RS St. Joseph Labuan Bajo, Suster DSY Diutus Melayani di mana Lainnya Mungkin tak Berminat (2)

0
570 views
Ilustrasi: Uskup Emeritus Keuskupan Bogor Mgr. Cosmas Michael Angkur OFM (tengah kanan pegang topi) memimpin doa bersama di lokasi RS St. Labuan Bajo bersama para suster DSY dan tim penggalangan dana dari Jakarta. (Mathias Hariyadi)

IBARAT gadis remaja nan rupawan, Labuan Bajo sekarang ini tengah “bersolek” kencang. Bandara Udara Komodo dalam waktu dekat akan dikelola oleh Changi dari Singapura. Jalan-jalan mulus mulai mengisi ruas-ruas jalur perhubungan di kota yang punya tekstur kawasan pantai plus perbukitan ini.

Kemeriahan malam juga mulai terjadi di sudut-sudut tourist spot di sepanjang jalan di tepi garis pantai di bibir bukit yang menghadap laut.

“Makin tinggi posisinya dan menghadap panorama laut, makin mahal harganya,” tutur Thomas Parjiyo, montir sekaligus ahli mekanik yang membuka bengkel mobil di depan Kantor Polsek Lama Labuan Bajo.

Perkembangan cepat

Parjiyo adalah saksi hidup tentang perkembangan yang begitu cepat dan dahsyat di Labuan Bajo.

Enam tahun lalu, kata bapak dua anak yang aslinya berasal dari Yogyakarta ini, Labuan Bajo masih seperti “kota mati”.

Kondisi jalan masih berlepotan sana-sini. Namun, begitu kampanye ecotourism dengan binatang komodo sebagai “maskot”nya, maka kota pantai Labuan Bajo ini langsung meroket jadi “bintang”.

Puncaknya terjadi dengan hadirnya Bandara Udara Komodo yang melayani rute penerbangan langsung dari sejumlah kota di Indonesia. Terakhir adalah keputusan pemerintah yang telah menetapkan Labuan Bajo sebagai satu dari lima destinasi wisata unggulan Indonesia.

Permukiman desa

RS St. Joseph ini milik Kongregasi Suster Dina Santo Joseph Manado atau biasa disebut DSY. Namun, sejatinya keberadaan RS ini masih belum “terdengar” bagi banyak orang penduduk Labuan Bajo. Selain karena berlokasi di kawasan permukiman desa, RS St. Joseph itu hingga sekarang belum “eksis”.

Bangunan sudah ada, meski baru sampai tahapan finisihing.

Ini ibarat api jauh dari panggang. Eksistensi RS St. Joseph itu masih jauh dari cita-cita DSY untuk bisa memulai pelayanan kesehatan yang menjadi karya unggulan mereka, selain pendidikan formal dan asrama.

Yang menarik, semua karya para suster DSY itu malah hanya ada di kawasan terpencil. Jauh dari hingar-bingar pemberitaan di Jawa.

Maklumlah, karya-karya DSY hanya bisa ditemukan di kawasan Indonesia Timur yakni di Ternate (Maluku Utara), Papua, dan yang terakhir adalah Flores. Tepatnya di Labuan Bajo, wilayah paling barat di Kabupaten Manggarai Barat yang masuk wilayah gerejani Keuskupan Ruteng.

Kunjungan singkat

Mgr. Cosmas Michael Angkur OFM kini menikmati masa pensiunnya di tanah kelahirannya di sebuah desa kecil –jauh dari keramaian—di Labuan Bajo. Uskup Emeritus Keuskupan Bogor ini memang asli “putera daerah” Labuan Bajo.

Tak dinyana sama sekali, Mgr. Angkur malah menjadi “tuan rumah” sekaligus menjadi guide bagi tim kecil penggalangan dana dari Jakarta yang sengaja datang ke RS St. Joseph Labuan Bajo, akhir November 2019 lalu.

Kunjungan lapangan ini dimaksudkan agar tim kecil ini punya gambaran jelas tentang suasana Labuan Bajo sekarang ini. Khususnya, bisa melihat sendiri kondisi RS St. Joseph Labuan Bajo yang selama enam tahun ini telah terhenti proses pembangunannya.

