Tajak Rumah

0
411 views
Ilustrasi - Cor beton untuk pondasi bangunan. (Ist)

Puncta 01.12.22
PW. Beato Dionisius dan Redemptus,
Biarawan dan Martir di Indonesia.
Matius 7: 21. 24-27

SAYA diundang oleh keluarga Pak Sumarlin di Tandek’an Simpang Betenung untuk memberkati mereka yang akan memulai membangun rumah.

Setelah misa pag,i saya berangkat menuju lahan yang akan didirikan rumah. Tali-tali sudah dipancang. Kayu ulin sebagai tongkatnya juga sudah disiapkan di setiap sudut bakal rumah itu.

Umat sudah berkumpul dan saya memulai doa berkat tajak rumah baru.

Jika kita mau bangun rumah ukuran 6×12 m, dibutuhkan tongkat 60 batang dengan ukuran 10x10x2 meter. Mereka bergotong-royong menancapkan tongkat sebagai pondasi rumah.

Kayu ulin itu sangat kuat, sehingga rumah tak akan roboh walau ada banjir dan hujan deras.

Saya belum pernah menjumpai rumah yang pondasinya kuat roboh karena digerus banjir. Di Kalimantan banyak rumah dibangun di pinggir sungai tetapi tidak pernah hanyut atau roboh karena banjir.

Kayu ulin itu semakin kena air, justru semakin kokoh kuat menancap.

Yesus memberikan perumpamaan tentang orang yang mendengarkan sabda dan melakukannya itu seperti orang yang membangun rumah di atas batu. Dengan pondasi yang kuat, rumah itu tidak akan roboh.

Sebaliknya orang yang mendengarkan sabda Yesus tetapi tidak melakukannya, ia seperti orang yang membangun rumah di atas pasir. Hujan turun dan banjir melanda, maka robohlah rumah itu.

Sabda Tuhan itu seperti tongkat tajak yang ditanam sebagai pondasi rumah. Sabda Tuhan ditanam di dalam hati dan dilaksanakan sebagai tindakan kebaikan.

Orang itu akan kuat menghadapi banjir dan badai kehidupan, karena dasarnya kokoh.

Dasar kokoh bukan karena pandai mengaku tetapi tidak tekun melaksanakannya.

Bukan orang yang sering berseru-seru, ‘Tuhan, Tuhan’ akan masuk Kerajaan Surga, melainkan orang yang melakukan kehendak Tuhan.

Di dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) orang mengaku beragama, tetapi belum tentu dia melakukan ajaran agamanya.

Maka ada istilah sindiran “Katolik KTP” artinya hanya beragama secara KTP namun tidak pernah nongol di lingkungan, stasi, Gereja atau berkegiatan di masyarakat.

Istilah yang lain adalah “Katolik Napas’” atau Natal dan Paskah. Hanya kelihatan ke gereja kalau pas Natal dan Paskah saja.

Apalagi dengan adanya misa online membuat orang malas ke Gereja, cukup dengan “nonton misa” di rumah.

Anda memilih punya rumah yang kuat dan tidak mudah roboh atau rumah yang dibangun di atas pasir dan mudah roboh? Anda tinggal menentukan sendiri.

Beato Dionisius dan Redemptus membangun rumah imannya sangat kuat sampai mereka rela menjadi martir di Indonesia demi mewartakan sabda Allah kepada semua orang.

Hidup mereka menjadi inspirasi bagi kita untuk mewujudkan iman yang nyata.

Nasib sial dialami tim dari Jepang.
Mereka ditaklukan oleh Kosta Rika.
Iman yang kokoh tak akan goncang,
Hanya karena godaan-godaan dunia.

Cawas, kokoh berdiri dengan kuat…

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here