Yayasan Kanisius Yogyakarta Gelar Peluncuran dan Bedah Buku “Born to Fight”

0
654 views
Yayasan Kanisius Yogyakarta gelar acara peluncuran dan bedah buku "Born to Fight" hasil kompilasi refleksi para guru dan kepala sekolah Yayasan Kanisius (Ist)

HARI Selasa, 29 November 2022 bertempat di Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta di lakukan peluncuran dan bedah buku Born to Fight.

Buku ini merupakan hasil kompilasi tulisan-tulisan refleksi hasil besutan para guru sekaligus Kepala Sekolah Yayasan Kanisius Keuskupan Agung Semarang dengan Romo A. Mintara Sufiyanta SJ sebagai penyuntingnya.

Acara bedah buku ini dihadiri:

  • Direktur PT Kanisius: Romo Eustachius Azismurdopo Subroto SJ.
  • Direktur Kanisius Pusat: Romo Martinus Hadisiswoyo SJ.
  • Para Kepala Yayasan Kanisius Cabang Yogyakarta, Cabang Semarang, Cabang Surakarta, dan Cabang Magelang.
  • 26 kepsek penulis buku dan tamu undangan lainnya.

Bertindak sebagai pembedah buku adalah Br. Frans Sugi FIC dari Yayasan Pangudi Luhur Semarang dan FX Catur Supatmono SPd, MPd – sehari-harinya menjabat Kepala SMA de Brito Yogyakarta. Langsung dipandu oleh Romo A. Mintara Sufiyanta SJ.

Acara bedah buku ini diinisiasi oleh PT Kanisius dengan label acara “Festival Pena & Kata” secara luring dan daring melalui tautan https://youtu.be/M3qliq6NSsM.

Peluncuran dan bedah buku “Born to Fight” hasil kompilasi tulisan para kepala sekolah Yayasan Kanisius Keuskupan Agung Semarang. (Ist)
Buku baru dengan judul “Born to Fight” hasil kompilasi refleksi para guru sekaligus kepala sekolah Yayasan Kanisius Keuskupan Agung Semarang. (PT Kanisius)

Apresiasi positif

Buku Born to Fight mendapatkan apresiasi positif dari Romo Azis Murdopo SJ Pengalaman para kepala sekolah menunjukkan diri mereka sebagai pemimpin; menampakkan pemberian perhatian pada cura personalis, cura apostolis dan cura animarum yang diwariskan Santo Ignatius Loyola.

Romo Martinus Hadisiswoyo SJ dalam sambutannya menyampaikan, buku Born to Fight bagus dan inspiratif khususnya bagi para insan yang berkarya di lingkungan Yayasan Kanisius. Judul Born to Fight terinspirasi dari perjuangan Santo Ignatius dari Loyola.

Sementara, Br. Frans Sugi FIC mencatat Born to Fight sebagai buku reflektif, inspiratif dan kaya akan pengalaman kontekstual sebagaimana dialami para kepala sekolah. Born to Fight bisa digunakan sebagai bahan rekoleksi para guru dan kepala sekolah; bukan hanya di lingkungan Kanisius.

FX Catur Supatmono SPd, MPD mengungkapan, buku adalah mahkota seorang pembelajar. Menulis buku adalah buah dari membaca dan refleksi.

Apresiasi diberikan Catur pada para kepala sekolah yang mau berefleksi dan membagikan pengalamannya di tengah kesibukan dan kerumitan tugas pekerjaan yang dihadapi. Kekuatan buku Born to Fight menurut Catur nampak dari semangat magis dan kolaboratif kepala sekolah dalam melakukan kepemimpinan dan pelayanan di sekolah.

Diskusi dan bedah buku “Born to Fight” hasil karya 26 guru dan kelapa sekolah Yayasan Kanisius Keuskupan Agung Semarang. (FX Juli Pramana)

Selanjutnya Catur mengingatkan refleksi merupakan jembatan menuju aksi. Setelah berefleksi tantangan ke depan yang dihadapi kepala sekolah sebagai pemimpin adalah profesionalitas kepala sekolah sebagai pemimpin modern.

Tantangan yang dihadapi guru dan siswa saat ini yang tidak lepas dari kepala sekolah sebagai pemimpin adalah tantangan guru sebagai desainer pembelajaran, keterikatan guru untuk mengembangkan daya kritis siswa dan guru sebagai fasilitator.

Selain itu, kepala sekolah sebagai pemimpin hendaknya mampu mengejar keunggulan dan menyiapkan pemimpin berikutnya.

That is a power of love

Buku Born to Fight dibuka dengan kata pengantar oleh Romo A. Mintara Sufiyanta SJ. Ia menulis, kekuatan kepemimpinan kepala sekolah. Mereka ini telah merefeksikan pengalamannya saat menjalankan tugas dan hasilnya kini sudah muncul dalam bentul artikel dan dapat dibaca.

“That is a power of love, kekuatan cinta Tuhan yang bekerja melalui dan di dalam diri kepala sekolah. Tuhan telah memilih, memanggil, dan mengutus kepala sekolah untuk menjadi pemimpin yang melayani, memiliki kobaran hati, memiliki daya juang tinggi, dan setia sampai tuntas menjalankan misi.

Kepala sekolah yang memiliki kobaran api dalam jiwa  dan memang dilahirkan (kembali) untuk berjuang, born to fight,” ungkap imam Jesuit yang kini mengampu tugas pastoral sebagai pastor rekan di Gereja Santo Yusup Paroki Ambarawa.

Suanana diskusi dalam peluncuran dan bedah buku “Born to Fight” hasil karya para guru sekaligus kepala sekolah di lingkungan Yayasan Kanisius Keuskupan Agung Semarang. (FX Juli Pramana)

Serahkan jiwa-jiwa kepadaku

Buku Born To Fight – lahir untuk berjuang- berisi tulisan yang terbagi dalam tiga bagian:

  • Da Mihi Animas.
  • Amare et Servire.
  • Duc in Altum.

