereja Stasi St. Maria Ratu Cinta Damai, Hijrah Mukti, Rabu (22/5) yang lalu.

Suasana penuh sukacita tampak mengemuka di antara umat yang hadir di stasi yang berada dalam reksa pelayanan pastoral Paroki St. Stefanus, Palembang ini. Sukacita itu terjadi karena bangunan gedung gereja yang baru selesai dibangun akan segera diberkati.

Hadir sebagai selebran utama adalah Romo Felix Astono Atmaja SCJ, Vikaris Jenderal Keuskupan Agung Palembang.

Peristiwa ini menjadi istimewa, karena selain dihadiri oleh banyak umat dari beberapa stasi terdekat di wilayah Bayung Lencir, perayaan ini dihadiri pula oleh puluhan imam diosesan Keuskupan Agung Palembang sebagai konselebran.

Seremoni pembekartan Gereja.

Para imam diosesan hadir juga karena pemberkatan ini menjadi rangkaian dalam kegiatan live in Unio Imam Diosesan Keuskupan Agung Palembang di rumah-rumah umat di stasi-stasi yang berada di wilayah Bayung Lencir, seperti Stasi St. Tadeus B 2, B 1, B 4, Pulai Gading dan Hijrah Mukti.

Benih itu telah tertabur

Secara pemerintahan, Stasi Hijrah Mukti ini berada di wilayah teritorial Kecamatan Bayung Lencir, Kabupaten Musi Banyuasin, Sumatera Selatan. Berjarak sekitar 160 km dari pusat paroki St. Stefanus yang berada di Kota Palembang.

Pada awal tahun 2000-an, di daerah yang lebih dikenal dengan sebutan Mangsang, terdapat lahan tidur yang jumlahnya cukup luas, mencapai sekitar 4.000 hektar. Lahan ini kemudian dibuka dan diolah menjadi lahan pertanian oleh masyarakat.

Misa konselebrasi dalam pemberkatan gereja.

Banyaknya masyarakat yang hadir mendorong pemerintah daerah setempat untuk membuat tata ruang wilayah tersebut meliputi penetapan lokasi lahan perumahan, lahan perkebunan, tempat ibadah dan sejumlah lahan bagi fasilitas umum lainnya.

Di antara masyarakat yang datang mengadu nasib di Mangsang, ternyata di dalamnya terdapat 7 kepala keluarga (KK) yang terdiri atas 26 jiwa umat Katolik.

Dari sinilah kisah perjalanan umat di Hijrah Mukti dimulai.

Petrus Hadi Sugito, sesepuh umat di Stasi Hijrah Mukti, menuturkan berikut ini.

“Persekutuan umat beriman di tempat ini mengawali peziarahan iman di Hijrah Mukti dengan mengikuti Perayaan Ekaristi bersama umat di Stasi St. Tadeus Bero Jaya Timur atau B 2 yang berjarak sekitar 7 km dari Hijrah Mukti.

Saat itu imam yang melayani adalah Romo Tadeus Laton SCJ, seorang imam misionaris dari Polandia. Selain mendapat pelayanan dari seorang imam, pelayanan juga dibantu oleh seorang katekis bernama Yoseph Susar. Ia hadir pertama kali di tempat ini pada 28 Juni 2002. Sejak itu setiap dua minggu sekali umat di tempat ini mendapat pelayanan Ibadat Sabda secara rutin.”

Bersama para tokoh umat.

Selanjutnya, pria yang pernah merantau di Provinsi Lampung ini memaparkan bahwa setelah pelayanan berjalan dengan rutin, akhirnya pada tanggal 12 Desember 2002, umat sepakat untuk mendirikan sebuah kapel sederhana yang dibangun dengan cara gotong-royong.

Usaha ini mendapat dukungan dari sejumlah pihak, termasuk dari pemerintah desa setempat yang memberikan bantuan material sehingga kapel sederhana berdinding papan pun dapat terwujud. Bangunan kapel sederhana ini pun akhirnya diberkati oleh Rm. Tadeus Laton SCJ pada 25 Desember 2002, sekaligus menjadi perayaan Natal pertama di Hijrah Mukti.

Benih itu terus berkembang dan berbuah

Setelah 17 tahun berlalu, benih yang telah ditaburkan itu tumbuh, terus berkembang dan berbuah. Dari 6 KK yang berjumlah 26 jiwa kini menjadi 28 KK dengan jumlah 106 jiwa. Sebuah perkembangan yang membahagiakan. Bangunan kapel yang ada lambat laun terasa sesak dan sempit, tak memadai lagi untuk menampung seluruh umat yang hadir untuk merayakan Ibadat Sabda atau Ekaristi.

Situasi inilah yang menggerakkan hati seluruh umat untuk  merencanakan upaya pembangunan gereja yang baru. Rencana itu segera disampaikan kepada Romo Silvester Joko Susanto, pastor paroki yang melayani saat itu.

