Lectio Divina 12.12.2022 – Kamu Harus Tahu Kuasa-Ku Berasal dari Siapa

0
231 views
Dengan kuasa siapa Kau melakukan tindakan ini, by Vatican News

Senin. Hari Biasa. Pekan Adven III (U)

  • Bil. 24:2-7.15-17a
  • Mzm. 25:4bc-5ab.6-7c.8-9
  • Mat. 21:23-27

Lectio

23 Lalu Yesus masuk ke Bait Allah, dan ketika Ia mengajar di situ, datanglah imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi kepada-Nya, dan bertanya: “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?”

24 Jawab Yesus kepada mereka: “Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. 25 Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?”

Mereka memperbincangkannya di antara mereka, dan berkata: “Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? 26 Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi.”

27

Lalu mereka menjawab Yesus: “Kami tidak tahu.” Dan Yesus pun berkata kepada mereka: “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”

Meditatio-Exegese

Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel

Bileam, anak Beor, pertama kali disebut dalam Bil 22:5, berasal dari Petor di Mesopotamia, di tepi Sungai Efrat, cukup jauh dari Moab. Ia sendiri mengakui sebagai suruhan Balak, “Dari Aram aku disuruh datang oleh Balak, raja Moab, dari gunung-gunung sebelah timur.” (Bil. 23:7).  

Flavius Josephus, sejarahwan Yahudi dari abad pertama Masehi, menyebut dia sebagai ahli nujum dan memiliki keahlian meramal dan sihir. Ia disuruh  untuk menghancurkan bangsa pilihan Allah dengan tenung dan kuasa setani (bdk. Antiquities of the Jews, Book IV, Chapter 6.2).

Sebenarnya di lubuk hati orang Midian itu, ia mengakui kemampuannya untuk mengetahui tentang kebenaran berasal dari Allah. Maka, ia diakui sebagai penyair dan nabi. Tetapi, dorongan batin untuk mencari keuntungan bagi dirinya sendiri, kekayaan dan kehormatan, ia memperdagangkan anugerah Allah.

Bileam tidak menolak surat tawaran persekongkolan dar Balak, penguasa Kanaan yang tidak senang atas kedatangan bangsa Israel. Sang nabi pun tergoda untuk menyelewengkan anugerah Allah.

Ia menyanggupi untuk menghancurkan seluruh bangsa yang baru keluar dari perbudakan Mesir itu dengan tenung. Bileam memilih tenung dan kutuk, bukan kebenaran dan damai sejahtera.

Ia tunduk pada roh kepalsuan dan kejahatan, bukan Roh Kudus yang menghantar pada kebenaran. Namun, Allah memiliki cara di luar jangkauan kuasa manusia untuk menghancurkan kuasa jahat. Melalui kelemahan manusia, Ia menyatakan kekuasaan-Nya.

Maka, mulut Bileam tidak lagi mengeluarkan kutuk dan tenung, tetapi kebenaran, yang ditolak oleh Balak. Dari mulutnya, Bileam menubuatkan kedatangan Mesias, Dia yang diurapi, berasal dari keturunan Yakub. Raja itu akan mengalahkan seluruh musuh umat Allah dan mendirikan kerjaan damai sejahtera.

Sabda-Nya, (Bil 24:17), “Bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set”, Oritur stella ex Iacob, et consurgit virga de Israel;et percutit tempora Moab et verticem omnium filiorum Seth.

Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu?

Santo Matius menyajikan perselisihan pendapat antara Yesus dan para penguasa agama di Bait Allah di Yerusalem. Perselisihan itu diikuti tindakan-Nya mengusir para pedagang dan penukar uang. Para imam dan tua-tua bangsa itu ingin tahu atas kuasa dari mana Ia melakukan semua itu: masuk ke Rumah Tuhan dan mengusir para pedagang dan penukar uang (bdk. Mat. 21:12-13). 

Para imam dan tua-tua bangsa itu mengira merekalah penguasa dan seluruh tindakan orang di tempat suci harus atas ijin mereka. Yesus melakukan segala sesuatu tanpa izin dan perintah mereka. Alasan itulah yang menjadi landasan pengejaran atas Diri-Nya dan percobaan untuk membunuh-Nya.

Hal yang sama dialami para jemaat yang dibina Santo Matius antara tahun 70 hingga 80 Masehi, saat ia menulis Injil. Mereka yang menentang kekejaman penguasa di Kekaisaran Romawi pasti dikejar-kejar, ditangkap, dihukum, dipaksa meninggalkan iman; bahkan dibunuh.

Dan di kalangan jemaat ada yang berupaya untuk memadukan Kabar Suka Cita dengan kebijaksanaan kekaisaran agar terhindar dari aniaya (bdk. Gal 6:12).

Maka, Santo Matius mengingatkan para murid Tuhan untuk tidak gentar terhadap apa pun, termasuk pengejaran, pemenjaraan, bahkan pembunuhan dan tidak membiarkan diri atau menyerahkan diri pada paham manipulatif yang disebarkan oleh pihak musuh Kerajaan Allah, termasuk kekaisaran. 

Dewasa ini, juga, kehendak untuk berkuasa dan mengendalikan segala sesuatu seolah-olah diri sendirilah pemegang kuasa mutlak tetap berkembang bik, baik di lingkungan masyakat maupun di Gereja, bahkan di keluarga. Orang yang gila kuasa selalu mengejar-kejar mereka yang memiliki cara berpikir, merasa dan bertindak yang berlainan.   

