Rabu, 24 Maret 2021: Cintai Gereja dan Jangan Tinggalkan

0
448 views
Dialah menyelamatkan umat-Nya dari dosa. (Ist)

Bacaan I: Dan 3:14-20.24-25.28
Injil: Yoh 8:31-42

“MARI mas, ini gubug saya. Saya hanya tinggal bersama isteri saya, anak-anak saya sudah kerja dan berumahtangga lalu tinggal di tempat yang jauh,” kata bapak ketua wilayah.

“Terima kasih, pak. Maaf sudah merepotkan bapak dan ibu,” kata kami bertiga hampir serempak.

“Tidak ada yang direpotkan bahkan kami senang sekali. Rumah jadi agak ramai seperti ketika anak-anak saya masih di rumah dulu,” kata ibu menyahut sambil membuat air minum untuk kami.

Setelah kami makan dan minum, bapak itu mengajak kami mengunjungi kapel stasi. Di sepanjang jalan bapak bercerita.

“Saya kadang merasa malu dan merasa gagal. Lantaran beberapa umat kita meninggalkan Gereja dan menikah tidak di gereja,” kata bapak itu.

“Mengapa bisa begitu Pak?,” tanya teman kami agak bingung.

“Bagaimana pun menjadi Katolik itu tidak cukup hanya dibaptis. Harus ada pembinaan dan pendampingan dari orangtua,” katanya dengan sedih.

“Banyak orangtua yang tidak sadar akan tanggungjawabnya mendidik secara Katolik,” kata bapak itu lebih lanjut.

“Mungkin banyak oran tua yang sibuk dan tidak menyadari pentingnya pembinaan iman anak sejak dini,” kata temanku.

“Sangat aneh bila orangtua mengaku sibuk. Kebanyakan umat kita petani dan pedagang, jadi mereka punya waktu cukup untuk menemani dan mendampingi anak-anaknya, tapi tidak mereka lakukan,” kata bapak itu.

“Anak-anak kemungkinan hanya diserahkan pada sekolah supaya mendapat pelajaran agama dan ketika masih kecil dengan Sekolah Minggu,” kata temanku.

“Benar, hingga banyak anak yang mengaku Katolik. Tetapi isi hati, pikirannya kosong dan melempem, jika harus bicara soal iman Katolik,” kata bapak itu.

“Mereka aktif ke gereja dan kegiatan yang lain. Namun secepat kilat juga bisa meninggalkan Gereja,” kata bapak itu.

“Maka tidak heran juga ya, Pak, ketika mereka berteman dengan calon yang agama lain, mereka tidak bisa mempertahankan imannya dan cenderung mengikuti kemauan calonnya,” kata temanku.

“Betul, mas, tidak ada militansi dan tidak kuat iman kepercayaannya. Semua ini terjadi karena orangtua, melalaikan tugasnya menanam cinta pada Kristus dan Gereja-Nya,” kata bapak itu.

“Iman kita saat ini diuji bukan dengan ancaman kekerasan. Tapi dibelokkan oleh rayuan manis,” kata bapak itu.

“Firman Tuhan, seakan tidak membekas dan seakan tidak pernah mereka dengar, hingga dengan mudahnya mereka mengucapkan selamat tinggal pada Gereja Katolik,” kata temanku.

Saat ini kita harus berhadapan dengan berbagai macam godaan yang bisa membuat kita lupa dan akan Tuhan Yesus.

Meski KTP kita tertulis Katolik, itu belum menjamin totalitas hati kita sebagai pengikut Yesus.

Ketika perbuatan dan sikap kita tidak mencerminkan diri kita sebagai pengikut Kristus, orang lain tinggal menunggu jatuhnya kita. Dan lalu tinggal mengajak kita meninggalkan Gereja.

Apakah hidup kita sudah mencerminkan diri kita sebagai pengikut Kristus?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here