Rencana itu pun disetujui. Peletakan batu pertama pada 22 Agustus 2015 menjadi pembuka rangkaian upaya pembangunan ini.

Antusiasme umat bisa memilki rumah ibadat sendiri.

Pondasi dibangun mengelilingi bangunan yang lama.

Seiring dengan perjalanan pembangunan, akhirnya pada tanggal 16 Juli 2016 diadakan pemindahan bangunan gereja yang lama ke lokasi yang baru agar bangunan gereja lama tetap bisa digunakan sebagai tempat berkumpulnya umat untuk merayakan Ekaristi dan Ibadat Sabda.

“Dengan semangat dan keyakinan bahwa bagi Tuhan semua itu tidak ada yang mustahil. Ternyata dengan segala kemurahanNya Tuhan memberikan  kekuatan besar bagi umat Katolik di Hijrah Mukti yang mendapatkan belas kasihNya lewat para penderma, donatur, relawan yang sangat membantu dalam penyelesaian pembangunan gedung gereja kami yang kalau dikalkulasikan keseluruhan mencapai milyaran rupiah. Meski belum selesai, bangunan gereja yang baru ini pertama kali dipakai untuk rapat wilayah 4 Bayung Lencir pada tanggal 1 Desember 2017 dan perayaan Natal pada 25 Desember 2017 bersama Romo Paulus Tugiyo,” tegas Mbah Sugito.

Selaku tokoh umat memiliki harapan agar hadirnya gedung baru ini semakin menyemangati umat untuk selalu guyub, rukun dan bersemangat dalam hidup menggereja. Selain itu, hadirnya gedung ini diharapkan juga menjadi sarana bagi berkumpulnya anak-anak dari berbagai jenjang usia untuk mendapatkan pendampingan iman yang semakin baik.

Hal senada juga disampaikan oleh Yoseph Susar, katekis yang pernah melayani stasi ini.

“Persekutuan umat di stasi ini sangat baik, mereka kompak dan militan dalam menghidupi imannya sebagai orang Katolik. Militansi ini pada akhirnya berbuah dengan pertumbuhan jumlah umat yang menggembirakan. Semoga gedung gereja baru yang diberkati hari ini menjadi sarana bagi umat untuk berkumpul dan berdoa seraya terus mengembangkan militansi dalam semangat persaudaraan sejati, menjadi garam dan terang bagi sesama”.

Mereguk berkat bersama Maria

Udara panas tak sedikitpun menyurutkan semangat umat yang telah berkumpul di depan pintu utama gedung gereja yang baru. Didampingi oleh Romo Makarius Samandi, Pastor Paroki St. Stefanus dan para imam konselebran lainnya, Romo Astono SCJ pun memulai rangkaian Perayaan Ekaristi dengan upacara pemberkatan dan pemotongan pita.

Bahagianya umat bisa memilih bangunan gereja sendiri.

Ratusan umat tampak hadir dalam perayaan syukur ini.

Dalam homilinya, Romo Astono SCJ mengajak seluruh umat untuk menyadari bahwa dalam hidup sehari-hari ada begitu banyak alasan bagi kita untuk bersyukur pada Tuhan.

“Ada begitu banyak alasan bagi kita untuk bersyukur kepada Tuhan, salah satunya adalah karena kita boleh berkumpul di sini seraya mohon berkat Tuhan untuk bangunan yang baru ini,” jelasnya.

Lebih lanjut, imam yang pernah berkarya di Paroki St. Maria Tak Bernoda Tegalrejo Belitang ini menegaskan bahwa  peletakan batu pertama pada 22 Agustus 2015 yang bertepatan dengan peringatan Santa Maria Ratu menjadi salah satu alasan mengapa nama ini dipakai menjadi pelindung stasi ini.

“Pemilihan nama pelindung stasi dengan nama Santa Maria Ratu yang ditambah dengan Cinta Damai tentu bukan kebetulan, tetapi mengandung makna mendalam bagi seluruh umat, khususnya yang ada di stasi ini, agar selain memiliki bangunan yang kokoh secara fisik tetapi juga memiliki penghayatan iman yang semakin kokoh dan dewasa seturut teladan Bunda Maria yang penuh cinta dan ketulusan dalam melaksanakan kehendak Allah,” jelasnya.

Selain itu, imam yang pernah berkarya di Seminari Menengah St. Paulus Palembang ini juga mengingatkan agar hadirnya bangunan yang baru ini semakin menyemangati umat untuk membangun persekutuan.

“Semoga kehadiran gedung baru yang megah ini semakin menyemangati umat dalam membangun persekutuan seperti Jemaat Perdana yang setia berkumpul untuk berdoa, merenungkan Sabda Tuhan dengan semangat berbagi kasih pada sesama, terus aktif terlibat dalam kegiatan menggereja dan mampu memberi kesaksian hidup yang baik di tengah masyarakat,” harapnya.

Usai Perayaan Ekaristi kegiatan dilanjutkan dengan ramah tamah bersama pemerintah desa, tokoh masyarakat dan seluruh umat.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here