Lebih Dari yang Kumohon

0
344 views
Ilustrasi - Kondisi sosial masyarakat tidak aman. (Ist)

Renungan Harian
Kamis, 9 Desember 2021
Bacaan I: Yes. 41: 13-20
Injil: Mat. 11: 11-15
 
BEBERAPA
waktu yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman. Ia dulu adalah guru negeri di Timor-Timur (Timor Leste). Perjumpaan yang menyenangkan karena kami punya banyak kenangan akan Timor-Timur.

Saya bertanya sejak kapan dia pindah ke Jawa.

“Sejak jajak pendapat saya pindah dari sana. Sebenarnya saya sudah kerasan dan sudah menikmati hidup di sana,” jawabnya.

“Wah gimana ceritanya bisa pulang ke Jawa?” tanya saya.

“Wah ceritanya panjang dan ngeri-ngeri sedap,” jawabnya sambil tertawa.
 
“Mo, ketika itu sebenarnya sudah sejak beberapa bulan sebelum jajak pendapat, situasi sudah tidak nyaman. Semakin dekat dengan jajak pendapat rasanya semakin tidak aman.

Pada waktu itu pilihan saya hanya satu yaitu pulang ke kampung.

Mo, setiap malam doa saya hanya satu, mohon selamat sampai ke kampung. Saya saat itu sudah tidak berpikir lagi dengan apa yang kami punya di sana.

Padahal apa yang kami punya adalah buah kerja keras dan usaha yang luar biasa, tetapi sekarang sudah tidak ada artinya lagi.

Kami hanya berpikir bahwa kami sekeluarga bisa selamat, keluar dari sini dan bisa sampai kampung.
 
Mo, saya waktu itu juga tidak berpikir bagaimana nanti di kampung; saya kerja apa, dan bagaimana menghidupi keluarga. Wah situasinya sungguh sulit dan menyeramkan bagi kami.

Setiap kali saya selalu mencari informasi dan menunggu informasi tentang bagaimana kami bisa keluar dari sana dengan selamat.

Mo, betul saat itu tidak yang bisa kumohon selain mohon agar kami sekeluarga bisa selamat.
 
Puji Tuhan, akhirnya kabar yang kami tunggu itu tiba, kami dengan teman-teman mendapat kesempatan untuk keluar dari sana.

Kami sudah tidak berpikir tentang kenyamanan, di jalan pun tidak berpikir apa yang kami bawa. Saat itu kami hanya membawa sedikit uang yang masih sisa dan pakaian sedikit.

Dan betapa kami bersyukur bahwa kami bisa keluar dari sana dan dengan bantuan banyak pihak saya bisa kembali ke kampung.

Tidak ada kata lain yang bisa terucap selain bersyukur.
 
Sampai di kampung saya tidak berpikir tentang pekerjaan saya sebagai pegawai negeri, rasanya sulit untuk berpikir untuk mengurus dan lain-lain; bahwa kami bisa selamat sudah rahmat luar biasa.

Saya mulai dengan membantu menggarap tanah orangtua, meski tidak luas tetapi cukuplah untuk makan bagi kami sekeluarga.

Sejujurnya lebih tepat saat itu saya menumpang hidup pada orangtua.
 
Tidak berapa lama saya mendapatkan informasi bahwa kami diminta mengurus kepegawaian kami. Dan yang luar biasa, saat itu kami mendapatkan kemudahan mengurus dan mendapatkan SK penempatan yang cukup cepat.

Puji Tuhan, saya mendapatkan lagi status kepegawaian saya dan bahkan gaji yang beberapa bulan tidak saya terima dirapel.

Pengalaman itu mukjizat besar bagi saya dan keluarga.

Tuhan sungguh luar biasa, Dia memberi lebih dari apa yang dapat saya mohon.

Saya dan keluarga mendapat anugerah keselamatan, dan itu satu-satunya yang kami mohon; serta saya mendapatkan rahmat bisa bekerja kembali.

Tuhan sungguh-sungguh mendengarkan jeritan hati kami, bahkan yang tidak berani kami ucapkan,” dia menceritakan kisahnya.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan oleh Nabi Yesaya:

“Orang-orang sengsara dan orang-orang miskin sedang mencari air, tetapi tidak ada, lidah mereka kering kehausan.

Tetapi Aku, Tuhan, akan menjawab mereka, dan sebagai Allah orang Israel, Aku tidak akan meninggalkan mereka.”
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here