Bagian pertama terdiri dari empat tulisan. Tulisan pertama Da Mihi Animas (Belajar dari Romo Strater SJ) ditulis oleh Kepala Kanisius Cabang Magelang Romo AP Danang Bramasti SJ.

Romo Danang menulis tentang Romo Stater yang merupakan sosok yang mengembangkan Kanisius dan membangun banyak gereja di Yogya. Juga sebagai pemimpin peduli yang mengedepankan relasi personal, sosok inspiratif dan menjadi teladan dengan semboyan “Serahkanlah jiwa-jiwa kepada-Ku (Da Mihi Animas) dan kami akan mendidik mereka sebaik mungkin”

Tulisan kedua Berjalan Mencari Jiwa oleh Kepala Kanisius Cabang Semarang Romo A. Mintara Sufiyanta SJ.

Ia menulis tentang perjuangan kepala sekolah yang digambarkan “berjalan cari jiwa” yang diilhami lagu Sekolah Minggu Karen Lontoh – Tanganku Kerja Buat Tuhan dengan lirik “Tanganku kerja buat Tuhan. Mulutku puji nama-Nya. Kakiku berjalan cari jiwa. Upahku besar di surga”.

Tulisan ketiga ditulis Kepala Kanisius Cabang Yogyakarta Bu Agnes Nur Sukapti yang menulis tentang pemimpin yang menghidupi semangat servite fidelis (setia melayani) dengan mewujudkan komitmen nek wis teken, kudu tekun. Artinya, kalau sudah tandatangan, ya harus bertanggungjawab.

Tulisan keempat ditulis oleh Fr. Amadea Prajna Putra Mahardika SJ, waktu itu Asisten Kepala Kanisius Cabang Surakarta. Ia merefleksikan pemimpin ibarat menjadi jembatan untuk melakukan kolaborasi. Kolaborasi dengan semua pihak.

Selain itu, pemimpin perlu menyadari peranan Allah sebagai pangkal dan muara pelayanan; menyadari bahwa pemimpin menjadi jembatan antara Allah dan umat-Nya.

Dalam segala hal mencintai dan melayani Tuhan

Bagian kedua buku ini berisi berbagai pengalaman inspiratif tentang perjuangan kepala sekolah sebagai pemimpin sebanyak 26 tulisan. Rasa syukur, ketulusan, kerelaan melayani dan kegigihan disyeringkan dan menjadi kisah inspiratif buku ini.

Salah satu tulisan berjudul Republik Anak Kenalan ditulis Simus Maryono – Kepala SD Kanisius Kenalan Magelang. Karya ini merupakan tulisan inspiratif yang berangkat dari konteks sekolah di pedesaan.

Aneka kegiatan dalam rangka mengingat Hari Air Sedunia dengan program “Tilik Mbelik” oleh anak-anak SD Kanisius Kenalan dari Kecamatan Borobudur, Magelang. (Damasus Ferix)

Dengan kreatif, sekolah ini mengubah sekolah menjadi negeri kecil Republik Anak Kenalan dengan melengkapi kabinet yang terdiri dari para menteri.

“Republik Anak Kenalan adalah sebuah dunia anak yang merindukan, memperjuangkan dan mewujudkan jiwa yang merdeka.” (hlm. 67)

Tulisan mensyeringkan pelayanan personal dan memelihara jiwa-jiwa anak didik karya Bu Christina Murniati – Kepala TK Santo Yusuf Mertoyudan.

Para wakil yang menerima buku baru dengan judul “Born to Fight” hasil kompilasi refleksi para guru sekaligus kep

Dalam tulisannya Bersandar pada Tuhan, ia menulis: “Saya selalu berusaha menerapkan cura personalis dalam pekerjaan dan tugas sehari-hari. Prinsip cura personalis ini juga selalu kami terapkan dalam melayani anak-anak, orangtua, wali dan masyarakat.

Kami juga memegang teguh kebiasaan melakukan refleksi atas setiap tindakan. Hasil refleksi kemudian kami gunakan sebagai bahan pertimbangan untuk melangkah ke depan dengan lebih baik. Pembiasaan berefleksi ini merupakan salah satu usaha untuk tetap menjaga kesehatan jiwa, memelihara jiwa-jiwa atau cura animarum. (hlm. 123-124)

Menebarkan jala ke kedalaman hati

Bagian ketiga buku ini mengajak pembaca mendalami, menelisik kembali secara lebih mendalam lewat tiga tulisan Romo A. Mintara Sufiyanta SJ yang berjudul Identitas Sekolah Katolik, Kepemimpinan Sekolah Katolik dan Pemimpin yang Melayani.

Membaca buku ini akan semakin menambah peneguhan hati karena tulisan-tulisan yang ada diilhami dari figur “Sang Guru” dan diterangi dengan sinar Roh Ilahi.

Buku ini menjadi semacam referensi yang memberi kekuatan bagi guru, kepala sekolah dan komunitas yang berada dalam konteks mau berbenah, memberi inspirasi kegiatan kreatif, memberi gambaran cara-cara berkolaborasi dan jejaring.

Buku ini juga memberikan wawasan kisah pengelolaan brainware pendidikan. Lebih dari itu, buku Born to Fight memberi refleksi keutamaan berjalan bersama komunitas sekolah yang dipimpin kepala sekolah. Untuk menemukan jalan “memelihara jiwa-jiwa anak didik” yang didasari keteladanan Romo Strater SJ; juga kedalaman untuk memelihara jiwa pendidik yang memilki spiritualitas pendidik Katolik.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here