Rabu. Minggu Paskah III, Hari Biasa (P)
- Kis 8:1b-8
- Mzm 66:1-3a.4-5.6-7a
- Yoh 6:35-40
Lectio
35 Kata Yesus kepada mereka: “Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi. 36 Tetapi Aku telah berkata kepadamu: Sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.
37 Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang. 38 Sebab Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.
39 Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari semua yang telah diberikan-Nya kepada-Ku jangan ada yang hilang, tetapi supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. 40 Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
Meditatio-Exegese
Mulailah penganiayaan yang hebat terhadap jemaat di Yerusalem
Masa penganiayaan, pengejaran, pemenjaraan dan pembunuhan anggota jemaat Gereja Perdana dimulai, segera setelah pembunuhan Stefanus. Saulus tampil sebagai tokoh utama untuk melenyapkan jemaat.
Jemaat yang terancam itu melarikan diri ke segala penjuru, khususnya ke Samaria, bahkan hingga ke Antiokhia. Di setiap tempat, mereka tetap mengalami kesulitan, bahkan, hingga saat ini.
Quintus Septimius Florens Tertullianus, 155–220, bapa Gereja dari Kartago, sekarang Libya, menulis, “Sanguis martyrum semen christianorum.”, darah para martir adalah benih orang-orang Kristen.
Ia pasti mengingat sabda Kristus, ”Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tetap satu biji saja; tetapi jika ia mati, ia akan menghasilkan banyak buah.” (Yoh. 12:23).
Di mana pun anggota jemaat Gereja berada, apa pun kondisi yang mereka hadapi, mereka dipanggil untuk mewartakan Yesus Kristus dengan pelbagai cara. Di samping kemartiran, cara bersaksi yang paling tepat adalah melalui teladan hidup unggul, seperti dilakukan Filipus, yang mewartakan Yesus Kristus di Samaria.
Akulah roti hidup
Sama seperti perempuan Samaria yang berkata pada Yesus, “Tuhan, berikanlah aku air itu, supaya aku tidak haus dan tidak usah datang lagi ke sini untuk menimba air.” (Yoh. 4:15), orang banyak hanya menghendaki roti fisikal yang berasal dari surga dan memberi hidup abadi (bdk. Yoh. 6:33). Maka mereka meminta, ”Tuhan, berikanlah kami roti itu senantiasa.” (Yoh. 6:34).
Perempuan Samaria belum menyadari bahwa Yesus tidak pernah berbicara tentang air fisikal. Pada orang di Kapernaum pun, Yesus tidak bicara tentang roti fisikal. Maka, Ia bersabda (Yoh. 6:35), ”Akulah roti hidup.”, Ego sum panis vitae.
Maka, barang siapa yang datang pada-Nya dan makan roti hidup berarti percaya kepada-Nya. Yang percaya kepada-Nya tidak membutuhkan apa-apa lagi untuk disembah dan dijadikan pusat hidup.
Sabda-Nya, ”Barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (Yoh. 6:35). Tetapi, orang banyak yang berjumpa muka dengan muka dengan-Nya di padang Kapernaum tidak percaya, ”Sungguh pun kamu telah melihat Aku, kamu tidak percaya.” (Yoh. 6:36).
Melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku
Setelah lama berbincang dengan perempuan Samaria, Yesus bersabda kepada para murid-Nya, “Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.” (Yoh. 4:34).
Pada penikmat roti, sama dengan pada perempuan Samaria, Ia bersabda (Yoh. 6:38), ”Aku telah turun dari surga bukan untuk melakukan kehendak-Ku, tetapi untuk melakukan kehendak Dia yang telah mengutus Aku.”, quia descendi de caelo, non ut faciam voluntatem meam sed voluntatem eius, qui misit me.
Inilah makanan/roti yang harus dicari setiap orang: melaksanakan kehendak Bapa di surga. Roti inilah makanan yang menghidupkan dan mengantar pada hidup abadi. Hidup abadi dimulai sekarang dan di sini.
Jika seseorang benar-benar siap melaksanakan kehendak Bapa, ia tidak akan menemui kesulitan untuk mengenali Bapa yang hadir dalam diri Yesus.
Roti dan Air Hidup adalah Yesus sendiri (Yoh. 4:14; Yoh. 6:35). Menyambut Yesus berarti menjalin relasi dengan Sumber Hidup. Di luar Yesus, “kamu tidak dapat berbuat apa-apa.” (Yoh. 15:5).
Kalau relasi dengan Yesus terjalin mesra, para murid-Nya tidak akan lapar dan haus lagi (Yoh. 6:35). Tiap murid tidak khawatir dijauhkan dari Allah (Yoh. 6:37) dan dibangkitkan di akhir jaman.
Sabda-Nya, (Yoh. 6:40), ”Sebab inilah kehendak Bapa-Ku, yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”, Haec est enim voluntas Patris mei, qui misit me, ut omnis, qui videt Filium et credit in Eum habeat vitam aeternam et resuscitabo ego eum in novissimo die.
Katekese
Menggeluti Kitab Suci. Santo Augustinus, Uskup dari Hippo, 354-430:
“Ketika kalian mengenali segala hal dalam Kitab Suci, kasihlah yang menyatakan dirinya pada kalian. Ketika kalian gagal memahaminya, kasih itu sedang menyembunyikan diri dari kalian.
Maka, siapapun juga yang memiliki kasih pasti menggeluti apa yang dinyatakan dalam firman Allah dan apa yang masih tersembunyi di dalamnya.” (Sermon 350,2)
Oratio-Missio
Tuhan, kematian-Mu telah mengubah maut menjadi hidup. Putus asa diganti harapan baru. Maut tidak berkuasa lagi. Ajarilah aku untuk selalu percaya pada-Mu dan menaati perintah-Mu tanpa ragu. Amin.
- Apa yang harus aku lakukan agar Yesus tetap menjadi pusat dan tujuan hidupku?
Haec est enim voluntas Patris mei, qui misit me, ut omnis, qui videt Filium et credit in Eum habeat vitam aeternam et resuscitabo ego eum in novissimo die – Ioannem 6:40