Home BERITA Belarasa Santa Corona, Pelindung Gerakan Anti Wabah dan Epidemi

Santa Corona, Pelindung Gerakan Anti Wabah dan Epidemi

3
Santa Corona by Aleteia

TERNYATA memang benar-benar ada Orang Kudus bernama Santa Corona. Dan oleh Gereja, Orang Kudus dari Italia Utara ini resmi “dinobatkan” sebagai Pelindung bagi semua kegiatan dan gerakan melawan wabah penyakit. Terlebih pandemi.

Virus baru mematikan yang kini mengganas di seluruh dunia disebut “corona” ini tentu tidak ada hubungan langsung dengan Santa Corona.

Kata Latin corona itu melekat pada Covid-19 itu lebih karena wujud atau bentuk virusnya itu mirip-mirip mahkota. Dan kata “mahkota” itu dalam bahasa Latinnya adalah corona.

Lahir di pusat coronavirus di Italia Utara

Santa Corona lahir dan berasal dari Anzu di wilayah utara Italia. Kawasan yang sama pula kini menjadi “pusat” dari mana sebaran coronavirus (Covid-19) itu pertama kali merebak.

Tapi kini, coronavirus sudah merebak rata di seluruh Italia sekarang. Juga di seluruh wilayah Eropa, Asia Kecil, dan Timur Tengah.

Laporan media internasional utama edisi hari Rabu (18/3/2020) melaporkan, jumlah korban tewas di Italia saja sudah mencapai angka 2.500 orang.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah resmi menyatakan coronavirus sebagai pandemi. Artinya, sebaran virus mematikan ini sudah tersebar global di banyak negara dengan jumlah korban cukup banyak.

Pada hari Rabu ini, setidaknya sudah terjadi 184 ribu kasus manusia positif terpapar Covid-19. Sebanyak 7.500-an jiwa telah meninggal karena Covid-19 ini.

Sementara, di Indonesia jumlah kasusnya hingga Rabu pagi ini tercata sebanyak 172.

Digantung dengan posisi terbalik

Tak banyak catatan tersedia untuk mengenang kisah hidup Santa Corona. Namun, namanya sering kali dihubungkan dengan Santo Viktor.

Beberapa hal berikut ini yang bisa terlacak tentang kisahnya.

Sekali waktu, ada seorang tentara Romawi bernama Viktor. Penguasa Romawi yang waktu itu lagi terserang “demam” kebenciannya akan orang-orang Kristiani Perdana bereaksi kaget dan marah terhadap Viktor lantaran dia percaya akan Kristus.

Inilah era ketika Kekuasaan Romawi ada di tangan Kaisar Marcus Aurelius yang waktu itu digelayuti perasaan benci terhadap orang-orang Kristiani Perdana.

Zaman itu, orang-orang Kristiani memang selalu menjadi korban persekusi dan eksekusi. Maka, jadilah Viktor lalu diburu, dan akhirnya ditangkap.

Di hadapannya sudah ada hakim bernama Sebastian, sosok anti orang-orang Kristiani. Karena imannya kepada Kristus inilah, Viktor kemudian dibunuh dengan sangat kejam.

Tubuhnya diikat pada sebuah tiang dan kemudian digebukin sampai semua kulit mengelupas dari sekujur badannya.

Viktor akhirnya mati. Namun, dalam penderitaan dan kesakitan amat sangat itu, tak sekali pun ia pernah menyatakan menolak atau membuang keyakinannya akan Kristus.

Konon, penyiksaan atas diri Viktor ini terjadi di wilayah yang kini disebut Irak. Namun, data lain menyebutkan Damaskus di Suriah. Waktu itu, Suriah ada dalam cengkeraman kekuasaan Kekaisaran Romawi.

Sementara ada lain lagi menyebut terjadi di wilayah Turki sekarang, tepatnya di Antiokia.

Yang pasti, para sejarahwan sepakat bahwa kasus penganiayaan yang berakhir dengan kematian Santo Viktor ini terjadi pada era tahun 170 Masehi.

Tak jauh dari lokasi di mana Viktor disiksa, ada perempuan remaja bernama Corona. Ia adalah isteri dari salah serdadu Romawi. Dan diam-diam pula, Corona sudah menyatakan dirinya beriman pada Kristus.

Lantaran melihat Viktor disiksa itu, mendadak Corona diliputi perasaan heroik dan dengan lantang pula menyatakan dirinya juga seorang Kristiani.

Kepada para algojo yang tengah menyiksa Viktor, Corona duduk bersimpuh mendoakan teman suaminya, sesama tentara Romawi.

Devosi kepada Santa Corona. (ist)

Tak lama kemudian, Corona pun langsung digelandang menuju Hakim Sebastian. Dan juga dihukum mati.

Karena imannya kepada Kristus ini pula, Santa Corona ditangkap dan kemudian tubuhnya “digantung” pada sebuah pohon palem. Tidak seperti biasa. Posisi tubuhnya sengaja dibalik dengan posisi kepala di bawah dan kakinya di atas.

Ketika lama-kelamaan pohon palem itu runtuh, maka tubuh Santa Corona pun terpelanting jatuh ke bawah. Remuk dan akhirnya mati.

Menurut catatan kisah-kisah Orang-orang Kudus kategori “martir”, konon penyiksaan Santa Corona ini terjadi di wilayah Timur Tengah yang kini menjadi kawasan negara Irak. Ada juga yang menyebut daerah lain seperti di atas.

Pelindung gerakan anti wabah dan pandemi

Reputasi Santa Corona terutama sangat hidup di wilayah Eropa berbahasa Jerman. Utamanya di Austria dan Bavaria.

Di kedua kawasan berbahasa Jerman inilah, Santa Corona “dipatrikan” namanya sebagai Orang Kudus Pelindung bagi semua jenis kegiatan dan gerakan memerangi wabah penyakit. Utamanya pandemi.

Pesta peringatan Santa Corona adalah tanggal 14 Mei. Di tanggal yang sama pula, Gereja memperingati pesta nama Santo Mathias, rasul pengganti Yudas Iskariot.

Sejak abad ke-IX, sisa-sisa kerangka Santo Viktor dan Santa Corona disemayamkan di sebuah gereja di Anzu di kawasan utara Italia.

Sumber: SSPX, Aleteia

3 COMMENTS

  1. Nanya ya… Kemartiran St Corona khan tidak ada hubungannya dengan penyakit ataupun pandemi. Tapi kenaoa dinobatkan sebagai Orang Kudus Pelindung bagi semua jenis kegiatandan gerakan memerangi wabah penyakit?

  2. Santa Corona mintalah pada Tuhan Yesus dan Bunda Maria agar wabah corona ini dapat berakhir bukan karena kita tapi karena kehendak Allah Yang Hidup untuk kita semua….amin

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version