Tawar Hati

0
300 views
Ilustrasi: Membuang emosi negatif, (Ist)

Senin, 5 Januari 2024

  • Bacaan I: Yes 58:7-10.
  • Mazmur Tanggapan: Mzm 112:4-5.6-7.8a.9.
  • Bacaan II: 1Kor 2:1-5.
  • Mat 5:13-16

IBU Teresa dari Kalkuta, mengatakan demikian: “Kita semua mampu untuk menjadi baik atau jahat. Kita tidak dilahirkan buruk: setiap orang memiliki sesuatu yang baik di dalam diri mereka.”

Kualitas yang baik itu kadang tidak selalu tampak karena ada yang menyembunyikannya, ada yang menolaknya, tetapi kebaikan itu sungguh ada di sana.

Allah menciptakan kita untuk mencintai dan dicintai, maka kita diuji oleh Allah untuk memilih salah satu jalan kehidupan ini.

Suatu penolakan dalam cinta dapat menuntun orang untuk berkata ”ya” pada yang jahat dan ketika hal itu terjadi, kita tidak tahu seberapa jauh hal itu dapat menyebar.

Rupanya ada orang-orang yang “menyembunyikan” kebaikannya. Mereka sebenarnya bisa “memperlihatkan” atau melakukan kebaikan-kebaikan dalam hidupnya, namun mereka tidak melakukannya. Mungkin hal ini dianggap wajar-wajar saja. Yang penting toh tidak melakukan hal-hal jahat.

“Saya sangat heran dengan sikap anak-anak saat ini,” kata seorang bapak. “Bagaimana mereka bisa begitu cuek dan tidak peduli dengan orang lain,” lanjutnya.

“Waktu itu, ada seorang ibu yang jatuh dari kendaraan dan bawaannya terpental, anak-anak itu tidak bereaksi sama sekali mereka sibuk main game,” urainya. “Mereka sama sekali tidak terusik dengan kondisi orang lain yang perlu pertolongan mereka,” sambungnya.

“Seakan mereka mati rasa dan hanya asyik dengan kesenangannya sendiri,” tegasnya. “Mereka itu garam yang tidak asin lagi, lampu yang tidak bernyala lagi,” paparnya.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,”Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.”

Ajaran tentang garam dan terang dunia, menegaskan bahwa kita seharusnya menjadi garam dan terang bagi dunia.

Setiap kita diminta untuk berbuat baik dan benar sehingga sesama dapat melihat bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Kehadiran kita dirasakan dan mempunyai dampak yang baik bagi kehidupan ini. Setiap kita dipanggil untuk tetap berbuat sesuatu yang baik dan benar meski tidak dilihat orang lain.

Kita berbuat baik dan benar bukan supaya dipuji dan dihormati manusia. Melainkan karena kita bersyukur sudah diselamatkan dan menerima anugerah besar dari Kristus.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sudah menjadi garam dan terang sesuai dengan kebenaran-Nya di lingkunganku?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here