Lectio Divina 24.10.2021 – Yang Melihat dan Yang Buta

0
273 views
lustrasi: Rabunni, buatlah aku melihat, by Kees de Kort

Minggu. Pekan Biasa XXX (H). Hari Minggu Misi.

  • Yer. 31:7-9
  • Mzm. 126:1-2ab.2cd-3.4-5.6
  • Ibr.5:1-6
  • Mrk. 10:46-52

Lectio (Mrk. 10:46-52)

Meditatio-Exegese

Tibalah Yesus dan murid-murid-Nya di Yerikho

Sikap iman yang saling bertentangan tersingkap dalam perjalanan Yesus dan para murid-Nya ke Yerusalem (Mrk. 10:32). Para murid-Nya yang melihat mementingkan keinginan mereka masing-masing. Sedangkan yang buta dan disingkirkan, memihak-Nya.

Dalam perjalanan ke Yerusalem, Yesus melangkah amat cepat, seperti tergesa. Ia berjalan sedikit di depan mereka. Ia sadar para pemuka bangsa bersekongkol melawan-Nya, bahkan hendak membunuh-Nya.  

Persekongkolan mulai dibentuk pada awal karya-Nya di Galilea (Mrk. 3:6) dan terus berlanjut di Yerusalem (Mrk. 12:13-17). Maka, Ia pun sadar akan kematian yang semakin dekat.

Ia akan mati karena mewartakan Kerajaan Allah. Sabda-Nya (Mrk. 1:15), “Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!”, Impletum est tempus, et appropinquavit regnum Dei; paenitemini et credite evangelio.

Pewartaan-Nya menarik hati banyak orang dan menggoncang pusat kekuasaan politik dan agama Yahudi di Yerusalem dan Galilea. Maka, kematian yang menanti-Nya bukanlah karena tulah (bdk. Ul 21:23).

Nabi Yesaya telah menubuatkan kematian-Nya (Yes. 50:4-6; 53:1-10). Tiga kali Yesus mengingatkan para murid-Nya tentang cara Dia akan mati di Yerusalem (Mrk. 8:31; 9:31; 10:33). Para murid diminta untuk mengikuti Sang Guru, bahkan menderita dan mati bersama-Nya (Mrk. 8:34-35).

Tetapi mereka menghardik-Nya dan mengikuti-Nya dengan tawar hati (Mrk. 9:32). Terlebih mereka tidak mau tahu akan apa yang dialami Sang Guru. Mereka tidak pernah memahami kehadiran Yesus sebagai Mesias dalam terang nubuat Nabi Yesaya.

Mereka tak hanya gagal paham. Tetapi terus mempertahankan keinginan pribadi. Yakobus dan Yohanes minta kedudukan penting  melampaui Petrus di sisi kiri dan kanan-Nya saat Ia dimuliakan (Mrk. 10:35-37).   

Ketidakpahaman dan mementingkan diri masing-masing rupanya ditemukan juga sekarang dan di sini. Dan Yesus menanggapi dengan sabda yang sangat pendek (Mrk. 10:38), “Kamu tidak tahu apa yang kamu minta.”, Nescitis quid petatis.

Yesus kemudian bertanya apakah mereka sanggup meminum piala yang akan Ia minum dan menerima pembaptisan yang akan Ia terima. Piala yang akan Ia minum adalah sengsara yang akan ditanggung-Nya. Baptisan yang akan diterima-Nya adalah baptisan darah.  

Yesus menghendaki para murid-Nya seharusnya mengesampingkan pilihan untuk menempati tempat terhormat. Mereka hendaknya memilih menyerahkan seluruh hidup mereka, termasuk nyawanya sendiri.

Mereka menjawab, “Kami dapat.” (Mrk. 10:39). Jawaban ini pasti tidak keluar dari lubuk hati, karena beberapa hari kemudian mereka meninggalkan Yesus dan membiarkan-Nya sendirian dalam saat-saat penuh sengsara dan derita (Mrk 14:50).

Mata mereka melihat. Tetapi, hati mereka tertutup. Maka, mereka tidak mengenal Yesus sama sekali.  

Dalam pengajaran-Nya, Yesus menyingkapkan cara baru dalam menjalankan kuasa (bdk. Mrk 9:33-35). Pada saat itu, mereka yang memegang tampuk kekuasaan tidak pernah memperhatikan hidup rakyat.

Mereka menjalankan kuasa sesuai dengan kehendak sendiri, seperti dalam kisah pembunuhan atas Yohanes Pembaptis (Mrk 6:17-29). Kekaisaran Romawi pasti memerintah dengan tangan besi dan selalu menerapkan kuasa tombak dan pedang, intrik dan kasak-kusuk, pajak, cukai dan bea.

