Kanada di Zaman Covid-19: Kena PHK, The Worst Day Ever (2)

0
188 views
Ilustrasi - Kondisi batin ketika dalam posisi nganggur. (The Gospel Coalition)

TIDAK ada yang mengira apa yang akan terjadi dan berapa lama. Pada tanggal 15 Maret 2020, aku pergi bekerja seperti biasa. Dengan menggunakan bus kota; lalu disambung dengan kereta api cepat bawah tanah jurusan Yorkdale Station.

The HBC adalah sebuah department store jualan barang–barang mewah. Gedungnya tiga lantai dan satu lantai bawah.

Dengan menggunakan pakaian sesuai dress code yang berlaku bagi seorang pramuwisma yaitu blus putih, berjaket hitam dan celana panjang hitam, bagaikan seorang eksekutif, aku berjalan masuk ke lantai bawah lokasiku bekerja.

Pengunjung senang berbelanja di sini, karena dapat menikmati atau sekadar cuci mata melihat barang mewah. Apakah itu pakaian pria dan perempuan, sepatu, alat kecantikan, peralatan dapur, perlengkapan kamar tidur, perlengkapan pakaian dalam -termasuk baju tidur- serta perhiasan.

Tata letak dan penataan barang-barang yang sangat menarik. Harga promosi dengan program penjualan yang sangat memikat pengunjung.

Ilustrasi: Surat PHK. (Ist)

Ancaman terkena PHK

Pengunjung hari itu sungguh tidak banyak. Kurang lebih hanya sekitar 10% berada di lantai bawah, lokasiku berada.

Aku mendapat bocoran dari rekan sekerja yang lebih senior bahwa mulai besok perusahan ini tidak beroperasi, seluruh pegawai “diberhentikan sementara” sampai dengan waktu yang tidak dapat ditentukan.

Kaget. Sedih. Bingung, Sebal. Kok terkesan seenaknya saja.

Berita di luar sudah santer sekali. Karena pandemi Covid-19 yang terjadi di Provinsi Ontario ternyata berstatus paling tinggi dari seluruh propinsi di Kanada.

Toronto adalah salah satu kota besar di Ontario.

Akhirnya, kurasakan juga apa yang waktu itu disebut lockdown. Karena mulai esok hari, maka seluruh jalan–jalan akan jadi super sepi. Tidak ada bisnis yang beroperasi; termasuk restoran. Semua mendadak harus berhenti dan harus tutup pintu.

Kecuali essential business: farmasi, supermarket dan transportasi publik harus tetap buka. Namun dilakukan sesuai SOP (standard operation procedure) Covid-19 yang sekarang diterapkan.

Ilustrasi: Jumpa “Jantung Hati” di perbatasan negara karena “lockdown”. (Ist)

Tidak ada pelayanan kesehatan yang buka. Pekerja kantoran harus bekerja dari rumah, kecuali pekerja sosial, perawat, dan personal support worker.

Anakku bekerja dari rumah. Suamiku sebagai pekerja sosial yang bekerja di Homeless Shelter pria dewasa harus tetap masuk bekerja. Ia tidak mengenal libur; justru dalam keadaan genting ya tetap harus masuk kerja. Juga karena terbatasnya pekerja karena banyak yang sakit.

Dilanda kecemasan karena tak kerja

Awalnya aku tenang saja, tetapi tidak terasa lockdown yang sangat ketat telah berjalan selama satu tahun, dan mulai timbul kekuatiran. Kemudian lockdown ketat diperpanjang enam bulan lagi dan enam bulan berikutnya lockdown dibuka bertahap, setelah semua masyarakat divaksin.

Wajarlah jika orang tidak bekerja itu stres. Karena pandemi. Juga karena kecewa menyaksikan kondisi politik dalam negeri yang tidak tenang. Karena ada demo besar dari kawanan para supir truk di Toronto yang intinya mereka menolak lockdown.

Perlakukan rasis terjadi di bus umum. Hanya gara-gara orang tidak (mau) pakai masker. Sehingga orang dapat saling meludahi, mendorong serta saling pukul. Kemudian terjatuh dari bus pada saatberhenti di halte.

Sungguh pemandangan yang sangat menyebalkan. Bagaimana hal seperti itu bisa terjadi di negara modern. Kebanyakan orang menjadi mudah tersinggung.

Baca juga: Zaman Covid-19, Dicekam Rasa Takut Luar Biasa di Kanada (1)

Ilustrasi: Menangisi kematian orang terdekat. (Ist)

Ditinggal meninggal oleh orang-orang dekat keluarga

Keadaan berkabung juga ikut menyelimuti keluarga besarku sepanjang tahun 2022 ini. Ibuku berpulang ke rumah Bapa tanggal 23 Februari 2022. Lalu, demikian pula kakak laki tertua dari lain ayah menyusul ibu tanggal 23 Agustus 2022.

Lengkap sudah kesedihanku.

Banyak alasan untuk “kuatir”. Bagaimana tidak? Kini, posisiku sedang tidak bekerja. Kedua lututku malah sudah terkena severe arthritis. Kemudian, sakit gigi membuatku susah mengunyah. Maka lengkap sudah kesedihan dan kekuatiran yang kualami.

Apakah pandemi ini “buatan” tangan manusia? Jika demikian adanya, maka nantinya akan padat sekali di neraka karena dihuni orang-orang jahat ini.

Bergerak maju dalam dunia yang tidak berputar

Kelihatannya, seluruh dunia langsung berada dalam keadaan berhenti.

Aku berkata, ”Segalanya dan kita telah menghabiskan seluruh waktu di rumah menatap layar komputer, HP, dan layar TV. Sepertinya ‘waktu’ telah habis dan segala sesuatu yang kita lakukan sekarang tidak mempunyai arti untuk masa yang akan datang.”

Tidak bisa keluar rumah atau bepergian. Tujuan hidup pun berubah cepat. Yang penting melewati hari ini dengan tidak dipenuhi kuatir. Sampai situasi berubah warna dari kode ‘merah’ menjadi kode ‘hijau’.

Anjingku si Winston

Menikmati kesempatan bersama keluarga di rumah dengan melakukan kegiatan baru, yaitu mengadopsi seekor anak anjing yang diberi nama Winston. Binatang piaraan ini masih berumur tiga pekan; berjenis Mini Dachshund, berbulu hitam, berkaki pendek, dan bertubuh mini panjang.

Ilustrasi: Anjing mini daschund. (Ist)

Kehadiran Winston di rumah sungguh mampu merubah suasana kehidupan kami menjadi baru, gembira, penuh kasih sayang, dan merubah jadwal sehari-hari seperti waktu istirahat dan waktu makan.

Winston dilatih untuk mengenal tempat buang air besar dan tempat buang air kecil; selain tempat tidurnya sendiri. Makanan Winston kami masak sendiri, berupa mash potato dan daging ayam rebus.

Luar biasa menyenangkan. Persis seperti merawat bayi yang baru lahir. Sangat menyenangkan. Inilah sebuah terapi yang sangat manjur di dalam membentuk keseimbangan mental, fisik, dan emosi di dalam keluarga.

Kehadiran Winston telah merubah pandangan hidupku, bahwa Bapa Surgawi memperhatikan ciptaan-Nya dalam situasi apa pun: susah, senang, ada pekerjaan, tidak ada pekerjaan, sakit atau sehat.

Asalkan kita percaya dan tidak kuatir sehingga dapat melihat dan merasakan kehadiran-Nya. (Berlanjut)

Baca juga: Kanada Pasca Covid-19, Belajar Menyesuaikan Diri dengan Kondisi Tatanan Baru (3)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here