Cinta Lingkungan Bukan Hobi, Tapi Perwujudan Iman

0
133 views
Rumus membuat eco enzyme (ist)

KERUSAKAN alam benar terjadi. Fakta yang tidak perlu menunggu analisa dari para ahli karena terpampang di sekeliling kita. Kiranya hal itu bisa disepakati tanpa perlu debat kusir mubasir.

Bahwa alam rusak lebih diakibatkan oleh perbuatan manusia orang-orang sepakat. Tetapi pertanyaannya, berapa yang peduli dan berusaha melakukan sesuatu?

Aktivis perlindungan alam atau pecinta alam atau apa pun istilah yang digunakan, jumlahnya sedikit – sangat sedikit dibanding pengrusakan yang terus dilakukan.

Perwujudan iman yang hidup

Pencinta alam dianggap salah satu kegiatan hobi, layaknya ada yang hobi berenang, hobi menari, hobi main games, hobi bermusik, hobi masak, hobi jalan-jalan, dan hobi-hobi lain yang dilakukan bukan sebagai kegiatan utama dan biasanya saat sempat saja.

Tapi Romo Ferry Sutrisna Widjaja Pr kerap menjelaskan di berbagai forum bahwa kegiatan perlindungan alam sejatinya adalah perwujudan iman.

Seorang Katolik yang baik akan berusaha membangun dunia yang lebih ramah lingkungan, akan mengutamakan bonnum commune yang di dalamnya termasuk alam yang lestari.

Mungkin kita bisa meminjam istilah kerennya Mgr. Albertus Soegijapranata 100% katolik 100% Indonesia dengan modifikasi menjadi 100% katolik 100% pelindung alam.

Altar dan pasar itu tak terpisahkan

Manusia tidak bisa memisahkan antara altar dan pasar. Karena hal itu integral. Maka manusia yang berintegritas – asal katanya ‘integer = utuh, tidak terpecah’ – tidak akan melakukan hal yang bertentangan antar keduanya.

Menurut Romo Yoseph Susanto, altar menjadi semarak ketika pasar menghasilkan; sebaliknya pasar berlimpah karunia kalau altar beres.

Maka patut dipertanyakan integritas diri kita ketika di satu sisi kita rajin beribadah tetapi saat beraktivitas tidak mempedulikan tentang dampak kegiatan terhadap alam. Hal yang bisa disebabkan kemalasan tidak mau direpotkan, atau pun mementingkan kepentingan diri sendiri di atas kepentingan alam dan masa depan. Tujuan pendek selalu lebih mudah diprioritaskan dibanding masa depan yang tampak abstrak.

Alasan permissif yang mudah dipakai adalah ‘kegiatan saya skalanya minor dibanding keseluruhan alam semesta. Mungkin diibaratkan seperti tas super mini yang tidak tampak mata telanjang yang baru-baru ini diberitakan terjual sejumlah $63,750 padahal besarnya lebih kecil dari sebutir garam.

Baiklah, kalau itu adalah perwujudan iman yang wajib saya lakukan sebagai umat sungguh beriman, apa yang bisa saya mulai saya lakukan?

Mulailah dari diri sendiri. Kerjakan apa yang relevan dengan diri.

Pengolahan sampah dapur menjadi kompos

Misalnya dari pengolahan sampah di rumah yang menuju zero waste – sedapat mungkin tidak menambah sampah. Sampah dijadikan kompos merupakan salah satu solusi yang menghasilkan pupuk untuk merawat tanaman.

Tentang pengolahan sampah dapur bisa dibaca di artikel https://www.sesawi.net/selamatkan-dunia-dengan-tong-sampah-zero-waste/

Hal lain?

Bekal kotak makan

Batasi dan kurangi sampah plastik. Membawa tas daur ulang waktu belanja membuat berkurangnya kantong plastik yang dibawa pulang ke rumah. Kalau punyanya hanya kantong plastik, itu yang dibawa, dipakai ulang.

Membawa kotak makan kemana-mana juga salah satu cara mengurangi sampah kotak makanan. Romo Ferry selalu membawa kotak-kotak plastik yang bisa dipakai berulang sejenis tupperware atau brand lain di mobilnya untuk mengisi makanan take away atau sisa makan di restoran.

Perbaiki yang bisa diperbaiki

Kecepatan inovasi produk sekarang jauh lebih pesat dibanding dulu. Lihatlah handphone yang tiap bulan keluar model baru. Kecepatan perubahan produk berdampak juga pada mudahnya orang berganti gaya. Hal yang lebih baru, lebih canggih menjadi bukti status ‘hebat’.

Ketika ada barang yang sedikit rusak, kadang lebih ekonomis diganti dibanding mencari jasa servisnya. Misalnya koper yang rodanya rusak, harga pengganti koper plus jasa servisnya tinggi sekali, setara dengan setengah harga koper standar. Maka lebih menggoda untuk membeli koper baru yang modelnya lebih ‘modern’ dibanding memperbaiki koper tersebut.

Tetapi kemajuan internet juga memberikan kita ilmu DIY – Do It Yourself – atas banyak hal.

Misalnya kasus roda koper yang rusak tersebut. Setelah browsing internet akhirnya menemukan video cara menggantinya. Maka hanya membeli roda tersebut dan diganti sendiri. Walaupun tidak sesimpel itu karena perlu ada gerinda mesin untuk memotong baut roda lama – untunglah tukang di rumah tetangga berbaik hati membantu. Tapi kerepotan tersebut memberikan kepuasan batin karena telah berusaha memperbaiki sesuatu yang masih bisa difungsikan.

Marilah mulai, dari hal kecil dan yang terdekat – diri sendiri. Tak perlu menunjuk orang lain, berusaha konsisten dengan diri sendiri itu bukan hal mudah. Itulah tantangan riil kita.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here