Bangunan calon RS ini jadi mangkrak, karena kondisi keuangan Kongregasi DSY menipis sehingga tidak mampu meneruskan projek pembangunannya. Untuk sebuah kepastian dan kejelasan “duduk perkaranya” inilah, tim kecil dari Jakarta ini sengaja mendatangi lokasi projek.

Di lokasi RS St. Joseph itu sudah berdiri menunggu Mgr. Michael Cosmas Angkur OFM ditemani Romo Soni Pr, imam diosesan Keuskupan Ruteng yang berkarya di Seminari Menengah Johanes Paulus II Labuan Bajo. Juga para suster DSY yang berkarya di Labuan Bajo untuk pelayanan kesehatan di Klinik St. Joseph setempat.

Suguhan irisan mangga dan air kemasan menemani obrolan singkat rombongan Jakarta dengan Mgr. Angkur, para suster, dan pihak kontraktor pembangunan.

Sesudahnya, barulah dilakukan inspeksi pandangan mata. Sudut-sudut bangunan RS St. Joseph ditengok. Akhirnya menjadi jelas bagi tim, RS St. Joseph milik para Suster DSY ini membutuhkan bantuan donasi finansial agar tahapan pembangunan lanjutannya bisa segera terselesaikan.

Pengalaman iman

Terlihat di balik lensa kamera, Sr. Veronica Manaan DSY, mantan Pemimpin Umum Kongregasi Suster DSY, sampai tak kuasa menyembunyikan gejolak perasaannya. Kelopak matanya mulai sembab oleh airmata.

Ia sedikit terisak. Sesaat setelah mendengar introduksi dan harapan Mgr. Angkur OFM agar banyak pihak berkenan membantu Kongregasi Suster DSY sehingga mereka bisa segera menyelesaikan projek pembangunan RS St. Joseph.

Suster Veronica Manaan DSY sampai terisak. Bukan karena sedih. Tapi, dia tersedot emosi haru, sekaligus perasaan berbangga hati mulai mengisi rongga perasaannya.

Tiba-tiba saja di hadapan para Suster DSY di Labuan Bajo kini telah hadir segelintir orang dari Jakarta. Mereka ini datang dari berbagai paroki berbeda, lintas profesi, dan latar belakang kesibukan.

Namun, toh mereka ini bersedia datang mengunjungi lokasi terpencil RS St. Joseph Labuan Bajo. Lalu, juga memutuskan mau berkomitmen ingin merancang program crowd funding untuk misi kemanusiaan para Suster DSY melalui sebuah program acara pergelaran musik amal.

Tim ini membiayai sendiri perjalanannya ke Labuan Bajo plus segala kebutuhan mereka di sana: akomodasi, transportasi, dan lainnya.

Berdoa dan berharap

Di akhir kunjungan singkat itu, Mgr. Angkur mengajak segenap anggota rombongan berdoa singkat.

Berikutnya adalah semacam imbauan publik berisi harapan agar masyarakat berkenan membantu program crowd funding ini.

10 tahun lalu, misalnya, Labuan Bajo di wilayah reksa pastoral Keuskupan Ruteng jelas masih berupa permukiman penduduk “ala kadarnya”. Tidak seperti sekarang ini.

Para suster DSY ini merelakan diri diutus ke Labuan Bajo untuk memulai karya kesehatan dengan mendirikan Poliklinik St. Joseph.

Ketika Labuan Bajo mulai “bersolek” dan bisa menjadi sumber bisnis, maka tahun-tahun berikutnya mulai hadir RS swasta dari kelompok konglomerasi besar dari Jakarta. Juga sudah ada RSUD milik pemerintah Kabupaten Manggarai Barat.

Sentuhan kasih

Tentu, hadirnya rumah sakit swasta St. Joseph Labuan Bajo yang diampu para suster biarawati DSY itu nantinya akan mampu memberi warna tersendiri.

“Itu sudah menjadi cirikhas setiap pelayanan kesahatan yang diampu para suster biarawati. Semoga hadirnya RS St. Joseph di Labuan Bajo akan memberi warna tersendiri di mana pelayanan kesehatan itu dilakukan dengan penuh kasih,” papar Mgr. Angkur OFM mengakhiri doa bersama itu. (Berlanjut)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here