BAPAK Uskup, para romo, bruder, frater dan saudara-saudari ytk
Saya postingkan lagi yang kemarin saya sudah kirimkan sebagai reportase tentang musibah tanah longsor di Donorati, Kabupaten Purworejo, Jateng yang termasuk wilayah administratif gerejani Keuskupan Purwokerto. Laporan ini ditulis pada tanggal 20 Juni 2016.
Perkenankan saya akan melaporkan perjalanan hari Senin kemarin tanggal 20 Juni ke Donorati.
Baca juga: Duka Keluarga Romo Tukiran MSC: Longsor “Kubur” 9 Anggota Keluarganya
Senin pagi bersama Rm Stef Tri, kami ke TKP lokasi tanah longsor di Donorati. Untuk mendekatkan akses ke lokasi, kami masing-masing mengendarai sepeda motor. Dengan mobil, kami harus jalan kaki lebih jauh lagi, karena longsor terjadi di kampung Caok.
Banyak sekali masyarakat yang akan ke lokasi. Maka di Sejiwan, dibuat skrining oleh petugas. Itu karena ada begitu banyaknya orang yang akan melakukan “wisata bencana”. Saya minta izin kepada petugas dengan sebuah password. Langsung kami dipersilahkan lewat
Jalan aspal menuju Donorati menjadi licin karena banyaknya becek. Hampir setiap gorong-gorong dan jembatan menampakkan tanda longsor entah besar atau kecil. Kami harus parkir motor pada gorong-gorong sebelum belokan ke Gereja Stasi Donorati. Karena, ini longsoran besar juga yang menimpa sekitar 6 rumah. Tapi tidak ada korban.
Kami harus berjibaku jalan di lumpur bekas longsor. Kalau cari pijakan batu sangat licin. Tapi kalau salah injak juga bisa terperosok lumpur lembut yang dalam. Kami dihantar oleh Mas Andri, umat Donorati yang rumahnya di bawah gereja.
Untuk ke lokasi longsor berikutnya, kami harus mencari jalan setapak dan menyeberang sungai karena jembatan tertutup batang-batang kayu yang hanyut. Kami langsung menuju rumah Rm Anton. Walaupun dulu pernah beberapa kali ke rumah, tapi sempat bingung karena kondisinya menjadi hamparan material longsor.
Untung ada beberapa umat yang menyapa. Langsung minta antar ke rumah. Ternyata di situ ada Pak Sarino, adik Rm Anton, yang sekarang tinggal di rumah bersama ibunda Rm Anton beserta istri dan dua anak. Kami dihantar masuk ke rumah yang porak poranda.
Mas Sarino menjelaskan pada kami kejadiaannya. Mereka sedang tidur. Sementara tetangga yang lain sedang berbuka puasa. Mereka tidur karena kondisi mati sudah listrik lantaran hujan lebat sejak pukul 17 sore.
Peristiwa longsor terjadi sekitar jam 19 dengan bunyi gemuruh. Ternyata yang longsor itu tebing bukit yang ada di seberang sungai. Rumah Rm Anton rusak bagian genteng dan plafon. Karena banyak batu yang berhamburan ke genteng dan menjebol plafon rumah.
Puji Tuhan. Lima orang yang ada di dalam rumah tidak terkena batu itu. Padahal melihat lobang-lobang dan batu yang masih berserakan dalam rumah cukup banyak.
Korban meninggal kebanyakan dari kerabat Pakdenya Rm Anton. Terhitung dari 12 orang, hanya 3 yang selamat. Sembilan orang meninggal. Selama kami di sana kemarin siang sampai pukul 13 ditemukan 4 jenasah. Masih terus dicari yang lain yang belum ditemukan.
Rumah Rm Anton menjadi batas garis tumpukan material longsor. Di depan rumah ke arah bawah tidak lagi kelihatan rumah. Yang ada adalah tumpukan material longsor.
Berikut akan saya sertakan gambar kondisi Senin siang kemarin tanggal 20 Juni.
- Relawan menggotong jenasah yang baru ditemukan. Jenasah masih dalam kantung jenasah siap dibawa ke RSUD untuk otopsi.
- Pak Sarino, adik dari Rm Anton, di teras rumah yang nyaris ambruk. Di kejauhan itu pemandangan bukit yang longsor. Di depan rumah ini tidak ada bangunan yang berdiri. Semua tertimbun material longsor.
- Pak Sarino menjelaskan peristiwa kejadian malam Minggu yang memilukan itu.
- Kondisi genteng dan plafon yang berlobang-lobang, karena tertembus hujan bebatuan. Di kamar ini, Pak Sarino dan istri serta kedua anaknya berada saat terjadi “hujan batu’ dari atas tebing. Tangan Tuhan melindungi.
- Saat longsor, di kamar depan ini ibunda Rm Anton sedang tidur. Rumah dilihat dari jauh. Nyaris tak berbentuk.
- Keluarga Rm Anton, adik ipar (Ny Sarino) menggendong bayi, adik perempuan yang rumahnya di dekat Gereja Donorati dan anaknya (Gilang, kaos merah dan anak perempuan baju ungu), anak perempuan kecil baju merah adalah anak Pak Sarino. Sedangkan ibunda Rm Anton tidak bisa dijumpai karena sudah dijemput adik perempuan Rm Anton yang menikah di Jogya.
Demikianlah update yang bisa kami sampaikan. Mohon doa dan dukungan untuk saudara-saudara kita yang kena musibah…
Terima kasih,
Banyak salam dan doa dari DAS (daerah aliran sungai) Bogowonto
Romo Miranta MSC