Aku tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu

Para pemimpin agama dan kaum tua-tua bertanya, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” (Mat. 21: 23). Pertanyaan ini menyingkapkan ketidak jujuran mereka.

Yesus justru balik bertanya,  ”Aku juga akan mengajukan satu pertanyaan kepadamu dan jikalau kamu memberi jawabnya kepada-Ku, Aku akan mengatakan juga kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu. Dari manakah baptisan Yohanes? Dari surga atau dari manusia?” (Mat. 21:24-25).

Ia menunjukkan bahwa Ia tidak bergantung pada siapa pun dan merdeka. Jawaban-Nya sederhana, tetapi menggemakan sikap-Nya yang tulus seperti merpati dan cerdik seperti ular (bdk. Mat. 10:16).  

Bagi Yesus, baptisan Yohanes berasal dari Allah. Ia sendiri dibaptis oleh sepupu-Nya itu, anak Zakharia dan Elizabet (Mat. 3:13-17).

Sebaliknya, orang yang berkuasa telah merancang atau merencanakan kematian Yohanes (Mat. 13:3-12). Mereka menolak pesan Yohanes. Baptisannya dianggap bukan berasal dari Allah.

Para imam dan tua-tua bangsa itu sadar akan sulitnya menjawab pertanyaan Yesus. Semua anggota rombongan itu saling lempar alasan – menyalahkan yang satu, membenarkan yang lain.  

“Jikalau kita katakan: Dari surga, Ia akan berkata kepada kita: Kalau begitu, mengapakah kamu tidak percaya kepadanya? Tetapi jikalau kita katakan: Dari manusia, kita takut kepada orang banyak, sebab semua orang menganggap Yohanes ini nabi” (Mat. 21:25b-26).

“Kami tidak tahu,” jawab mereka (Mat. 21:27), akhirnya untuk menutup muka yang malu.  Jawaban itu membuka kedok mereka sendiri.

Mereka selalu berkehendak untuk tetap mencengkeram kekuasaan dan wewenang atas rakyat jelata. Dan di antara mereka telah diambil keputusan: Yesus harus dihukum mati (Mat. 12:14).

Ketidak-jujuran para pemimpin umat menjadikan mereka tidak layak menerima jawaban dari Yesus (Mat. 21:27), “Jika demikian, Aku juga tidak mengatakan kepadamu dengan kuasa manakah Aku melakukan hal-hal itu.”, Nec ego dico vobis in qua potestate haec facio.

Katekese

Kuasa Yohanes Pembaptis berasal dari surga. Santo Hilarius dari  Poitiers, 315-367 :

“Sebelum hal ini terjadi, orang-orang Farisi telah menyaksikan banyak hal yang lebih tepat disebut mukjizat-mukjizat besar. Tetapi sekarang mereka merasa terusik dan bertanya pada Yesus untuk menunjukkan atas kuasa dari siapa Ia bisa melakukan semua karya agung itu.

Misteri agung di masa depan tercakup dalam konsekuensi atas tindakan yang dilakukan sekarang. Mereka merasakan adanya desakan untuk mengajukan pertanyaan khusus ini,  karena mereka telah memperhitungkan lebih dulu setiap ancaman atau risiko yang telah dikenali dalam peristiwa ini.

Tuhan menjawab bahwa Ia akan memberitahu mereka dengan kuasa apa Ia melakukan seluruh tindakan-Nya hanya jika mereka mereka menjawab pertanyaan-Nya tentang apakah mereka memandang Yohanes Pembaptis berasal dari surga atau manusia. Mereka tercekat, akal menjadi tumpul saat mengetahui ancaman yang muncul dari tanggapan mereka.

Jika mereka mengakui Yohanes berasal dari surga, mereka akan dihukum oleh pengakuan mereka sendiri karena tidak percaya akan kuasa yang berasal dari saksi surgawi.

Namun, mereka juga takut berkata bahwa ia adalah sekedar manusia biasa, karena banyak orang percaya bahwa Yohanes adalah seorang nabi.

Maka, mereka menjawab bahwa mereka tidak tahu (dan justru karena itu mereka menyingkapkan sikap mereka sendiri bahwa Yohanes berasal dari surga), karena mereka takut bahwa akan dihadapkan pada kebenaran yang mereka akui.

Maka, mereka mengatakan kebenaran yang menguntungkan mereka sendiri, bahkan itu dikatakan dengan niat untuk berlaku lacur atau licik.

Ketidak percayaan mereka menumbuhkan kelicikan dan mereka tidak menyadari bila Yohanes Pembaptis berasal dari surga. Mereka juga tidak mampu mengenali kuasa Yohanes Pembaptis yang bukan berasal dari manusia, karena ia tidak diutus oleh manusia.” (Commentary On Matthew 21.10).

Oratio-Missio

Tuhan, Engkaulah Jalan dan Kebenaran dan Hidup. Kobarkanlah semangat dalam hati dan budiku agar aku selalu mengembangkan pengenalanku akan Dikau, menemukan suka cita dalam sabda-Mu dan menghayati dalam hidupku sehari-hari. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk selalu berpegang pada iman akan Yesus?

Nec ego dico vobis in qua potestate haec facio – Matthaeum 21:27

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here