Lentera Keluarga – Menyesal Atau Bangga

0
359 views

Tahun C-1. Minggu Biasa VI
Selasa, 19 Februari 2019.
Bacaan: Kej 6:5-8;7:1-5.10; Mzm 29:1a.2.3ac-4b.9b-10; Mrk 8:14-21.

Renungan:

KATA-KATA Allah ini mengungkapkan kesedihan dan kekecewaan yang mendalam atas penyalahgunaan kebebasan manusia: ”Aku menyesal, bahwa Aku telah menjadikan manusia.” Dalam penyesalanNya itu, Allah tetap mengingat kasih dan setiaNya kepada hidup orang benar seperti Nuh dan seisi rumahnya.

Dapat digambarkan jikalau sepasang suami isteri mengatakan “menyesal menikah denganmu” atau orangtua sampai mengatakan “menyesal melahirkan dan mendidikmu sebagai anak”, atau seorang anak mengatakan “menyesal dilahirkan dari keluarga yang seperti ini”.  Kata-kata penyesalan ini sampai keluar karena kekecewaan yang mendalam  yang tak terkomunikasikan, terpendam begitu lama dan tidak adanya perubahan/solusi. Lebih parah lagi  jika kita justru bangga dengan dosa-dosa kita dan melihatnya sebagai sebuah prestasi.

Marilah kita jadikan diri kita sebagai inspriasi, berkat dan sebuah kebanggaan bagi mereka dengan cara hidup kita yang benar. Biarlah ketika kita menutup mata, anggota kerabat kita mempersembahkan hidup kita dengan bangga di hadapan Allah karena kita dirasakan oleh mereka sebaga “pribadi yang hidup benar ”

Demikian juga dalam hidup hidup kita sebagai religius dan imam, biarlah cara hidup kita yang benar dan sungguh-sungguh kita baktikan bagi jemaat itu mengharumkan nama Allah.

Kontemplasi

Masuklah di hati Allah  yang diliputi penyesalan atas hidup manusia,; dan bagaimana Ia berbelaskasih dan menyelamatkan Nuh sekeluarga.

Refleksi:

Perasaan apa yang dirasakan Allah ketika Ia melihat cara hidup dan pelayananku?

Doa:

Ya Bapa, semoga melalui kesetiaan dan cara hidupku, aku dapat menjadi anak yang membawa keharuman bagi namaMu.

Perutusan:

Jawablah ini dalam hati anda: “Apa yang membuat Allah/mereka bangga mengenalku”

Kredit foto: Ilustrasi (Ist)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here