Jumat, 2 Agustus 2024
Yer. 26:1-9;
Mzm. 69:5.8-10.14;
Mat. 13:54-58.
PIKIRAN positif akan memberikan ketenangan dalam jiwa, sementara pikiran negatif akan membawa pada kekacauan.
Itulah mengapa, perlu menata pikiran agar tetap positif agar menjalani hari dengan senyuman. Selain berpikir positif, kita juga perlu berjuang sembari mengarahkan hati kepada orang yang lemah dan perlu petolongan hingga kita bisa menjadi pembawa kegembiraaan.
Tidak sedikit orang yang selalu melihat orang lain dengan pikiran negatif hingga tidak mudah menerima kehadiran orang lain dengan segala keunikannya. Sikap dan perbuatan orang lain dilihat dengan mata penuh curiga.
“Saya merasa sangat kuatir dengan masa depan anakku yang bungsu,” kata seorang bapak.
“Anaknya lamban dalam segala hal, dan sangat cuek. Karena sikapnya inilah, aku mengusahakan dia masuk asrama. Namun dia tidak mau dan pilih tinggal di rumah kakaknya di kota lain.
Setelah satu tahun tinggal dengan kakaknya, tabiatnya berubah dan lebih bertanggungjawab. Bahkan dia punya kebiasaan berdoa dan pergi ke gereja. Kakaknya dengan sabar membimbing dan mempercayai dia.
Dari peristiwa ini saya belajar bahwa ketidakpercayaanku dan pikiran negatifku telah membatasi potensi anakku. Saya perlu memberi kesempatan dan pendampingan dengan keyakinan.
Apa yang telah dilakukan anakku dalam mendampingi adiknya menjadi contoh nyata betapa pentingnya percaya dan merawat sesuatu dengan penuh keyakinan, meskipun tampaknya tidak mungkin atau tidak layak.
Tuhan sering kali bekerja melalui cara yang tampaknya sederhana atau bahkan tidak mungkin. Ketika kita menghadapi situasi yang sulit atau meragukan potensi sesuatu, marilah kita belajar untuk mempercayai proses dan memberi kesempatan kepada Tuhan untuk menunjukkan karya-Nya yang ajaib,” ujar bapak itu.
Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian, “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?
Dan bukankah saudara-saudara-Nya perempuan semuanya ada bersama kita? Jadi dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?”
Kita sering kali terjebak dalam pola pikir yang sempit, menilai seseorang berdasarkan apa yang kita ketahui tentang latar belakang mereka. Hal ini terjadi juga dalam hubungan kita dengan Tuhan.
Kadang-kadang, kita tidak bisa melihat pekerjaan Tuhan dalam kehidupan kita atau di sekitar kita karena kita terlalu fokus pada penampilan luar atau keadaan yang tampaknya biasa.
Kita seringkali mencari tanda-tanda atau mujizat besar, padahal Tuhan sering bekerja melalui hal-hal yang sederhana dan sehari-hari. Kita dipanggil untuk menghargai cara Tuhan bekerja dalam hidup kita, meskipun tampaknya biasa-biasa saja.
Ketidakpercayaan bisa menjadi penghalang bagi berkat dan mujizat dalam hidup kita. Ketika kita meragukan kuasa Tuhan atau menolak untuk percaya pada firman-Nya, kita mungkin kehilangan kesempatan untuk mengalami transformasi dan berkat yang Tuhan ingin berikan kepada kita.
Bagaimana dengan diriku?
Apakah aku bisa melihat karya Tuhan dalam kehidupanku?