Pelaku Firman yang Setia

0
37 views

Bacaan 1: Ul 4:1. 5-9
Injil: Mat 5:17-19

Umat katolik seharusnya sangat akrab dengan Kitab Suci. Paling tidak, setiap Minggu selalu mendengarkan Homili dalam Misa. Namun sayangnya Homili bukanlah tempat untuk belajar Kitab Suci.

Mungkin juga ada yang setiap hari berdoa dan membaca Alkitab atau lebih serius lagi sering ikut seminar dan belajar secara khusus tentang Kitab Suci di lembaga seperti Kursus Pendidikan Kitab Suci.

Namun satu tantangan terbesar bagi umat katolik bukanlah masalah belajar (mendengar) namun masalahnya adalah ‘ketaatan’ atas Firman Tuhan yang dipelajari.

Sebelum memasuki “Tanah Perjanjian”, Nabi Musa banyak memberi nasihat (karena ia sendiri tidak akan masuk ke “Tanah Perjanjian”). Kepada calon penerusnya Yosua dan bangsa Israel ia mengingatkan agar memegang teguh aturan-aturan yang pernah disampaikannya pada mereka.

Mereka harus taat secara utuh dan wajib melakukan semua perintah-Nya dengan setia.

“Maka sekarang, hai orang Israel, dengarlah ketetapan dan peraturan yang kuajarkan kepadamu untuk dilakukan, supaya kamu hidup dan memasuki serta menduduki negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allah nenek moyangmu.”

Demikian katanya.

Tanpa menaati semua perintah-Nya dengan setia, maka mustahil bagi Israel dapat merebut wilayah itu, mendiami dan menikmati “Tanah Perjanjian”. Bahkan Musa berpesan agar mereka mewariskannya kepada keturunan mereka secara terus menerus.

Kadang-kadang belajar Kitab Suci itu mudah namun yang sulit adalah menerapkannya dalam hidup dengan setia.

Dalam beberapa kali tindakan Yesus, banyak yang dianggap melanggar aturan Taurat dan seolah ingin meniadakannya. Maka orang-orang Farisi yang memang dikenal taat melaksanakan Taurat menyindir-Nya. Namun hal itu segera dibantah Tuhan Yesus:

“Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya.”

Tuhan Yesus ingin meluruskan pemaknaan aturan Taurat dalam hidup orang-orang Yahudi saat itu. Mereka mungkin hafal dan selalu (merasa) taat dalam menjalankannya namun Yesus melihat pelaksanaannya tanpa melibatkan kasih.

Kadang aturan agama hanya dipakai hanya untuk mempersalahkan tindakan orang lain.

Bagi Yesus, Taurat dan aturan agama tidak memiliki makna jika hanya dipandang sebagai aturan saja. Bagi-Nya yang terpenting adalah bagaimana Taurat dijalani dan dihayati dalam hidup sehari-hari.

Pesan hari ini

Aturan diberikan untuk manusia namun bukan manusia untuk aturan.

“Untuk mendapatkan hal-hal besar, dibutuhkan disiplin yang lebih besar.”

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here