Semua dilakukan agar seluruh sumber daya dan kekayaan terkumpul dalam genggaman segelintir orang di Roma. Penindasan dan penyalahgunaan kuasa menjadi hal biasa. Namun, Yesus menolak mengikuti arus utama cara pikir, cara merasa dan cara tindak yang umum dilakukan.

Sabda-Nya  (Mrk. 10:43), “Tidaklah demikian di antara kamu. Barangsiapa ingin menjadi besar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu.”, Non ita est autem in vobis, sed quicumque voluerit fieri maior inter vos, erit vester minister.

Ia meminta para murid untuk menghindari segala bentuk pengistimewaan dan persaingan. Ia membongkar tangan besi menjadi tangan yang membasuh kaki (Yoh 13:1-20). Dan, akhirnya, Ia menyerahkan hidup-Nya sendiri sebagai kesaksian atas apa yang disabdakan-Nya.

“Anak Manusia juga datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani dan untuk memberikan nyawa-Nya menjadi tebusan bagi banyak orang.”

Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku

Penyembuhan orang buta tanpa nama(Mrk. 8:22-26) dan Bartimeus (Mrk. 10: 46-52) menandakan kontras antara yang buta dengan para rasul. Yang buta mampu melihat siapa Yesus. Tetapi yang  melihat buta akan kehadiran-Nya.

Di tepi jalan raya Yerikho, Bartimeus tahu siapa yang datang: Yesus. Ia memanggil Yesus dengan gelar “Anak Daud”. Gelar ini hanya disematkan pada-Nya di Injil Markus. Maka cukup sulit untuk memahami makna gelar itu.

Namum, dalam Mrk. 12:35-37, disingkapkan bahwa Yesus memiliki relasi sangat dekat dengan Daud dan jejak keturunan-Nya. Melalui gelar ini sekaligus disingkapkan bahwa Ia jauh mengatasi keluhuran martabat raja atas anak Isai itu.

Tetapi, secara khusus, bagi Bartimeus, gelar “Anak Daud” bermakna bahwa Yesus adalah orang yang diutus Allah dan menandakan martabat rajawi-Nya. Identitas ini berperan besar ketika Yerus masuk Yerusalem (Mrk. 11:1-10), diadili oleh penguasa dunia (Mrk. 15:1-15), dan wafat di salib sebagai seorang raja (Mrk. 15:16-32).

Maka, walaupun buta (Mrk. 4:12; 8:18), Bartimeus mampu melihat identitas rajawi Yesus. Dan jauh di dalam hati, si buta ini mampu melihat hati Yesus yang berbelas kasih dan mau menyembuhkannya.

Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau

Dihalang-halangi orang banyak, Bartimeus tidak gentar. Ia tak bisa dihentikan, bahkan berteriak lebih keras. Mendengar suara panggilan itu, Yesus meminta bantuan agar si buta itu dihadapkan pada-Nya.

Saat diminta datang pada Yesus, mereka berkata (Mrk. 10:49), “Kuatkan hatimu, berdirilah, Ia memanggil engkau.”, Animaequior esto. Surge, vocat te.

Kabar Suka Cita tentang Kerajaan Allah, Yesus,  seperti ragi, yang bekerja dalam diam, dari dalam adonan kue, dan mengubah segala. Kabar itu juga seperti bara yang ditiup-Nya, sehingga api itu membesar dan membawa suka cita.

Yesus mengecam para murid, ketika mereka ketakutan dan kehilangan iman (Mrk. 4:40). Yesus juga tidak bisa membuat mukjizat di Nazaret, karena mereka tidak percaya pada-Nya (Mrk 6:6). Mereka tidak percaya, karena Yesus tidak cocok dengan angan-angan mereka tentang Mesias (bdk. Mrk 6:2-3).

Ketidakpercayaan menghalangi para murid mengusir setan yang membisukan anak kecil (Mrk. 9:17). Maka, Yesus mengecam mereka (Mrk 9:19), “Hai kamu angkatan yang tidak percaya!”, O generatio incredula!

Maka, Ia mengingatkan mereka akan cara untuk menyalakan kembali iman mereka (Mrk. 9:29), “Jenis ini tidak dapat diusir kecuali dengan berdoa.”, Hoc genus in nullo potest exire nisi in oratione.

Yesus mendorong tiap orang untuk percaya kepada-Nya. Dengan cara ini tercipta pula kepercayaan pada orang lain (Mrk. 5:34,36; 7:25-29; 9:23-29; 10:52; 12:34,41-44). Injil Markus menyingkapkan bahwa iman kepada Yesus dan sabda-Nya seperti  daya yang mengubah hidup manusia.

