Story Time – Utang

0
255 views
Ilustrasi - Bank menyalurkan kredit kepada pelanggannya untuk berhutang. (Ist)

“BANGKE… Kurang ajar… Gua gampar lama-lama.”

Wah saya jadi terkejut ini mau makan bakso kok malah keluar sumpah serapah. Setelah agak reda, saya beranikan: “Pak mau makan bakso?”

“Iya,” jawabnya. “Maaf ya Pak jadi ikut tegang,” lanjutnya.

“Iya ngga apa,” tuturku sambil saya buatkan seporsi bakso.

“Ada apa to pak?,” tanya saya.

“Gini loh Pak, dulu saya beraniin jual tas secara online. Saya ambil 1.000 pieces dari bos besar dan keuntungannya lumayan besar, kalau saya jual lusinan.

Begitulah awal mulanya, saya jual secara online, namun buat yg mau beli banyak untuk dijual lagi dan boleh dicicil tiga kali. Nah, baru bulan pertama ada saja yg mulai nunggak.

Duitnya kadang ngga seberapa, hanya Rp 2 juta atau maksimal Rp 5 juta saja, tapi tetap saja saya seolah jadi ngemis saat menagihnya. WA ngga dibaca, telepon ngga diangkat, didatangi ke rumah bilangnya pergi, kurang ajar banget.”

Saya bisa melihat wajah yang marah, namun setengah putus asa. Bisa kan pembaca membayangkannya?

Ini memang menyangkut karakter, dan banyak orang lebih memilih namanya cacat daripada membayar kewajibannya.

Jadi inget ketika jaman dulu memproses kredit. Kaidah 5 C (Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition), dan Character harus menjadi pertimbangan yang utama.

Kalau ngga bisa membaca karakter seseorang, lebih baik ngga usah kasih utang daripada gelut di kemudian hari.

27/01/23
CMS – Story’ Time @ Bakso Londo
“100% daging sapi, makan jadi berseri.”

Baca juga: Story Time – Cita-cita

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here