SEKELOMPOK kecil kaum biarawan-biarawati yang terdiri dari para pastor, frater dan suster asal Indonesia berkumpul bersama guna merayakan ulang tahun imamat ke-23 dari seorang imam diosesan asal Timor, NTT yakni Romo Leo Mali Pr.
Momen yang menggembirakan ini dilaksanakan pada Minggu, 29 September 2019 di Biara Susteran Ancelle del Sacro Cuore, St. Caterina Volpicelli, Via XX Settembre 68/b, Porta Pia, Roma.
Acara syukuran ini diawali dengan Perayaan Ekaristi bersama dengan tema “Syukur 23 Tahun Imamat .”
Misa dipimpin oleh Romo Doddy Sasi CMF dan didampingi oleh dua imam konselebran yakni Romo Leo Mali Pr (Yubilaris) dan Romo Polce SSCC yang juga merayakan ulang tahun ke-4 imamatnya.
PaterDoddy selaku selebran utama dalam kata pengatar misa mengajak semua yang hadir untuk senantiasa bersyukur atas setiap berkat Tuhan yang terus mengalir setiap waktu.

Imam Claretian yang sedang menyelesaikan kuliah Hukum Gereja di Universitas Lateran ini menegaskan bahwa syukur merupakan ungkapan kesetiaan dan ketulusan mengikuti Yesus.
Kesetiaan inilah yang memampukan kita semua baik kaum biarawan-biarwati maupun kaum awam dalam mewartakan misi keselataman kepada sesama.
“Semakin banyak kita bersyukur, semakin banyak pula kebahagiaan hidup yang kita dapatkan,” demikian tegasnya.
Memaknai mistik keseharian
Sang Yubilaris sendiri di awal kotbahnya, men-sharing-kan pengalaman penghayatan imamat yang telah ia lalui hingga saat ini: usia imamatnya 23 tahun.
Imam yang pernah menjabat Ketua IRRIKA Roma ini mengatakan demikian.
“Ada banyak alasan baginya untuk bersyukur, baik akan kisah-kisah yang sederhana maupun pada kisah-kisah yang luar biasa atau ajaib,” ungkapnya.

Secara istimewa pada kesempatan ini, ia ingi bersyukur atas penyertaan Tuhan dan dukungan dari sesama dalam perjalanan imamatnya dari waktu ke waktu. Ucapan syukur bukan soal besar atau kecilnya acara, tetapi kebahagiaan dan sukacita bersama dalam berbagi berkat Tuhan.
Iamengimani bahwa Tuhan itu baik dan senantiasa selalu bersamanya. Kebaikan dan perlindungan Tuhan itu, ia alami ketika dalam perjalanan ke sebuah stasi, saat masih bekerja di paroki di Kupang. Mobil yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan.
Umumnya bila terjadi kecelaakan di tempat itu, pasti selalu menelan korban. Namun, Tuhan melindungi mereka dalam kecelakaan tersebut. Selamat dari kecelakaan maut tersebut diyakininya sebagai bukti kebaikan Tuhan atas dirinya.

Di saat yang sama, imam yang sering disapa “Bapak Gembala” oleh kebanyakan anggota IRRIKA juga menceritakan perjalanan panggilannya hingga menjadi imam. Kisah tersebut berawal dari tidak naik kelas waktu masih duduk di bangku SMP di Atambua.
Maka ia pun hijrah ke Kupang. Menariknya bahwa meski ulang kelas, imam kelahiran 23 Juli 1967 ini terpilih menjadi pengurus OSIS di SMP itu. Hal itu membuat dirinya berubah. Rajin belajar dan ke sekolah.
Setelah tamat SMP, si Leo muda pun melanjutkan pendidikannya di Seminari Santo Mikhael Oepoi, Kupang dan tercatat sebagai salah satu angkatan pertama di seminari tersebut. Dan selanjutnya, ia menjatuhkan pilihan untuk menjadi imam projo Keuskupan Kupang.
Dalam perjalanan panggilannnya, ada banyak kisah duka dan rintangan yang dialami, tapi doa menjadi senjata yang ampuh dalam menhgadapi semuanya itu, demikian tegas imam yang memiliki motto “Tuhan, Engkau Mengenal Aku-Mz 139:1”
Di akhir homilinya, ia memberi pesan kepada semua yang hadir untuk tidak sekadar melihat setiap peristiwa hidup sebagai kebetulan tapi sebuah cara Tuhan bekerja dan mengubah hidup dengan berkat-Nya.
Perayaan Ekaristi ini dimeriahkan dengan koor dari para pastor, frater dan suster asal Indonesia yang sedang studi di Roma. Seusai perayaan dilanjutkan dengan acara ramah tamah bersama.
Acaranya berlangsung sederhana, tetapi penuh dengan rasa persaudaraan dan kebersamaan yang utuh. Semuanya menyatu dalam alur yang sama dan terhanyut dalam suasana kegembiraan yang hakiki.
Situasi ini mengingatkan saya pada apa yang diucapkan oleh Richard David Bach, penulis Amerika: “Cara terbaik untuk membayar momen yang indah adalah menikmatinya.”
Demikianlah Romo Leo Mali Pr merayakan syukuran 23 tahun imamatnya di Kota Abadi Roma. Dibingkai secara sederhana. Sekalipun jauh dari tanah kelahiran, keluarga dan sanak saudara, tetapi di kota Roma ini dia menemukan keluarga dan sanak-saudara yang baru.
Proficiat Romo Leo Mali Pr. Semua orang pasti selalu mendukungmu dengan doa-doa mereka yang sederhana.