BACAAN Markus 12:18-27 meneguhkan pengajaran akan kematian, kebangkitan, dan kuasa Allah seturut Kitab Suci.
Tentang kematian, bagi orang percaya kematian merupakan peristiwa “natal” untuk hidup baru. Hidup tidak dilenyapkan, namun diubah.
Tentang kebangkitan, iman Katolik mengajarkan jika orang percaya pada Sang Putera akan dibangkitkan oleh Allah sama seperti Putera-Nya yang dibangkitkan.
Tentang kuasa Allah, Allah yang memberi hidup melalui kelahiran di dunia, Allah pula yang akan memberi hidup setelah kematian.
Kematian dan kebangkitan kehendak Allah
Kematian datangnya tidak terduga. Karena kehendak Allah seseorang bisa meninggal dalam waktu kapan dan usia berapa pun.
Kematian mendadak, secara rohani persiapannya sesuai iman dan kesiapan rohani orang yang dipanggil Tuhan.
Kematian karena usia tua dan mengalami sakit bisa dipersiapkan dalam konteks umat beriman mengakui kebangkitan setelah kematian. Mengakui kepercayaan akan kuasa Allah Sang Pencipta hidup kini dan kelak.
Saat ini, katekese mempersiapkan kematian belum dianggap biasa di kalangan umat. Persiapan kematian menjadi hal yang enggan untuk diperbincangkan, didiskusikan atau dijadikan bahan sarasehan.
Hal ini dikarenakan kematian merupakan peristiwa yang menakutkan dan mencekam. Kematian diwarnai dukacita sehingga kebangkitan dan hidup kekal tertutup, tidak dilihat sebagai rahmat tersembunyi di balik kematian yang didasari iman.
Persiapan kematian, jika dilihat secara iman perlu dipersiapkan karena ajaran untuk berjaga-jaga akan kedatangan waktu Tuhan yang tidak diketahu.
Kapan Tuhan menjemput tidak ada yang tahu waktunya. (Matius 24:42: Karena itu, berjaga-jagalah karena kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu akan datang)

Katekese persiapan kematian
Syering kecil, hari Senin Juni 2023, Romo Aloysius Lioe Fut Khin MSF -Vikaris Parokial Gereja St. Paulus Paroki Kleca Surakarta- memberi katekese pada umat tentang persiapan kematian. Katekese ini diberikan waktu Misa Lingkungan Didimus, Wilayah Santo Yakobus Karangasem, Paroki Santo Paulus Kleca Surakarta.
Katekese persiapan kematian yang disampaikan Romo Fut merupakan buah retret pengayaan imamat yang dijalani Romo Fut beberapa waktu yang lalu di Biara Kana Salatiga.
”Mempersiapkan kematian merupakan hal yang tidak mudah. Membicarakan kematian seringkali dihindari. Namun demikian mempersiapkan kematian perlu dilakukan oleh umat beriman,” kata Romo Fut.
Tiga hal
Romo Fut melanjutkan bahwa mempersiapkan kematian setidaknya harus melakukan tiga hal.
Tiga hal tersebut yaitu mengosongkan diri, mengampuni dan membagi warisan.
Mengosongkan diri merupakan sikap untuk melepaskan apa yang dimilik, apa yang mengikat. Kesenangan dan kepemilikan harus dilepaskan karena mati tidak membawa apa-apa.
Mengosongkan diri merupakan sikap lepas bebas. ”Melepaskan atau mengosongkan diri bererti melepaskan apa yang kita cintai untuk proses kematian,” ungkap Romo Fut.
Mengampuni bukan hal yang mudah. Orang lain yang berbuat salah dan membuat luka hati memang sulit dilupakan. Namun untuk mempersiapkan kematian memberikan ampunan pada orang yang bersalah mengurangi beban rohani saat dipanggil Tuhan.
Membagi warisan ini perlu dilakukan secara manusiawi. Jangan sampai sudah meninggal ahli waris atau siapa yang berhak saling bertikai karena warisan.
”Ini tidak mudah loh ya. Proses kematian harus dipersiapkan secara sukacita. Lihatlah perbedaan saat kelahiran dan kematian. Saat lahir sebagai bayi seseorang menangis, orang–orang lain bergembira karena kelahiran bayi.
Saat meninggal orang- banyak yang ditinggalkan menangis, yang mati harusnya bergembira karena mamasuki hidup baru.
Teladan mempersiapkan kematian dan suka cita menghadapi kematian dapat ditimba dari seorang yang benar dan saleh Simeon.
Simeon menghadapi kematian dengan mengungkapkan: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang daripada-Mu,” ungkap Romo Fut.
Meninggal dengan baik
Santo Yohanes Maria Vianney dalam Katekese Tentang Kematian mengungkapkan demikian.
”Kematian datang, dan lihatlah mereka tidak mempunyai apa-apa: iman, harapan dan kasih, semuanya telah mati dalam diri mereka.”
”Lihat, anak-anakku, agar meninggal dengan baik, kita harus hidup dengan baik; agar hidup dengan baik, kita harus memeriksa batin kita dengan seksama: setiap sore, kita merenungkan apa yang telah kita lakukan sepanjang hari itu.”