BAPERAN-BAcaan PERmenungan hariAN.
Kamis, 10 Februari 2022.
Tema: Penyesalan.
Bacaan
- 1 Raj. 11: 4-13.
- Mrk. 7: 24-30.
“HALO apa kabar? Sehat semua kan. Mama di mana?”
Sudah lama saya mengenal keluarga ini. Sudah lama pula tidak bertemu.
Toko sedang ramai. Suami isteri ini sedang sibuk melayani.
“Mama ada di belakang, Mo. Masuk aja langsung ya.”
“Nggak apa-apa?”
“Ya, enggalah. Romo kan dah dianggap keluarga sendiri. Mungkin mama lagi nonton TV, Mo.”
Begitu masuk di ruang keluarga. Bibi berkata, “Maminya lagi tiduran di kamar. Wajahnya agak sedih.”
“Hello maem apa kabar?”
Maminya diam saja.
“Ma sehat?”
Ia mulai melirik dan airmatanya berkaca-kaca.
“Ada apa Mam?”
“Saya berdosa ya Romo. Saya salah ya. Saya sakit-sakit terus. Hati selalu gelisah, bila malam tiba. Kadang tidak bisa tidur dengan nyenyak,” curhatnya.
“Ada beban pikiran apa? Anak-anak sudah pada mandiri. Semua cucu juga baik.”
“Doakan saya romo, supaya saya tidak ingat lagi masa yang lalu yang gelap. Tidak dihantui lagi,” ungkapnya sedih.
“Lah ada apa?”
Sambil melirik matanya ke kanan ke dinding ia berkata, “Romo dulu saya pernah minta bantuan ke ‘orang pintar’ supaya toko bisa ramai lagi.
Ketika itu, saya diberi bungkusan putih yang ditanam depan pagar toko. Sejak sejak itu toko ramai seperti biasanya dan kami dapat mengembangkan usaha dengan baik,” jelasnya.
“Apakah ada tumbal yang diminta?”
“Tidak Romo.”
“Adakah syarat yang diminta saat itu?”
“Juga tidak.”
“Sekarang benda itu di mana?”
“Tidak tahu Romo. Dulu pernah kebanjiran. Mungkin barangnya juga sudah tidak ada.”
“Pernah tidak dibongkar. Dicari tahu?”
“Pernah Mo. Juga sudah tidak ada lagi.”
“Apakah ketika barang itu hilang, keluarga ada yang mengalami sesuatu yang tidak ‘biasa’ sebagaimana lazimnya?”
“Tidak ada, Romo.”
“Ya sudah. Mari kita berdoa bersama, kalau memang tidak ada apa-apanya lagi.”
Tanpa diduga si mama berkata, “Apakah saya perlu Sakramen Tobat to Romo?”
“Sebaiknya begitu. Sekalian dipulihkan dan dikuduskan kembali. Dijauhkan dari kuasa kegelapan yang mungkin masih mengikuti.”
Lalu kami pun berdoa. Doa pembebasan.
Kebetulan saya membawa air suci. Maka sekalian rumah diperciki dengan air suci kembali.
Kami mohon supaya seisi rumah terlindung dari kuasa kegelapan, kuasa kejahatan.
Biarlah Roh Kudus sendiri yang menguasai, melindungi kehidupan, usaha dan keselamatan keluarga ini.
Memang rasa bersalah di masa lalu dapat menjadi pintu masuk atau celah penguasaan iblis pada hidup seseorang.
Rasa bersalah dapat menggerogoti jiwa sehingga keraguan akan kuasa dan kasih Allah semakin menipiskan iman.
Hidup tidak tenang, karena dihantui masa lalu.
Bagi kita, kuasa kasih Kristus lebih besar dari segala kuasa kuasa di dunia ini.
Bahkan kuasa kematian pun dikalahkan dengan kebangkitan-Nya.
Iman akan Yesus, iman Paska dapat menjadi kekuatan untuk tetap hidup dalam kasih Tuhan
Masa lalu ya masa lalu. Biarlah berlalu.
Tetapi masa kini dan masa depan biarlah Roh sendiri memimpin kita di dalam Roh dan kebenaran.
Biarkanlah kuasa kasih-Nya menyempurnakan hidup kita.
Yang diminta dari kita hanya percaya dan berani belajar berserah.
Beberapa tahun kemudian, saya dengar si mama semakin sehat. Rajin membaca Kitab Suci.
Ia membimbing anak, mantu, cucu yang tinggal serumah selalu pergi ke Gereja. Mereka berdoa bersama dan rajin doa rosario di rumah.
Sebuah peziarahan iman keluarga.
Mereka semakin diperbaharui dalam kasih Allah.
Terciptanya relasi yang indah antara si mama dengan menantunya. Dan itulah yang menjadi sumber kerukunan di dalam keluarga.
“Karena kata-katamu itu, pergilah sekarang sebab setan itu sudah keluar dari anakmu.” ay 29.
Tuhan terimakasih, Engkau memulihkan relasi yang paling sulit, antara orangtua dan menantu. Amin.