Lentera Keluarga – Pilihan

0
647 views

Tahun A-2. Kamis sesudah Rabu Abu.
Kamis,  27 Februari 2020.
Bacaan:  Ul 30:15-20; Mzm 1:1-2.3.4.6; Luk 9:22-25.

Renungan:

DI PADANG sungai Yordan, Musa berkata kepada bangsanya “Ingatlah, pada hari ini aku menghadapkan kepadamu kehidupan dan keberuntungan, kematian dan kecelakaan ….. Kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan kematian, berkat dan kutuk.  

Kerap kali kita berpikir terbalik mengenai berkat dan kutuk: bahwa Allah memberkati mereka yang setia dan memberikan kutuk kepada mereka yang tidak setia. Padahal berkat dan kutuk itu adalah keputusan bebas kita untuk memilih Allah atau tidak. Setiap keputusan itu ada konsekwensinya. Allah menegaskannya dalam kata-kata “berkat” dan “kutuk” untuk menjelaskan konsekwensi yang muncul dari sebuah pilihan. Dan jangan menyalahkan Allah ketika karena keputusan kita buruk, kita juga menerima konsekwensinya. Allah selalu menginginkan yang terbaik bagi hidup kita, tetapi Allah tetap memberikan kebebasan kepada kita. Hidup itu adalah pilihan. 

Mencintai Yesus, mencintai pasangan atau keluarga adalah pilihan; Hidup setia sebagai seorang religius dan imam itu juga adalah sebuah pilihan. Memilih berarti menjadikannya sebagai pusat dan prioritas dalam hidup kita. Keputusan-keputusan kecil itu kita buat sehari-hari di tengah tantangan dan godaan kehidupan yang nampaknya menjanjikan kebahagiaan. Mencintai itu berarti memutuskan untuk memberi prioritas secara konkret, tidak hanya sekedar perasaan atau status. 

Ketika pilihan hidup yang kita buat keliru, jangan kita menyalahkan godaan atau kesulitan atau peristiwa. Godaan, kesulitan dan peristiwa kadang menyulitkan kita membuat keputusan; tetapi jangan jadikan mereka sebagai alasan dan pembenaran bagi kita memaklumi keputusan salah kita seakan-akan kita tidak punya kebebasan. Pilihan yang salah itu juga membawa konsekwensi bagi relasi dan panggilan hidup kita. Dan pemulihan itu terjadi ketika kita menyadari kesalahan pilihan kita, tetapi juga kita berani menerima konsekwensi baik resiko maupun konsekwensi pemulihan bagi hidup kita.  Meminta maaf atau ampun, tanpa mau memikul konsekwensinya adalah sikap kurang bertanggungjawab. 

Semoga masa prapaskah menjadi kesempatan kita untuk mengambil pilihan hidup yang benar sesulit dan sebesar apapun tantangan dan godaan yang kita hadapi. Dan jikalaupun kita pernah melakukan kesalahan, kita memohon belaskasih dan kemurahan Tuhan dengan kesediaan kita memikul resiko atas kesalahan dan tanggungjawab  pemulihan hidup.  

Kontemplasi:

Renungkanlah bagaimana Musa memberikan pilihan kepada bangsa Israel untuk memilih Allah atau tidak. 

Refleksi:

Apakah aku setia pada Allah dan kehendakNya? Apakah aku juga berani menempuh jalan pemulihan ketika aku telah memilih yang salah dalam hidup hidupku?

Doa: 

Ya Bapa, hanya dalam Engkaulah, kami menemukan hidup abadi. 

Perutusan:

Jagalah hidup anda supaya dapat hidup secara benar di hadapan Tuhan; Dan setialah pada proses Tuhan, ketika anda melakukan kesalahan dan ingin berubah.

(Morist MSF)

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here