Renungan Harian 6 Januari 2021: Prahara

0
1,509 views
Ilustrasi - Prahara. (Ist)


Bacaan I: 1Yoh. 4: 11-18
Injil: Mrk. 6: 45-52
 
SEBAGAIMANA biasa setiap selesai misa, saya menyapa umat yang pulang dari gereja. Hari itu saya melihat seorang bapak dengan dua orang anaknya.

“Pak, kok hanya bertiga, ibu kemana?” sapa saya.

“Iya romo, ibunya anak-anak baru tidak enak badan,” jawabnya.

“Oh, baru sakit, semoga lekas pulih ya pak,” kata saya.
“Amin, terima kasih romo,” jawabnya.
 
Minggu berikutnya saya melihat bapak itu ke gereja masih dengan dua anaknya. Ketika saya menyapa dan menanyakan istrinya bapak itu menjawab bahwa istrinya tidak enak badan.

Ketika minggu keempat saya menyapa dan menanyakan istrinya, bapak itu menjawab agak ragu bahwa istrinya kembali lagi tidak enak badan.

“Pak, ibu sakit apa? Sudah dibawa ke dokter?,” tanyaku agak khawatir, karena sekarang sedang banyak yang terpapar virus covid-19.

“Romo, boleh bicara sebentar?,” pinta bapak itu.

“Boleh pak, silakan tunggu di ruang tamu,” jawabku.
 
“Romo, maaf sekali lagi saya mohon maaf, istri saya sebenarnya tidak sedang sakit. Keluarga kami baru mendapat cobaan romo,” bapak itu langsung bicara ketika saya menemuinya di ruang tamu.

“Romo, sebenarnya sudah sejak 6 bulan yang lalu saya dirumahkan. Tidak diberhentikan. Tetapi karena tidak ada pekerjaan, jadi saya dirumahkan. Sejak dirumahkan saya berjualan telur, memasukkan ke warung-warung dan beberapa perusahaan catering. Di samping itu saya menggunakan mobil kami untuk nge-grab. Puji Tuhan, dapur tetap bisa ngebul dan biaya sehari-hari tetap ada, apalagi istri saya masih bekerja.
 
Sejak dua bulan lalu istri saya dirumahkan romo. Sejak itu, dia jadi stres, sering marah-marah dan tidak mau keluar rumah, bahkan sering hanya di kamar. Dia tidak mau ke gereja lagi, tidak mau berdoa lagi.

Dia marah sama Tuhan sehingga dia selalu bilang tidak ada gunanya berdoa, karena berdoa terus tetap saja membuat dirinya dirumahkan.

Romo, sudah dengan berbagai cara saya menghibur dan mengajak bangkit tetapi ujungnya malah kami ribut. Jadi saya diamkan saja, saya ikuti maunya dia saja romo.
 
Romo, sekarang ini saya juga jadi stres, saya pikir omongan istri saya ada benarnya. Kami ke gereja, berdoa dan berdoa tetapi tidak mengubah apa-apa.

Sejak istri saya dirumahkan menjadikan ekonomi keluarga kami limbung. Memang untuk makan sehari-hari masih cukup, tetapi kan tidak hanya makan saja kebutuhan keluarga, romo,” bapak itu melepaskan uneg-uneg-nya.
 
“Bapak, saya ikut prihatin dengan apa yang sedang keluarga bapak alami. Situasi ini menimpa semua orang, dan kiranya juga banyak yang lebih sulit dibandingkan dengan bapak. Maka ayo, kita bersama-sama berdoa, dan berjuang untuk tidak kehilangan harapan. Jangan berpikir kapan semua ini akan berakhir tetapi tetap bertekun berjuang dalam situasi ini.
 
Untuk membantu istri, saya usul bapak ikut misa online di rumah. Ajak istri, kalau tidak mau jangan dipaksa, tetapi bapak tetap misa online dengan anak-anak. Tuhan pasti akan menggerakkan istri bapak,” kata saya meneguhkan bapak itu.
 
Sebulan kemudian, saya melihat keluarga itu sudah lengkap pergi ke gereja.

“Wah senang saya melihat sekarang sudah lengkap,” sapa saya.

“Iya romo, terima kasih berkat doa romo,” jawab bapak itu.

“Sekarang sudah bekerja lagi?” tanyaku.

“Belum romo, kami belum bekerja, masih dagang seperti dulu. Hanya sekarang kami belajar untuk bersyukur karena kami masih boleh bertahan. Sejak misa online di rumah, dan istri kemudian mau ikut, kami jadi lebih kuat dan bersemangat lagi romo. Sekali lagi terima kasih banyak romo,” bapak itu menjelaskan.
 
Sebagaimana sabda Tuhan hari ini sejauh diwartakan St. Markus, para murid ketakutan karena ada angin sakal, tetapi ketika Yesus masuk dalam perahu mereka, angin itu menjadi tenang. Lalu Yesus naik ke perahu mendapatkan mereka, dan angin pun redalah.”
 
Bagaimana dengan aku?

Apa yang kuperbuat manakala hidupku tertimpa prahara?
 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here