Kisah Awal
Kesan pertama jika bertemu dengan sosok ini pasti menyenangkan dan langsung diterima. Namanya Br. Mathias Sugiyana CSA. Ia lahir di Bantul, Yogyakarta, tanggal 24 Agustus 1951. Ia merupakan anak dari pasangan Bpk. Tukul Genohardjo (alm) dan Ny. Ginem Genoharjo. Sang ibu tercinta sedang ada bersama kita saat ini.
Sekitar tahun 1973 dan setelah lulus SPG, Br. Mathias -demikian biasa disapa- berkeinginan menjadi seorang religius bruder. Maka, pada tanggal 5 Januari hingga 21 Desember 1973, ia menjalani Masa Postulan di Komunitas Madiun, Jawa Timur. Tahun 1974-1975, almarhum lalu menjalani Masa Novisiat di Yogyakarta.
Tahun-tahun awal sebagai bruder muda, Br. Mathias ditugaskan di Komunitas Turi, Sleman, sebagai guru agama dan olahraga. Tahun 1979-1983, ia pindah ke Komunitas Ruteng, Flores. Untuk mengampu tugas utama studi khusus Guru Agama Katolik.
Setelah rampung studi, ia kembali ke Yogyakarta untuk mengikrarkan kaul kekal. Setelah kaul kekal, ia kembali ditugaskan kembali di Komunitas Turi, Sleman. Kembali lagi menjadi seorang guru agama Katolik.
Pertengahan tahun 1996, almarhum Br. Mathias diutus oleh tarekat menjalani tugas pengutusan sebagai Magister Pembimbing Novis dari tahun 1996–2002; sekaligus sebagai anggota Dewan Provinsi. Sejak tahun 2002 hingga akhir hidupnya, ia bertugas di Komunitas Madiun sebagai pemerhati Panti Asuhan Aloisius sekaligus bertanggungjawab atas program pengembangan perpustakaan bruderan.
Pada hari Rabu, 29 November 2023 tepat pukul 10.06 WIB, Br. Mathias Sugiyana CSA menghadap Tuhan untuk selamanya. Br. Mathias telah mengakhiri pertandingan dan membawa kemenangan.
Pesan homili
Misa requiem dan pemberkatan jenazah dilaksanakan hari Kamis 30 November 2023 di Aula Wisma Lansia Harapan Asri Semarang. Dilakukan oleh Romo Yohanes Gunawan Pr, Rektor Seminari Tahun Rohani di Wisma Jangli, Semarang.
Buah-buah rohani dari hasil permenungan Romo Gun, demikian imam diosesan KAS asal Prambanan ini biasa disapa, semakin meneguhkan. Juga menguatkan anggota keluarga almarhum dan para bruder CSA.
“Hidup kita ini milik Tuhan. Jika Tuhan belum saatnya memanggil kita, maka kita masih bisa berkarya. Tuhan menghendaki almarhum Br. Mathias yang kita cintai agar kembali kepada-Nya di usia 72 tahun. Mungkin sudah dirasa cukup untuk berkarya dan melayani banyak orang,” kata Romo Gun.
Sebagian besar hidup panggilannya dipersembahkan untuk karya pendidikan dan formation dalam mendampingi para novis. “Tentu ini bukan suatu tugas yang tmudah, karena memang penuh tantangan. Namun almarhum Br. Mathias dan menurut kesaksian banyak orang, ia merupakan sosok pribadi humoris, rendah hati, andhap asor, sederhana atau prasojo. Bagi saya, semua itu merupakan sebuah keutamaan yang luar biasa di zaman sekarang,” lanjutnya.
“Kesaksian hidup yang selalu ditampilkan oleh Br. Mathias sungguh-sungguh dijalani dengan joyful, dengan sukacita atau kegembiraan hati. Br. Mathias selama hidupnya telah mengenjawantah semangat khas para bruder CSA, yakni: Persaudaraan Kasih dan Damai (PKD).
Kesetiaan adalah keutamaan yang dijalani Br. Mathias. Persis apa yang pernah dikatakan Santa Teresa dari Kalkuta: “Kita dipanggil tidak untuk kesuksesan, tetapi kita dipanggil untuk kesetiaan.”
Demikian tandas Romo Yohanes Gunawan Pr. Kesetiaan tidak hanya kepada para imam, biarawan-biarawati, namun juga untuk bapak-ibu yang memilih berkeluarga. Kesetiaan menuntut kita untuk selalu bersyukur dan terus mendengarkan pesan Tuhan.
“Hari ini dalam Injil, Yesus menyampaikan pesan. Yesus berdoa kepada bapa-Nya untuk kita. Doa itu menjadi pesan bagi kita, menunjukkan bahwa Allah sangat mencintai kita umat-Nya. Kita diharapkan agar tinggal bersama-Nya. Jika kita senantiasa tinggal bersama Yesus, maka kita akan mendapat kekuatan penuh.
Semoga kita mampu dan sering membangun relasi yang akrab dengan-Nya sehingga mendapatkan energi baru, kekuatan baru. Cara untuk membangun relasi bisa lewat doa pribadi, devosi, refleksi, dan ekaristi yang kita rayakan saat ini,” tandas romo diosesan KAS.
Selesai Perayaan Ekaristi dan pemberkatan Jenazah, dilanjutkan proses pemakaman. Br. Mathias dimakamkan di tempat pemakaman khusus para Bruder CSA di kompleks Wisma Lansia Harapan Asri di Jl. Tusam Raya, Banyumanik, Semarang.
Kesan beberapa bruder
Beberapa anggota CSA melalui pesan WAG menyampaikan kesan terhadap sosok almarhum Br. Mathias Sugiyana CSA.
Mereka bicara antara lain mengatakan bahwa Br. Mathias orangnya sangat disiplin, tegas dalam berprinsip. Terkadang para novis diajak untuk terlibat dalam kegiatan hidup menggereja di lapangan. Itu berupa partisipasi dalam kegiatan doa lingkungan, pertemuan APP, dsb.
Tulisan tangannya sangat bagus dan rapi.
Sebagaimana kesan sebelumnya bahkan disinggung dalam homili, selain tegas dan disiplin, almarhum juga merupakan sosok yang humoris dan sederhana. Urusan rumahtangga sangat jeli, cermat serta memiliki pola hidup bersih.
Kesan yang lainnya mengisahkan bahwa almarhum Br. Mathias yakni lincah dalam bermain voli, badminton. Bahkan almarhum Br. Mathias itu pula yang pertama kali memperkenalkan kepada saya bagaimana berkatekese dengan umat di daerah setempat. Kami biasa berjalan kaki mengungjungi umat hingga larut malam. Kami menjalani itu semua dengan penuh sukacita dan setia.
Bagi penulis, almarhum adalah adalah sosok pendoa, rajin membaca, dan memiliki wawasan luas. Sesekali berdiskusi tentang situasi yang sedang terjadi di lapangan di antara anggota masyarakat luas.
Selamat jalan bro. Selamat menikmati sukacita surgawi. Terimakasih atas teladan hidupmu selama ini. Doakan kami semua, anggota keluargamu dan para Bruder CSA Indonesia.
Salam PKD.