Jangan Terkecoh

0
331 views
Ilustrasi - Terkecoh dan tertipu. (Ist)

Sabtu 10 Juni 2023

  • Tobit 12: 1,5-15,20
  • Mazmur Tobit 13:2,6,7,8
  • Markus 12:38-44.

MANUSIA selalu diberi penilaian oleh manusia yang lain.

Bila seseorang memiliki kepribadian yang buruk, maka jelas dia akan dipandang sebelah mata oleh masyarakat.

Begitu pun bila orang tersebut punya perilaku yang mulia, mereka yang berada di sekitarnya akan memberikan penilaian yang baik.

Ada beberapa hal yang mampu membuat seseorang mendapatkan penilaian positif dari masyarakat.

Orang tersebut dianggap punya kualitas diri yang baik karena memiliki kemampuan dan sikap hidup yang baik.

Seseorang yang ahli dalam bidangnya tentu sangat menyukai apa yang dia kerjakan.

Orang tersebut rela mengorbankan waktu, tenaga, bahkan sebagian hartanya untuk mempelajari sesuatu yang dia minati hingga benar-benar bisa mahir.

Dia berkurban untuk apa yang dia geluti dalam hidup ini. Tidak memberatkan orang lain apalagi merugikan orang lain.

Orang seperti itu memiliki ketekunan dan pemikiran yang baik untuk mewujudkan apa yang dia cintai dan yakini dalam hidup ini.

Dalam diri seorang janda yang memberikan derma kita temukan kualitas hati yang tulus. Dia persembahkan kepada Tuhan semua yang dia miliki.

Cinta kepada Tuhan itu dihidupi dalam totalitas.

Hal ini bertentangan dengan sikap Ahli Taurat yang sibuk dengan aturan hukum agama, namun tidak menghayati ajaran dan hukum itu dalam praktek hidup yang penuh kasih.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,

“Hati-hatilah terhadap Ahli-ahli Taurat yang suka berjalan-jalan memakai jubah panjang dan suka menerima penghormatan di pasar, yang suka duduk di tempat terdepan di rumah ibadat dan di tempat terhormat dalam perjamuan.”

Orang Farisi adalah salah satu penentang Yesus yang paling gigih untuk menyalibkan dan membunuh Yesus.

Mereka kebanyakan adalah para ahli Taurat yang mendalami Taurat dan mengajar dalam bait Suci, tetapi mereka hidup dengan roh agamawi dan telah menyeleweng dari kebenaran.

Mengajar banyak orang, tetapi hidupnya tidak pernah menjadi teladan bagi umat Tuhan.

Sungguh keadaan rohani yang sangat buruk pada waktu Yesus dilahirkan di zaman itu.

Mereka lebih mementingkan aturan dan keegoan mereka daripada keselamatan jiwa manusia.

Mementingkan harga diri daripada kerendahan hati untuk mau ditegur dan bertobat.

Mementingkan adat daripada pemulihan yang sedang sangat dibutuhkan umat Tuhan pada zaman itu.

Kualitas hidup seperti inilah yang ingin diingatkan oleh Yesus dan dikembalikan kepada hidup yang benar.

Namun mereka justru sulit meninggalkan cara hidup mereka yang memanipulasi ajaran agama untuk kepentingan hidup mereka.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku telah menghidupi ajaran agamaku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here