HIDUP seorang hamba tergantung pada tuannya. Hidup demikian tidak membawa kebahagiaan, karena orang tidak memilki kebebasan. Namun, Yesus menggambarkan kita sebagai hamba-hamba Tuhan. Itu suatu anugerah yang sekaligus tantangan.
Tuhan Yesus mengingatkan bahwa tanggungjawab seorang hamba adalah melakukan tugas sebaik-baiknya, entah tuannya ada atau dia sedang pergi (Lukas 12:48). Dia juga mesti senantiasa berjaga-jaga (Lukas 12:40).
Entah kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kalinya terjadi hari ini atau bulan depan tidaklah penting. Setiap orang mesti fokus pada persiapan dirinya. Jangan sampai khilaf dan ceroboh serta menyia-nyiakan saat ini seperti hamba yang jahat (Lukas 12:45).
Santo Paulus mengajak kita untuk menyerahkan diri kepada Allah agar dijadikan senjata kebenaran (Roma 6:13). Itu bisa kita lakukan bila dengan segenap hati menaati ajaran yang telah kita terima (Roma 6:16).
Celakanya, kini banyak orang yang justru memperhambakan dirinya untuk hal-hal yang lalim (Roma 6:13). Hidup mereka tidak berpedoman pada ajaran dari Tuhan, melainkan dari manusia dan dunia. Hidup demikian sungguh jauh dari berkat Tuhan.
Sebaliknya, Yesus menyebut berbahagia hamba yang dipercaya untuk mengatur para hamba lainnya (Lukas 12:42-44). Hamba tersebut tahu bahwa hanya ada satu hal yang membuat dirinya berbahagia, yaitu menjadi orang yang setia dan uga hari.
Artinya, selalu melakukan tugas dan tanggung jawabnya sebagai hamba yang bertanggung jawab atas hamba-hamba lainnya.
Kita yang telah dibaptis menerima anugerah dan tanggung jawab itu.
Yesus menegaskan, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut” (Lukas 12:48).
Bagaimanakah kita selama ini memanfaatkan anugerah tersebut? Sudahkah kita menjadi hamba yang selalu siap sedia serta menjadi hamba yang setia dan bijaksana?
Rabu, 25 Oktober 2023
