Sr. M. Birgita SFS Serius Perlakukan Jenazah dengan Hormat

0
188 views
Sr. Brigita SFS, berlaku hormat memandikan jenazah. (Mathias Hariyadi)

KITA semua nantinya akan mati. Menjadi mayat. Karena fakta inilah, Sr. M. Birgita SFS selalu punya komitmen serius sebagai perawat.

Yakni, memperlakukan jenazah dengan hormat. Dengan kegiatannya sering merias jenazah. Ini merupakan ungkapan sekaligus tanda memperlakukan jasad manusia secara bermartabat. Juga agar terlihat “cantik”, ketika menghadap Tuhan.

Gara-gara motivasi guru agamanya

Barangkali berkarya sebagai perawat dan kemudian sekali waktu sering harus merias jenazah tidak pernah mampir di benaknya, ketika ia memutuskan bergabung masuk dengan Kongregasi Suster Fransiskan Sukabumi (SFS).

“Saya masuk biara gara-gara selalu dimotivasi oleh Sr. Marietta SFS, kala itu jadi guru agama di sekolah,” papar suster biarawati SFS yang di tahun 2022 merayakan pesta hidup membiara selama 25 tahun.

Sebelum masuk biara, Sr. Birgita SFS menjalani masa percobaan dengan menjadi tenaga pengasuh di LKSA Pondok Siboncel di Lenteng Agung, Jakarta Selatan yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya.

Dilatih sabar dan telaten merawat lansia

Awal masuk biara, keluarganya kurang memberi restu dan izin. “Saya anak pertama dengan beberapa saudara. Semuanya perempuan,” ungkapnya.

Di rumah keluarga inilah sebenarnya Sr. Brigita SFS mendapat gemblengan pendidikan merawat orang sakit dan lansia.

Ia mengalami dengan merawat ayahnya sendiri, seorang purnawirawan TNI. Juga kakek-neneknya yang harus dia rawat.

Kesabaran dan ketekunan merawat lansia inilah yang membawa dia akhirnya merasa nyaman dan senang kuliah sebagai perawat di Sint Carolus Jakarta dan kemudian di Undip Semarang.

Kesabaran dan sikap hormat terhadap orangtua sangat relevan, ketika dalam suatu periode pelayanan, ia harus merias jenazah.

Pertama-tama tentu saja ia mengalami rasa campur aduk. Namun hal itu kemudian menjadi biasa, karena sebelum melakukan hal itu, “Saya selalu berdoa terlebih dahulu kepada Tuhan. Juga mendoakan jenazah yang akan saya rias.”

Karena pada akhirnya, setiap orang nantinya juga akan menjadi seperti “mereka” ini: meninggal dan menjadi mayat. Orang lain yang akan merias “kita”.

Baca juga: Sr. Catharina SFS Nikmati Tugas Didik Kaum Muda di Asrama

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here