Iman memungkinkan orang memperoleh pengampunan dosa (Mrk. 2:5), mengatasi penderitaan (Mrk. 4:40), memiliki daya untuk menyembuhkan dan mentahirkan (Mrk. 5:34). Iman juga mengalahkan kematian, seperti terjadi pada anak perempuan Jairus, yang percaya pada diri dan sabda-Nya (Mrk. 5:36).

Imanmu telah menyelamatkan engkau

Saat dipanggil Yesus, Bartimeus meninggalkan segala miliknya, baju luar yang melindunginya dari panas dan dinginnya malam (bdk. Kel. 22:25-27).  Sabda Yesus pada si pengemis itu, “Apa yang kaukehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Jawab orang buta itu, ”Rabuni, supaya aku dapat melihat!” (Mrk 10:51).

Aneh, ketika berhadapan dengan Yesus, Bartimeus tidak menggucapkan gelar  Anak Daud. Ia menjumpai Yesus apa adanya, tanpa topeng, telanjang, seperti pada waktu diciptakan (Kej. 1:26; 2: 25; Ayb. 1:21). Iman membuatnya tidak malu berhadapan dengan Yesus.

Maka iman itu membuat si pengemis buta itu bersuka cita, karena Ia bersabda (Mrk. 10:52), “Imanmu telah menyelamatkan engkau!”, Fides tua te salvum fecit!

Iman itu membuat siapa pun bisa berkata, “Beranjaklah dan tercampaklah ke dalam laut!”, maka gunung itu akan tercampakkan ke laut, asal tidak ada keraguan di hatinya (Mrk. 11:23-24). Sabda-Nya (Mrk. 9:23), “Tidak ada yang mustahil bagi orang yang percaya!”, Omnia possibilia credenti!

Percayalah pada Allah

Yesus bersabda (Mrk. 11:22), “Percayalah pada Allah!”, Habete fidem Dei!. Melalui sabda dan karya-Nya, Yesus membangkitkan daya yang tersembunyi dan tak disadari manusia.

Iman pada Yesus memungkinkan setiap orang yang percaya menumbuh kembangkan hidup baru dalam diri pribadi itu dan orang-orang di sekelilingnya. Penyembuhan Bartimeus (Mrk. 10:46-52) membuktikan salah satu aspek pendidikan iman Yesus kepada para murid.

Bartimeus menyebut Yesus sebagai Anak Daud (Mrk. 10:47), gelar yang tidak disukai Yesus (Mrk. 12:35-37). Namun, Bartimeus tetap saja memiliki iman pada-Nya dan disembuhkan, walau ia menyebut Yesus dengan gelar yang tidak tepat.

Tidak demikian yang terjadi pada diri Petrus dan para rasul lainnya. Mereka tidak percaya pada-Nya, karena meyakini Mesias sesuai dengan apa yang mereka pikirkan, bukan yang dihayati Yesus. Bartimeus mengubah seluruh pemahamannya dan bertobat. Ia meninggalkan segalanya dan mengikuti Yesus sepanjang perjalanan ke Kalvari (Mrk. 10:52).

Iman mengubah hidup. Setiap orang yang percaya pada-Nya harus mau kehilangan nyawanya (Mrk. 8:35), menjadi ‘yang terakhir’ (Mrk. 9:35), ‘meminum cawan dan memanggul salib’ (Mrk. 10:38). Dan akhirnya, mengikuti Yesus di sepanjang  jalan ke Kalvari (Mrk. 10:52), supaya kelak diikutkan dalam kebangkitan-Nya.

Katekese

Kita membutuhkan Yesus. Santo Yohanes Chrysostomus, 344-407:

“Bartimeus, pengemis yang malang itu, tidak mau mendengarkan larangan orang banyak. Ia berteriak lebih keras, “Anak Daud, kasihanilah aku!”

Tuhan kita, yang sejak awal telah mendengarkannya, membiarkannya berjuang dalam doa permohonannya. Ia akan melakukan hal yang sama pada kalian. Yesus mendengarkan seruan kita dari awal mula, dan Ia menunggu.

Ia meminta kita untuk terus percaya bahwa kita membutuhkan-Nya. Ia meminta kita untuk terus memohon pada-Nya, bertekun mencari-Nya, seperti si buta itu menanti kedatangan-Nya di tepi jalan dari Yerikho.

“Mari kita meneladan Bartimeus. Bahkan jika Allah tidak segera mengabulkan apa yang kita minta, bahkan jika banyak orang mencoba menghentikan doa permohonan kita, teruslah kita berdoa.” (Homily on St. Matthew, 66).

Oratio-Missio

Tuhan, bantulah aku untuk percaya pada-Mu. Amin.

  • Apa yang perlu aku lakukan untuk percaya kepada Allah Tritunggal yang mahakudus?

Et Iesus ait illi, “Vade; fides tua te salvum fecit.” Et confestim vidit et sequebatur eum in via – (Marcum 10:52)   

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here