Pengalaman Studi di Taiwan: Belanja di Pasar Ji-an (5)

0
641 views
Suasana di Pasar Jian (Gregorius Teguh Santosa)

DI tengah semangat Hari Kebangkitan Nasional ke-110, kita sebagai bangsa Indonesia terkena cobaan nan tak terperikan: serangan teror di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur tepat sepekan sebelum Peringatan 20 Mei. Berita-berita dan hebohnya serangan teror tersebut hanya dapat kami pantau melalui berbagai media sosial atau siaran televisi darring melalui akses internet.

Selebihnya tak banyak yang bisa kami lakukan. Demikian juga soal peringatan Harkitnas, sepi di lingkungan kampus NDHU.

Memasuki Masa Puasa Bulan Suci Ramadan, sebagian besar mahasiswa asal Indonesia di kampus ini lebih tersedot perhatiannya untuk menjalankan ibadah puasa, apalagi terik mentari dan suhu udara nan tinggi amat menggelisahkan dan menjadi tantangan tersendiri. Selebihnya adalah godaan-godaan untuk makin rindu kampung halaman dan keluarga di tanah air tentunya.

Suasana yang terbangun laksana ‘teror’ di lubuk hati terdalam.

Demikian pula bagi para mahasiswa Kristen dan Katolik, Hari Raya Pentakosta yang bertepatan dengan 20 Mei juga tak terasa gaungnya di tempat ini (bahkan, saat Perayaan Natal sekalipun tetap sepi-sepi saja).

Pengalaman Studi di Taiwan: Sambal, di mana Ada Sambal? (4)

Banyak vihara

Sebagian besar warga Taiwan umumnya adalah penganut  Buddhisme. Tak mengherankan bila banyak bertebaran kuil Budhist dan/atau vihara hingga ke pelosok-pelosok kampung. Tak terkecuali di bilangan Jalan Zhixue, di pelosok perkampungan sepanjang ruas jalan tersebut tak kurang dapat dijumpai tiga buah vihara.

Kaum manula mengisi los-los pasar tradisional di Ji’an.

Selain itu, di dusun terdekat dengan kampus NDHU bernama Ji-an, dapat pula dijumpai beberapa tempat ibadah umat Budhis tersebut. Namun, yang menarik dicermati adalah aktivitas warganya di pasar tradisional setempat.

Seperti halnya pasar tradisional di tanahair, di Ji-an aneka barang diperdagangkan secara semrawut di los yang tersedia. Bedanya, banyak pedagang pasar di sini adalah kaum manula (manusia usia lanjut). Mereka tetap gesit dan produktif berdagang di pasar yang buka sejak pukul 15.00 – 18.00 waktu setempat. Produk yang banyak mendominasi adalah ikan segar, sayur-mayur, dan buah-buahan segar serta jajanan tradisional lokal.

Hanya berlangsung selama 3 jam, tetapi sebagian besar barang dagangan akan tandas. Jadi, cukup layaklah bila para pedagang usia lanjut tersebut meluangkan waktunya selama tiga jam saja guna mengisi waktu sambil beroleh pendapatan yang cukup.

Dalam budaya setempat, tidak ada yang namanya belas kasihan. Semua orang mesti produktif. Kebanyakan anak lelaki keluarga akan tinggal bersama orangtua mereka, sedangkan anak perempuan akan pergi bersama suaminya.

Pasar tradisional yang ‘umurnya’ hanya tiga jam saja.

Tetapi tak jarang pula anak-anak banyak meninggalkan orangtua mereka sendiri sehingga para usia lanjut mesti berjuang sendiri mengisi sisa hidupnya. Keberadaan para usia lanjut kalangan menengah atas membutuhkan para pengasuh bagi mereka, inilah celah peluang yang banyak diisi oleh tenaga kerja Indonesia di Taiwan umumnya. Juga dari Filipina, Vietnam, dan Thailand.

Bagi kami para mahasiswa Indonesia di NDHU, Pasar Ji-an dan sekitarnya termasuk mudah dijangkau dan ramah di kantong. Tak heran bila hampir tiap pekan banyak kita jumpai mahasiswa Indonesia yang berbelanja di tempat ini, menjadikan dagangan para manula tadi makin cepat habis saja….bungkus.

Shoufeng, Hualien, 20 Mei 2018

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here