Andy Noya Menguak Takdir

0
321 views
Ilustrasi: Mempersiapkan masa depan

MINGGU malam ponsel saya bergetar. Meski agak aras-arasen, karena sudah beranjak tidur, saya lirik juga layarnya.

Pesan masuk dari Andy Noya. Isinya video pendek, promosi acaranya yang legendaris, “Kick Andy” (KA).

“Nonton mas”.

Tak kuasa menolaknya. Setengah berat saya balas sekenanya.

“Oke, saya tonton. Padahal sudah mau mapan turu”.

Terpaksa ke ruang tamu, karena TV di kamar tidur sudah diokupasi “pemiliknya” untuk acara sinetron.

Andy Noya tidak membual. Acara malam itu menarik. Kadar kemanusiaannya tinggi dan campur tangan ilahi tergambar nyata.

Judul acaranya Takdirku Mengejutkan.

Sementara “Andy Noya Menguak Takdir” adalah hasil sadapan dari buku kumpulan puisi Tiga Menguak Takdir ditulis tiga dedengkot sastra Indonesia: Chairil Anwar, Rivai Apin, dan Asrul Sani (1950).

KA menampilkan dua sosok manusia Indonesia dari kalangan biasa-biasa saja, tapi kisahnya sangat menarik.

Kombinasi dari kontroversi, kejutan, ikhtiar, kecanggihan ilmu pengetahuan dan kebesaran Ilahi.

Tokoh pertama adalah Fikri Budiman.

Jangan kaget. Dia anak dari bandar narkoba, Freddy Budiman, yang telah dieksekusi mati pada tahun 2016.

Mendengar Freddy Budiman, bayangan orang langsung digiring ke hal-hal yang menyeramkan dan kejahatan. Tapi wajah dan penampilan Fikri jauh dari itu semua.

Fikri adalah seorang anak muda yang terkesan santun, ramah, friendly, intelek, dan sukses dalam meniti karier.

Pemuda yang baru tahu bahwa ayahnya divonis sebagai “penjahat besar” pada usia 13 tahun, tercatat sebagai seorang content creator dari platform digital dan bergiat di Komisi.co, media politik khusus anak-anak muda.

Kala kuliah, Fikri pernah menjadi Ketua Himpunan di jurusannya dan terpilih ikut program pertukaran mahasiswa ke Amerika Serikat.

Masih banyak catatan menarik yang diukir Fikri, tapi satu yang istimewa adalah “didikan” ayahnya yang tegas dan konsisten, ingin Fikri sukses dalam sekolahnya.

Keadaan harus berubah dan miliki mental yang kuat. Jangan tergila-gila sama uang dan harta. Begitu “pesan terakhir” dari ayah Fikri sebelum menjalani hukumannya.

Andy Noya sukses membuat kontras yang bernuansa kemanusiaan antara Freddy dan Fikri.

Tokoh kedua adalah seorang pemuda gagah, berkulit agak gelap dan berjalan tegap. Senyum ramah sering disunggingkan di bibirnya.

Dulu namanya Amasya Manganang. Kemudian diubah, melalui proses legal yang panjang, menjadi Armansyah Manganang.

Amasya adalah mantan pemain nasionalvVoli puteri, sementara Armansyah adalah seorang pelatih voli Kota Bontang. Dua nama dalam satu pribadi.

Amasya adalah seorang “perempuan”, sedangkan Armansyah laki-laki tulen.

Mengapa bisa seperti itu?

Sebenarnya, Amasya dilahirkan sebagai laki-laki tulen. Namun punya kelainan yang disebut sebagai “Hipospadia”. Kondisi kelainan bawaan lahir yang menyebabkan letak lubang kencing (uretra) laki-laki tidak pada posisi yang seharusnya.

Dalam kondisi normal, lubang uretra terletak di ujung penis, sementara Hipospadia, lubang kencing terletak di bagian bawah penis. (https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/mengenal-apa-itu-hipospadia-penyebab-gejala-dan-penanganannya)

Amasya beruntung. Setelah Aprilia, adiknya yang mempunyai kelainan yang sama, atas dukungan Jenderal TNI (Purn.) Andika Perkasa, keduanya memperoleh kesempatan operasi koreksi dari kelainan itu. Saat itu Amasya berusia 32 tahun.

Kalau Amasya berubah menjadi Armansyah, Aprilia menjadi Aprilio.

Sah dan lengkap keduanya menjadi laki-laki yang tak berkelainan fisik lagi.

Acara KA malam itu, setidaknya menyadarkan bahwa tidak semua manusia berada di dalam atau bahkan di titik tengah (median) dari kurva normal.

Ada yang berada di ujung kanan seperti Fikri bahkan ada pula yang berada “di luar” kurva, seperti Amasya dan Aprilio.

Hebatnya, keduanya bisa di bawa masuk ke dalam interval kurva atas jasa “peradaban”.

Peradaban dalam rupa lingkungan, pendidikan dan tekad dari Fikri membantah pepatah “Kacang ora ninggal lanjaran”. (Kebiasaan dan perilaku anak selalu meniru atau menurun dari orangtuanya).

Sementara dalam manifestasi “ilmu kedokteran modern” peradaban mampu meluruskan fenomena manusia yang mempunyai kelainan, yang dulu mungkin dituduh sebagai “kutukan”.

KA telah menggugah penonton bahwa kontroversi bisa diubah menjadi kebahagian dan, seperti biasa, kemanusiaan harus dijunjung tinggi dalam setiap kesempatan.

Andy Noya tidak sepenuhnya “menguak” takdir. Dia “hanya” bercerita bahwa “takdir” bisa diubah, dengan ikhtiar, kerja keras dan ketekunan berdoa dari manusia itu sendiri.

Ini yang disebut sebagai “Takdir Muallaq”. (https://www.kompas.com/stori/read/2023/04/20/090000179/apa-itu-takdir-muallaq-)

“It is not in the stars to hold our destiny but in ourselves.” ― William Shakespeare

@pmsusbandono
2 Mei 2023

Baca juga: Bernarkah Vidi Mau Pensiun?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here