Dipanggil untuk Bahagia

0
39 views
ILustrasi kebahagiaan (ist)

Senin, 10 Juni 2024

1Raj 17:1-6;
Mzm 121:1-2.3-4.5-6.7-8;
Mat 5:1-12.

BAHAGIA memang sederhana. Tapi banyak orang yang sering kali merasa sulit bahagia, karena berbagai hal.

Kita sadari bahwa hidup tak selalu berjalan sesuai dengan keinginan, karena itu lah ada kalanya kita merasa kecewa dan sedih. Tak hanya itu, setiap masalah yang datang juga turut membuat kita berpikir keras mencari solusi. Namun dalam setiap kondisi sulit, mengingat momen-momen bahagia yang telah dilalui bisa menjadi sebuah pendorong untuk segera melangkah maju.

Disadari atau tidak, ada banyak hal-hal baik di sekeliling kita yang sepatutnya disyukuri. Hal tersebut adalah salah satu tanda bahwa kebahagiaan sebenarnya bisa kita ciptakan sendiri. Baik ketika berupaya menggapai mimpi, bersama orang-orang kita sayangi maupun dalam menyikapi problematika hidup.

Meski tak selalu punya definisi yang sama, namun kebahagiaan adalah perasaan yang pasti dimiliki semua orang. Kita hanya perlu menciptakan arti Kebahagiaan yang ditawarkan oleh Tuhan Yesus.

“Ketika aku mencari kebahagiaan, kebahagiaan itu jalan menjauh,” kata seorang sahabat.

Kebahagiaan kembali mendekatiku saat aku memberikan apa yang kugenggam. Bukan apa yang aku miliki yang membuatku bahagia namun apa yang bisa aku berikan bagi sesamaku.

Dalam bacaan Injil hari ini kita dengar demikian,” Maka Yesus pun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Surga.”

Kita diundang untuk bahagia. Tetapi undangan itu bukan untuk bahagia menurut cara dunia, melainkan bahagia menurut ajaran Tuhan Yesus, Bahagia menurut cara dunia memang berbeda dengan bahagia menurut cara Tuhan Yesus.

Kita diingatkan bahwa kebahagiaan yang sejati bukan masalah fisik atau materi, melainkan rohani. Sumber kebahagiaan yang sejati itu berasal dari Tuhan. Dunia mungkin menawarkan kebahagian. Namun sifatnya sementara dan terbatas.

Menjadi orang yang berbahagia perlu mawas diri dan selalu mengevaluasi diri, apa atau siapa yang kita kejar dalam hidup ini? Marilah kita mengejar hal-hal rohani lebih dari hal-hal jasmani atau materi.

Bagaimana dengan diriku?

Apakah aku sungguh menemukan kebahagiaan di jalan panggilan kehidupan yang saat ini aku hidupi?

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here