Sabtu. Minggu Prapaskah I, Hari Biasa (U)
- Ul .26:16-19
- Mzm. 119:1-2.4-5.7-8
- Mat. 5:43-48
Lectio
43 “Kamu telah mendengar yang difirmankan: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. 44 Namun, Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. 45 Dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di surga, sebab Ia menerbitkan matahari-Nya bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar.
46 Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian? 47 Apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apa lebihnya perbuatanmu? Bukankah bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah pun berbuat demikian? 48 Karena itu, haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”
Meditatio-Exegese
Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu
Yesus mengutip sepenggal ayat dari Perjanjian Lama, “kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah Tuhan.” (Im. 19:18). Lalu Ia menambahkan kutipan, “bencilah musuhmu.” (Mat. 5:43), yang tidak ditemukan dalam Perjanjian Lama. Kemungkinan besar ayat itu berasal dari pengajaran para guru agama.
Tidak begitu jelas musuh seperti apa yang harus dibenci. Sebagai bangsa, kaum Yahudi waktu itu memiliki musuh utama, yakni: Kekaisaran Romawi. Namun, dalam pergaulan antar manusia, musuh bisa berasal dari siapa saja.
Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu
Yesus membalik perintah “membenci musuh” menjadi mengasihi musuh. Ia meniadakan hukum ciptaan manusia dan memberlakukan Hukum Tuhan untuk menghapus segala jenis permusuhan.
Tertulis dalam Hukum Tuhan, “Apabila engkau menemukan lembu musuhmu atau keledainya yang tersesat, segeralah kaukembalikan binatang itu kepadanya. Apabila engkau melihat keledai orang yang membencimu rebah tertindih bebannya, janganlah engkau enggan menolongnya. Bersama dengan pemiliknya engkau harus melepaskan bebannya.” (Kel. 23:4-5).
Tuntutan Yesus sederhana: apabila seseorang merawat binatang milik musuh, hendaklah ia mengasihi juga pemilik binatang itu.
Santo Matius menggunakan kata kerja αγαπατε, agapate, dari kata dasar agapao, kasihilah. Tindakan mengasihi rupanya tidak hanya melibatkan gerak batin yang tidak terlihat.
Orang tak hanya harus berjuang mengalahkan gelegak batin yang menyebabkan permusuhan, “Sebab, dari hati timbul pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.” (Mat. 15:19). Tetapi juga tindakan nyata untuk mewujudkan kasih itu.
Perumpamaan tentang orang Samaria yang baik hati menjadi contoh inspiratif (Luk. 10:30-37). Mendoakan yang menganiaya selalu menjadi tindakan kasih, karena mengatasi, bahkan, membunuh segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat yang timbul dari inti pribadi manusia, hatinya.
Mendoakan para penganiaya selalu menjadi sarana untuk memutus lingkaran setan kesewenang-wenangan, the spiral of violence. Santo Stefanus, martir pertama selalu menjadi inspirasi, saat ia mengampuni mereka yang melemparinya dengan batu sampai mati, “Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada mereka.” (Kis. 7:60).
Santo Stefanus melaksanakan pesan Tuhan (Mat. 5:44), “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”, Diligite inimicos vestros et orate pro persequentibus vos.
Bukankah orang yang tidak mengenal Allahpun berbuat demikian?
Bila pemahaman tentang sesama hanya disempitkan kepada orang-orang yang bersahabat, tindakan kasih itu tidak banyak bermakna. Tindakan kasih harus mengatasi segala hambatan, seperti Bapa melakukannya. Ia mengasihi tanpa membedakan.
Sabda-Nya, “Ia menerbitkan matahari-Nya bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar” (Mat. 5:45). Terlebih, Yesus tidak hanya membenarkan ajaran-Nya dengan perkataan, tetapi juga dengan perbuatan.
Seorang prajurit menganyam tanaman duri menjadi mahkota dan menancapkan di kepala-Nya. Prajurit lain mengambil sebatang paku, menancapkan di tangannya, dan memakunya dengan keras di palang salib.
Darah mengucur keras. Para serdadu bayaran itu hanya melaksanakan perintah atasan. Mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan, atau apa yang sedang terjadi. Mereka terus saja mengerjakan apa yang diperintahkan.
Saat tubuh-Nya digantung di kayu salib, semua orang mengejek-Nya. “Jika Engkau adalah Mesias, selamatkanlah diri-Mu dan turunlah dari situ.” Ia tidak bergeming. Racun kebencian yang merobek-robek hidup manusia, yang adalah citra Allah (Kej. 1:27), tidak mampu menghancurkan kasih dan hidup Yesus.
Kasih-Nya mengalir dan menenggelamkan kebencian, dosa dan maut. Dan saatnya tiba, kepada mereka yang menganiaya, Ia berseru “Bapa, ampunilah mereka, karena mereka mereka tidak tahu apa yang mereka lakukan.”
Haruslah kamu sempurna
Yesus mengajak setiap orang untuk membaharui diri dan hidup seperti yang ditunjukkan-Nya. “Ikutlah Aku.” sabda-Nya. Dan ia akan memasuki Kerajaan Allah, bila hidup sempurna seperti Yesus.
Mengasihi, seperti Bapa. Mengasihi dan melakukannya seperti Yesus. Sabda-Nya (Mat. 5:48), “Haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di surga adalah sempurna.”, Estote ergo vos perfecti, sicut Pater vester caelestis perfectus est.
Katekese
Anugerah untuk mengasihi sesama, bahkan musuh. Santo Augustinus, Uskup dari Hipppo, 354-430:
Mohonlah pada Allah anugerah untuk saling mengasihi. Kasihilah semua orang, bahkan, para musuhmu, bukan karena mereka adalah saudara dan saudarimu; tetapi karena mereka menjadi sesamamu.
Kasihilah mereka agar sepanjang waktu hatimu berkobar-kobar karena kasih, yang dicurahkan pada mereka yang menjadi saudara dan saudarimu atau musuhmu. Agar karena kasihmu, para musuhmu menjadi saudara dan saudarimu juga.” (Sermon on 1 John 10,7)
Oratio-Missio
Tuhan, kasih-Mu selalu berbuahkan kemerdekaan dan pengampunan. Penuhilah aku dengan Roh Kudus dan bebaskan hatiku dari cinta diri, agar aku mampu menciptakan damai sejahtera dan sukacita bagi sesama. Amin.
- Apa yang perlu aku lakukan untuk mengasini musuhku atau orang yang kubenci?
Estote ergo vos perfecti, sicut Pater vester caelestis perfectus est – Matthaeum 5:48