Lebih Jauh dengan Keuskupan Ketapang, Kalbar: Para Uskup, Katekis, dan Tokoh Umat (2)

0
2,117 views
Mgr. Pius Riana Prapdi Pr, Uskup Keuskupan Ketapang di Kalbar. (Dokpen KWI)

MGR. Gabriel Wilhelmus Sillekens CP memiliki motto tahbisan Passio Christi Urget Nos (Sengsara Kristus Menggerakkan Kita). Pada tahun 1971, Paulus Lanjak dari Sekadau dan tamatan Akademi Kateketik Indonesia (AKI) Madiun berkarya di Ketapang. Tahun 1972 menyusul MA Suri yang juga berasal dari Sekadau. Langkahnya kemudian disusul oleh Yohanes Djajah dan Yohanes Tukiman.

Baca juga:  Lebih Jauh dengan Keuskupan Ketapang, Kalbar: Misi Awam Katolik dari Tiongkok (1)

Hingga sampai tahun 1982 Keuskupan Ketapang memiliki 19 katekis. Kini, jumlah katekis tinggal 8 orang dan Keuskupan tidak mampu mengangkat katekis yang baru karena kesulitan biaya. Peranan awam sangat menonjol pada permulaan Gereja Ketapang dan berjalan terus dalam diri para tokoh umat sebagai ketua umat, prodiakon, guru agama, aktivis paroki/stasi dan sebagainya.

Mgr. Blasius Pujaraharja Pr

Pada tanggal 17 Juni 1979 Mgr. Blasius Pujaraharja ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Ketapang. Motto tahbisan, In Fractione Panis (dalam pemecahan roti).

Musyawarah Pastoral I Ketapang membentuk komisi-komisi Keuskupan. Para pastor keuskupan lain diundang untuk berkarya di Ketapang. Paroki semakin berkembang dan pelayanan kepada umat semakin meningkat.

Pada tahun 1980 mulai dirintis pendidikan calon imam tingkat SMA dengan mengumpulkan anak asrama WPK dan STM yang berminat menjadi pastor.  Kini, Keuskupan Ketapang telah memiliki Seminari Menengah St. Laurentius di Payak Kumang.

Pada tahun 2003 dirumuskan visi dan misi Keuskupan Ketapang.

  • Visi: Keuskupan Ketapang sebagai Gereja Lokal, yang berusaha semakin mandiri terus menerus berjuang mewujudkan Kerajaan Allah.
  • Misi: Melaksanakan Tri Tugas Kristus sebagai Imam, Nabi dan Raja; Membangun persekutuan iman dan membangun persaudaraan sejati yang dewasa, memasyarakat, mampu memberi kesaksian hidup dengan kekuatan iman dan moral, mengakar dalam keluarga dan budaya setempat dengan menciptakan dan mendayagunakan tata kerja yang mendukung.

Mgr. Pius Riana Prapdi Pr

Pada tanggal 9 September 2012 Mgr. Pius Riana Prapdi ditahbiskan menjadi Uskup Keuskupan Ketapang dengan motto: Serviens in caritate (Pelayanan dalam kasih).

Musyawarah Pastoral Januari 2013 menyepakati 5 prioritas pastoral: penghayatan ekaristi dan ibadat sabda, katekese iman, perkawinan Gereja dan adat, pastoral Orang Muda Katolik (OMK) dan Gereja sebagai Umat Allah. Kelima prioritas ini dilaksanakan berurutan tanpa mengesampingkan pokok pastoral lain atau melupakan yang telah dimulai.

Pada tanggal 5 Mei 2014 Kongregasi Suster Hati Kudus Yesus mulai berkarya di Paroki Air Upas.

Mgr. Pius Riana Prapdi Pr

Berdasarkan data di atas, jumlah umat satu paroki adalah rata-rata 5.795 jiwa dan per stasi adalah 341 jiwa. Jumlah kapel yang ada di seluruh Keuskupan Ketapang adalah 274, maka rata-rata setiap kapel dapat menampung 411 umat

Jumlah imam adalah 40 orang, maka setiap imam melayani 2.897 umat.

Jumlah Paroki, Quasi Paroki, dan Stasi di Keuskupan Ketapang.
Jumlah lembaga pendidikan katolik (sekolah) di Keuskupan Ketapang.
Jumlah lembaga kesehatan katolik dan asrama pendikan katolik di Keuskupan Ketapang.

Tempat ziarah

Di Keuskupan Ketapang ada 4 tempat ziarah, yaitu di Paroki Air Upas, Tanjung, Tembelina dan Sukadana.

Gua Maria di Paroki Tembelina
Gua Maria Bukit Sion, Paroki Tanjung
Gua Maria Ratu Pencinta Damai, Paroki Air Upas

Anggota Kuria Keuskupan Ketapang

Gua Maria Kinderon, Paroki Sukadana
  1. Uskup: Mgr. Pius Riana Prapdi
  2. Vikaris Jenderal: RD Laurentius Sutadi
  3. Vikaris Judicialis: RD Zacharias Lintas
  4. Sekretaris: RD Simon Anjar Yogatama
  5. Ekonom: RD Philogonus Istejamaya
  6. Pastor Katedral: RD Matheus Juli

Anggota Konsultor Keuskupan Ketapang

  1. RD Laurentius Sutadi
  2. RD Zacharias Lintas
  3. RD Simon Anjar Yogatama
  4. RD Philogonus Istejamaya
  5. RD Matheus Juli
  6. RP Krisantus CP
  7. RD Gregorius Lastendy Pamungkas

Komisi-komisi dan Lembaga Pelayanan Gerejawi   

Aneka tantangan

Perkembangan hidup memunculkan tantangan serius bagi Gereja yaitu:

  1. Militansi Iman

Munculnya perkebunan monokultur dan eksplorasi tambang mengubah pola hidup masyarakat. Berkurangnya lahan hutan menjadi perkebunan dan pertambangan, membuat masyarakat petani menjadi pekerja/buruh. Kebutuhan hidup dipenuhi dari gaji/upah. Hutan, sungai atau laut tidak memadai lagi. Pola hidup berubah dari petani menjadi pekerja. Pola relasi dalam masyarakat berubah. Salah satu akibat adalah kerja lembur lebih menarik daripada ibadah.

  1. Orientasi hidup

Menjadi pegawai negeri sipil adalah prioritas sebagian besar orang muda. Kemudian menjadi pekerja perusahaan atau pertambangan. Panggilan menjadi imam, biarawan-wati dan para pelayan pastoral seperti prodiakon, pengurus dewan paroki, katekis, ketua umat dan lain-lain, menjadi tantangan tersendiri. Seminaris Seminari Menengah ada 35 orang, Seminari Tinggi: 8 orang. Jumlah imam di paroki adalah 40 orang.

  1. Pelestarian keutuhan ciptaan

Wilayah lingkungan hidup Keuskupan Ketapang sedang mengalami perubahan pesat: dari ladang menjadi tambang, dari hutan menjadi perkebunan; mengubah keutuhan ciptaan. Kedekatan dengan alam terusik dan perilaku berubah. Iklim, cuaca dan lingkungan hidup berubah drastis.Tantangan Gereja adalah pelestarian keutuhan ciptaan.

Awal dunia diciptakan ‘sungguh amat baik adanya’. Seluruh seluruh ciptaan harus dikembalikan ‘sungguh amat baik adanya’ demi kesejahteraan bersama dengan pelayanan penuh kasih.

Sumber: Tim Keuskupan dengan revisi Juni 2016

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here