Santa Baru yang Dicueki

0
2,680 views

Santa yang baru ini,  Bonifacia Rodriguez Castro (1837-1905), sering di-cuekin, justru oleh konggregasi yang didirikannya. Di antara tiga orang kudus baru yang baru saja diumumkan oleh Paus Benediktus XVI  pada hari Minggu Misi, 23 Oktober, 2011, Santa Bonifacia Castro (1837-1905) adalah satu-satunya wanita yang berasal dari kelas Pekerja. Keutamaannya teruji dalam dua peristiwa penting, yakni pendirian konggregasi religius “Siervas de San Jose” (Abdi Santo Yusuf) yang berbasis pada kelas pekerja, dan usaha penyatuan akibat perpecahan konggregasi. Dalam dua peristiwa besar itu, beliau menerima banyak penghinaan, penolakan, dan fitnah. Semuanya diterima dengan sikap diam, kerendahan hati, dan pengampunan. Orang banyak belajar dari kesalehannya justru setelah dia wafat pada tahun 1905.

 

Berawal dari Bengkel Kerja

Lahir di Salamanca, Spanyol tanggal 6 Juni 1837, Bonifacia Castro  adalah anak tertua dari 6 bersaudara. Mewarisi keahlian ayahnya, Juan Rodriguez, sejak usia 15 tahun, setelah ayahnya wafat, Bonifacia sudah mulai membuat tali untuk menopang hidup keluarga. Setelah pernikahan Agustina, satu-satunya saudarinya yang masih hidup, ia dan ibunya, Maria Natalia Castro, mendirikan bengkel kerja (workshop) di rumahnya. Dengan membuat tali, renda, dan lain-lain di bengkelnya, ia mencari nafkah sekaligus menikmati hidup tenang, dimana hidup iman dan doanya bertumbuh. Teman-teman dan para gadis di Salamanca mulai tertarik dengan cara hidupnya. Bengkel kerjanya digunakan sebagai tempat bertemu para wanita pekerja seperti dirinya dan melakukan refleksi hidup beriman.

 

Sebenarnya Bonifacia tertarik masuk dalam kehidupan religius. Dia sudah hampir masuk biara Dominikan. Namun pertemuanya dengan Romo Fransiscus Xaverius Butiña y Hospital, SJ telah mengubah niatnya. Melihat hidup Bonifacia sebagai seorang pekerja keras yang saleh, Romo Butiña mengusulkannya mendirikan konggregasi baru, “Siervas de San Jose”, yang memiliki warna lain daripada konggregasi religius pada saat itu. Bersama dengan enam wanita, termasuk ibunya yang sudah janda, ia mulai hidup komunitas religius di Salamanca di bengkel kerjanya, pada tanggal 10 Januari 1874. Tiga hari sebelumnya, Uskup Salamanca, Don Joaquin Lluch y Garrriga telah menandatangani dekrit pendirian institusi baru tersebut. Bengkel kerja ini juga menawarkan pekerjaan kepada kaum miskin perempuan yang menganggur.

 

Berbeda dengan kaum religius yang lebih banyak menghabiskan waktu di biara, para anggota “Siervas de San Jose”, terlibat langsung dalam dunia kerja. Kerja mereka diterangi dalam semangat hidup Keluarga Kudus di Nazareth, dipimpin seorang pekerja, yakni Santo Yusuf sebagai kepala keluarga.

 

Perpecahan dan Usaha Penyatuan

Kurang dari setengah tahun setelah konggregasi didirikan, Republik Spanyol berganti menjadi monarki. Dalam situasi seperti itu Gereja kembali berusaha untuk mencari bentuk kehidupan religius tradisional, yakni menghabiskan banyak waktu di dalam biara. Pada tahun 1878, Uskup Salamanca yang baru, menunjuk Don Pedro Garcia y Repila sebagai direktur konggregasi ini. Direktur baru ini tidak menghargai visi dan kontribusi Bonifacia. Tiga tahun kemudian konggregasi ini pindah ke rumah yang lebih besar yang dinamai “Rumah Santa Theresia”.

 

Sementara itu, Romo Butiña, yang diusir bersama semua Yesuit Spanyol, tiga bulan setelah pendirian konggregasi, telah kembali ke Spanyol. Dia tidak kembali ke Salamanca tetapi ke Katalonia. Romo Butiña minta Bonifacia memperluas konggregasinya yang baru di Catalonia . Namun sayangnya, karena berbagai alasan Bonifacia tidak bisa memenuhi permintaan itu. Pada bulan Pebruari 1875 Romo Butiña mendirikan “Siervas de San Jose”, di Katalonia. Saat Bonifacia dalam perjalanan untuk menyatukan komunitas Salamanca dan Katalonia, dia didepak dari jabatannya. Ketika kembali ke Salamanca, ia hanya menerima penolakan dan penghinaan. Sebagai solusi atas konflik yang dihadapi konggregasi baru ini, Bonifacia minta ijin pada uskup Salamanca, D. Narciso Martinez Izquierdo, untuk mendirikan rumah baru di kota Zamora. Bersama ibunya, ia meninggalkan Salamanca pada tanggal 25 Juli 1883.

 

Dengan demikian, ada tiga komunitas konggregasi yang baru ini, yakni di Salamanca, Katalonia, dan Zamora. Pada tanggal 1 Juli 1901, Paus Leo XIII, memberikan pengakuan resmi pada konggregasi baru ini. Namun yang diakui hanyalah konggregasi di Salamanca. Pada tanggal 15 November di tahun yang sama, komunitas di Zamora minta penyatuan dengan Salamanca tetapi tidak berhasil. Bonifacia tetap berusaha melakukan rekonsiliasi. Secara pribadi dia pergi ke Salamanca, tetapi justru ditolak dan di-cuekin. Maka, ia kembali ke Zamora dan melanjutkan hidup dan karya pelayanan bagi para remaja putri dan wanita sampai wafatnya, 8 August 1905.

 

Baru pada tanggal 23 Januari 1907, dua tahun setelah wafat, komunitas di Zamora diterima sebagai bagian dari konggregasi baru. Memang benar, kesalehan seseorang tercium lebih harum setelah wafat. Orang baru belajar dari seseorang setelah wafat.

 

Sumber dan photo credit: www.vatican.va, dan www.en.wikimedia.org

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here